TPA Gampong Jawa ini dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh yang memiliki luas sekitar 20 hektar. TPA Gampong Jawa ini memiliki fasilitas TPA terpadu lengkap dengan pemilahan sampah dan sanitary landfillnya, Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dan fasilitas bengkel.
TPA Gampong Jawa termasuk salah satu TPA terbaik di Indonesia bahkan diperhitungkan akan menjadi salah satu terbaik di tingkat Asia, karena TPA Gampong Jawa merupakan TPA pertama di Indonesia yang mengubah sistem operasional dari open dumping menjadi Sanitary Landfill, sistem Sanitary Landfill adalah salah satu cara penimbunan sampah yang dilakukan di dalam tanah. Pasca lahirnya UU Pengelolaan Sampah, sistem Sanitary Landfill diberlakukan di TPA Gampong Jawa ini.
Sistem Sanitary Landfill ini akan menjamin TPA Gampong Jawa terhadap kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan ekosistem di sekitar TPA tersebut, sehingga sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Banda Aceh dengan jumlah mencapai 160 ton/hari  akan di treatment dengan sangat baik.
Dalam operasionalnya TPA akan dilakukan penutupan harian (daily cover) dengan menimbun sampah tersebut ke dalam tanah yang bertujuan untuk mengurangi bau dan menghindari lalat.
Sanitary landfill di Gampong Jawa ini dibangun dengan standar yang tinggi oleh BRR yang memperoleh bantuan dari konsultan ahli Belanda (Hasconing) sehingga pembangunan sanitary landfill tersebut sudah memenuhii standar layaknya sebuah sanitary landfill serta memiliki dokumen UKL/UPL.
Di atas saya sedikit menjelaskan profil tentang TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah Gampong Jawa namun ada hal yang lain yang ingin saya tulis terhadap TPA Gampong Jawa ini. Dibalik TPA Gampong Jawa yang dilengkapi oleh tekhnologi yang digunakan tersebut, ada sesuatu hal yang tersembunyi dan menarik perhatian bagi saya.Â
Ketika saya melewati jembatan baru yang Ulee Lheue, jembatan itu akan tembus ke sebuah gampong dan akan melewati jalan ke gampong jawa tersebut. Pada saat melewati jalan di Gampong Jawa ini tanpa disadari mata saya melihat ke arah TPA tersebut dan ada rasa penasaran yang menggiring langkah saya untuk masuk ke dalam.
Mungkin hari itu adalah hari keberuntung saya dengan pintu pagar yang terbuka dan di pos jaga pun tak ada satpam, membuat saya memutuskan untuk masuk demi menuntaskan rasa penasaran ini. Setelah mengikuti jalur jalan di TPA akhirnya saya sampai di tempat tujuan yaitu di puncak atau di atas TPA tersebut.Â
Namun, apa yang terlihat kali ini, sangat merubah mainset saya terhadap sebuah TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), dimana TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) ini bukan sekedar TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) saja tetapi ada keindahan yang tersembunyi di atas TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) ini. Mungkin bagi sebagian kalangan masyarakat menengah tak pernah kemari sehingga membuat saya beruntung bisa melihat dan meengabadikan pemandangan indah seperti ini.
Berkat adanya fasilitas TPA terpadu lengkap dengan pemilahan sampah dan sanitary landfillnya, Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dan fasilitas bengkel dan pada TPA ini diberlakukannya penutupan harian (daily cover) dengan menimbun sampah tersebut ke dalam tanah yang bertujuan untuk mengurangi bau dan menghindari lalat.
Pada saat saya memasuki dari pintu masuk sampai ke atas ini, memang tak ada bau maupun lalat yang terdapat di TPA tersebut sehingga membuat saya sangat menikmati pemandangan yang ditawarkan oleh TPA ini.Â
Saya sangat berterima kasih kepada BRR dengan bantuan konsultan ahli dari Belanda (Hasconing), sehingga TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah Gampong Jawa ini dibangun dengan standar yang tinggi.
Saya berharap tulisan ini bisa merubah mainset orang terhadap TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sehingga membuat mereka tahu bahwa keindahan pemandangan itu tak harus selalu melakukan perjalanan mahal atau harus melakukan perjalanan jauh.
Untuk menikmati keindahan alam, kita bisa melakukan pertualangan atau perjalanan ke daerah-daerah sekitar yang belum pernah kita jelajahi sehingga membuka suatu mainset dan pola pikir kita bahwa semua tempat memiliki keindahan alam yang patut untuk kita jaga kelestarian alam ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H