Seperti lazimnya, aku tidak suka bertanya padanya. Aku akan mendengar apabila ia bercerita saja. Mungkin begitulah cara kami berteman. Aku menikmati pertemanan itu. Walau dalam hati kecilku, ingin rasanya aku menjelma seorang perempuan untuk mengelus wajahnya dan menghibur kesendiriannya.
"Kau tak perlu menjadi perempuan. Kau cukup menjadi pendengar setia saja." suatu ketika aku pernah bertanya soal pertemanan.
"Akan kah lebih baik bila aku menjadi perempuan saja," pintaku padanya.
"Tidak! Jangan kau lakukan itu. Perempuan tidak akan siap menemani dalam kesendirian. Aku hanya ingin kau mendengar ceritaku saja."
"Bukankah selama ini kau sering menyenandungkan puisi untuk seorang perempuan?" balasku memancing.
"Benar, dan perempuan itu tidak akan tahu bagaimana lelaki melankolis ini mencintainya."
"Kalau begitu biarkan aku menjadi perempuan itu, agar kau benar-benar mendapatkan perepuan itu bersetia bersamamu."
Hahaha ia terkekeh ketika aku menwarkan diri menjadi perempuan.
"Kau mulai ngawur saja. Mana mungkin kau akan menjadi perempuan. Tuhan tidak menciptakanmu dalam wujud. Kau hanya terlahir dari emanasi tubuhku saja."
"Tapi aku ingin nmenjadi perempuan!"
"Tidak! Jangan lakukan, aku lebih menyukaimu sebagai pendengar yang baik saja."