Mohon tunggu...
Acep Suhendar
Acep Suhendar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Swasta di Cikarang

penulis pemula dari kabupaten Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lawan Hoaks dengan Literasi

13 Februari 2020   11:41 Diperbarui: 13 Februari 2020   11:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dulu kita bisa melihat para pelajar selalu memegang buku sambil berangkat ke sekolah dan itu menjadi suatu hal yang biasa, namun kini kita seolah terheran dengan si pembaca buku. Karena memang hal seperti itu sudah sangat jarang kita jumpai. Perpustakaan seolah menjadi pajangan sebagai syarat berdirinya suatu intansi sekolah.

Banyak buku karya anak bangsa yang lusuh tidak tersentuh oleh kaum terpelajar yang seharusnya bisa menambah ilmu dengan membacanaya. Seharusnya membaca menjadi budaya yang selalu diamalkan setiap harinya. Dengan membaca kita akan mendapatkan banyak pengetahuan, juga dengan membaca dapat menghindarkan kita dari sikap sok tahu.

Dari ketidaktahuan itulah yang akan membuat masyarakat mudah terhasut oleh orang-orang sok tahu yang membuat berita bohong (hoaks) sehingga masyarakat tersebut menjadi tersangka penyebaran berita bohong. Ditambah dengan semakin canggihnya perangkat ponsel yang mereka miliki membuat berita bohong tersebut cepat menyebar dan tidak terkendali.

 Tanpa mereka sadari bahwa UU ITE dapat menjerat siapa saja yang membuat berita bohong sekaligus menyeret mereka yang juga ikut menyebarkannya di media sosial. Selain rendahnya minat baca hal lain yang juga menjadi perhatian adalah kurang mampunya masyarakat dalam memahami berita yang mereka terima.

Dikutip dari situs theconversation.com disebutkan bahwa 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki kemampuan memahami informasi dari tulisan yang pendek, namun kesulitan untuk memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks yaitu hanya 5,4% populasi bisa menagkap informasi dari teks yang panjang. Hal ini dapat berpengaruh pada penyebaran berita hoaks karena cenderung membaca informasi dari judulnya dan hanya membaca sekilas tanpa memahami isi berita.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan dalam upaya meningkatkan minat baca dengan membangun infrastruktur yang mendorong terwujudnya budaya literasi tersebut, bahkan di taman-taman dan intansi resmi pemerintahan juga terdapat juga buku-buku yang diperuntukan pengunjungnya untuk dibaca. Namun upaya yang dilakukan dalam bentuk infrastruktur saja tidak cukup untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

Perlu dilakukan upaya yang lebih konkret lagi yang dapat membangkitkan selera membaca masyarakat. Dengan hanya mengandalakan program pemerintah saja tidak cukup untuk memperbaiki minat baca masyrakat. Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak agar harapan-harapan itu bisa terwujud.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan membuat hari literasi di sekolah yang dilakukan setiap satu minggu sekali. Yang mana siswa diwajibkan membawa buku bacaan untuk dibedah isinya. Beberapa sekolah telah melakuakan upaya ini dan cukup efektif meningkatkan minat baca siswanya. Yang kedua adalah lebih sering lagi mengadakan bazar buku murah untuk berbagai kalangan.

Buku-buku yang dijual pun harus buku terbaru yang sesuai dengan dinamika keadaan masyarakat saat itu. Yang ketiga, kita harus bersama-bersama berfikir untuk membuat buku yang menarik untuk dibaca sesuai dengan usia.

Misalnya saja anak usia sekolah dasar lebih menyukai buku dalam bentuk gambar yang penuh dengan warna. Maka dari itu kita bisa memasukkan pembelajaran dalam bentuk komik atau percakapan. Karena kendala yang sering ditemui dari budaya membaca adalah buku yang kurang menarik sehingga membosankan untuk dibaca.

Yang keempat adalah mendukung komunitas literasi, berikan mereka tempat untuk mengeksplor kemampuan dan hobi yang mereka miliki. Fasilitasi media untuk mempublikasikan karya yang mereka buat. Dan yang kelima adalah dengan melakukan perbaikan gizi. Seseorang yang memiliki gizi yang baik dapat melakukan aktifitas dengan penuh semangat termasuk aktifitas membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun