Bagi sebagian orang kematian merupakan hal yang menakutkan. Tapi bagi mereka yang memiliki bekal yang cukup kematian merupakan gerbang kebahagiaan. Semoga yang kedua ini merupakan pilihaan dari sang sahabat yang baru saja Allah swt panggil untuk menghadap keharibaan-Nya.
 Meskipun umurnya terpaut jauh di bawah saya tapi semangat dalam mengayuh sampan kehidupan begitu kuat. Tatapan mata yang penuh harap dan cita senantiasa menyiratkan sebagai seorang yang optimis.
Kini sosok itu telah tiada di hadapan kita. Pribadi yang selalu membersamai kita dalam menjalani hidup ini sudah berada di alam yang lebih indah. Kenangan khusus saya dengan almarhum yang tidak begitu banyak orang mengetahuinya, merupakan salah satu jalan saya masih eksis sampai sekarang di tempat kerja ini.Â
Pun demikian curhatan dirinya kepada saya yang dianggap sebagai orang yang usianya lebih tua kadang muncul seolah dia meminta mencari solusi bijak untuknya.
Sosok itu adalah Biki Zulfikri Rahmat, sang dosen yang sampai akhir hayatnya masih diamanahi sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Selain seagai sahabat yang sama-sama mengajar di tempat yang sama, kami pun sering terlibat aktif dalam beberapa kegiatan dan penelitian.Â
Dalam hal ini walaupun usianya di bawah tetapi seringkali input bernas dan cerdas keluar dari pemikirannya, pantas saja dia bernama Zul Fikri (seorang yang memiliki daya fikir). Selain itu almarhum memiliki talenta menulis. Selain menerbitkan buku, goresan karyanya sering dimuat dibeberapa media massa.
Namun, di usianya yang masih produktif beliau masih belum menentukan pilihan untuk pasangan hidupnya. Ya memang bisa dikatakan terlambat tapi hal itu kadang seperti tidak menjadi beban utama. Baginya ikhtiar dan doa adalah salah satu jalan untuk meraih kebahagiaan melalui hadirnya belahan jiwa.
 Ternyata takdir menentukan lain, selama ini harapan untuk mendapatkan bidadari dunia yang akan bersama-sama saling bergenggam tangan sampai akhir hayatnya belum tergapai. Allah swt maha mengetahui, insya Allah dengan ilmu dan amalnya selama di dunia, akan menjadi jalan peroleh bidadari surga-Nya.
Semoga perindu bidadari inipun bersua dengan para ulama yang mereka jugaa sampai akhir hayatnya tidak menikah. Dalam kitab Al-Ulama' al-'Uzzab Alladzina Atsaru al-'ilma 'Ala az-Zawaj, karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, merilis beberapa ulama yang membujang sampai akhir hayatnya.Â
Tentu hal ini dikarenakan kesibukan luar biasa dari mereka dalam mengajar, meneliti dan menulis. Dengan the power of jomblo mereka lahirlah beribu karya monumentalnya. Bahkan hasil goresan tangannya masih abadi sampai saat ini dan dijadikan referensi oleh para ulama, kyai, santri, mahasiswa dan pelajar.
Diantara para ulama yang membujang sampai akhir hayatnya ialah Ibnu Jarir at-Thabari yang dikenal pengarang tafsir ath-Thabary. Kemudian Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi yang sukses menulis sebanyak kurang lebih 40 karya. Selain itu Imam az-Zamakhsyari al-Khawarizmi yang memiliki karya monumental tafsir al-Kasyyaf.
 Termasuk Ibnu Taimiyyah al-Harani ad-Dimasyqi, seorang tokoh yang memiliki gorengan tangan mencapai 500 karya. Mereka menghabiskan waktu dan nafas hidupnya hanya untuk karya-karya bermanfaat yang akan menjadi bekal kebahagiaan sejati kelak.
Akhirul kalam, wahai perindu bidadari, selamat jalan menuju keabadian. Di sana kau tidak sakit lagi, tidak mengeluh lagi, tidak cape dan lelah. Tempat keabadian itu telah menantimu.
 Bersenang-senanglah dengan kenikmatan dari Tuhan-Mu dan sambutlah bidadari yang selama ini kau rindukan. Semoga kau bahagia dan berkumpul dalam kenikmatan bersama orangtuamu, dan para ulama yang selama ini kau cintai, aamiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI