:.Ketika aku merasa gagal.:
.i.
~Se.tia~
Bayangkan ini:
Kamu mengunyah bubur dengan lahap, bubur putih bersih dengan taburan bawang merah dan suwiran daging ayam hangat di atasnya. Dengan tuangan mallika menyerbak aroma gurih dari mangkok tersebut. Kunyah, tentunya mudah.
Bayangkan ini:
Jajaran mangkok di atas meja belum juga habis, masih menunggu untuk diseruput hingga lemak-lemaknya, namun tak kau sentuh sama sekali. Perutmu rasanya mual, cepat-cepat tak sabar menanti sepiring nasi yang membuhkan lebih banyak usaha untuk mengonsumsi. Seketika, kau diharuskan memilih; sepiring nasi yang makin lama makin dingin dan basi, atau mangkok-mangkok bubur yang terus mengepul menanti untuk dirasa?
Apakah ini yang disebut ‘setia’?
~*~
Teringat dirimu terbangun dalam histori. Sendok-sendok kecil putih yang masih terisi, kau tinggalkan seorang diri di meja putih bersih. Seakan berkata “Semua ini akan baik-baik saja!”, walau sebenarnya kau tahu bahwa itu tidak nyata. Bahkan untuk sesendok bubur pun kau tak mampu.