Reformasi merupakan perubahan yang dilakukan pada suatu sistem yang dianggap gagal atau pun tidak lagi bekerja dengan efektif, sebagai tindakan atau pun upaya melaksanakan perbaikan dalam suatu sistem tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, reformasi merupakan perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, dan agama) di suatu masyarakat atau pun negara.
Reformasi dalam Berbagai Bidang
Bidang Ekonomi
Bila melihat dari 1998 sampai sekarang yang telah berjalan 18 tahun, tingkat kemiskinan masih tetap tinggi dimana tingkat pengangguran yang kian bertambah.
Praktek Nepotisme dalam tubuh pemerintahan yang masih berlangsung saat ini, para koruptor kecil di tangkap tapi ada segelintir koruptor yang masih bebas bermain di sana-sini.
Ekonomi yang anjlok menjadi salah satu komponen dimana pada masa penuntutan reformasi adalah hal yang utama, bila melihat saat ini perekonomian di Indonesia masihlah terbilang menurun dan belum ada peningkatan sama sekali.
Terhitung masih ada beberapa provinsi yang ada di Indonesia yang masih memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi.
Bidang Politik
Perubahan yang terjadi dalam bidang politik terlihat jelas dengan terselenggaranya sebuah pemilu di Indonesia dan juga terbentuknya berbagai macam partai politik yang ada di Indonesia sampai saat ini.
Kebebasan berpolitik di Indonesia memang sudah terjadi, namun tanpa kita sadari dalam kebebasan berpolitik ini, tetap ada beberapa oknum yang bermain secara curang. Hal-hal kecurangan ini bisa kita lihat sendiri banyak terdapat di media-media sosial maupun di media cetak dan online.
Saling menjatuhkan dan pembunuhan karakter dari para calon ini, menjadi salah satu bagian kecurangan yang terjadi pada masa saat ini. Semakin canggih tekhnologi semakin “canggih” pula para timses dalam berkreativitas, tak sedikit para timses dari calon-calon ini yang membully untuk calon lainnya. Sehingga calon-calon ini ada yang terlihat baik atau malahan terlihat buruk di masyarakat.
Contohnya saja pada masa pemilu presiden yang memenangkan Bapak Jokowi. Terlihat betapa kreatifnya timses dari bapak Jokowi dalam mengusung Beliau. Mengangkat keblusukan dan gaya kepemimpinan bermasyarakatnya, begitu setelah memimpin kok malah menjadi “pelayan” bagi salah satu mantan presiden Indonesia.
Bidang Hukum
Bila berkaca pada masa kini dimana reformasi telah berjalan 18 tahun, Indonesia masih belum masuk dalam kategori negara yang berlandaskan hukum. Masih banyak kasus-kasus yang belum terselesaikan, persoalan kasus-kasus itu seakan hanya menjadi konsumsi masyarakat pada saat membaca berita di koran atau menonton di televisi.
Banyak seperti kasus-kasus yang belum terselesaikan itu seperti kasus pelanggaran HAM, korupsi yang dilakukan oleh para pejabat yang dekat dengan pemerintahan. Seperti kita lihat saja baru-baru ini kasus yang ramai di perbincangkan adalah tentang Pelaku Pemerkosaan atau sejenisnya akan di kebiri. Namun, pada kenyataannya makin dibentuk atau dibuat sebuah RUPP untuk hal tersebut makin tinggi tingkat pemerkosaan terjadi akhir-akhir ini.
Ini menunjukkan bahwa hukum yang ada di Indonesia tidak menimbulkan efek jera atau menjadi sebuah sanksi yang menakutkan bagi para pelaku.
Bidang Pendidikan
Ketika penyelenggaraan pendidikan yang tidak memadai dan dipaksakan untuk berjalan maka hasilnya adalah sama saja tidak memadai. Sehingga membuat daerah-daerah ini tidak berkembang dan para anak-anak yang punya semangat untuk menuntut ilmu sirna seketika karena hal-hal yang terjadi di lapangan tak sesuai dengan harapan mereka.
Dana yang melimpah dan sumber daya manusia yang melebihi tapi tak pernah ada perubahan pada daerah-daerah pelosok ini, seakan hanya menjadi sebuah “pemanis” dalam pembuatan “kontrak kerja baru” yang tak kunjung menemukan arah penyelesaiannya.
Bila melihat wajah dan bentuk pendidikan yang kian merosot dan hampir jatuh ke arah jurang ini, kondisi moral anak pelajar Indonesia menambah luka di hati masyarakat Indonesia. Moral para pelajar Indonesia yang dapat kita lihat di media sosial maupun di pertelevisian, sangatlah memalukan dimana para pelajar yang seharusnya menuntut ilmu dengan mudahnya mempertontonkan aksi-aksi yang menjurus ke arah nyeleneh dari mulai gaya pacaran yang menjurus hubungan suami istri, sampai gaya pakaian dan pergaulan yang sangat bebas.
Harapan Penulis sebagai Warga Negara Indonesia
Sebagai seorang warga indonesia saya sangat berharap kepada pemerintah jangan terlalu muluk-muluk dalam berbicara baik itu dalam kampanye atau konfrensi pers, karena dengan perkataan yang sangat tinggi tanpa pengaplikasian dan penerapan yang tidak nyata hanya akan menambah luka yang ada.
Banyak yang tak terealisasikan selama perkataan pada kampanye terdahulu yang membuat saya berpikir bahwa pemerintah hanya sekedar memenangkan sebuah kompetisi bagi dirinya dan menjadi populeritas semata sehingga bukan hal baru bagi para calon-calon pemimpin ke depan yang berbicara soal janji semata dengan penerapan yang tak pasti seakan menjadi hal biasa dalam sebuah kampanye.
Indonesia jangan menjadi negara yang “latah” dengan apa yang terjadi di luar negara Indonesia. Sering kali terjadi ke”latah”an massal pada Indonesia yang membuat Dunia tertawa melihat betapa bodohnya Indonesia.
Fokus dalam membangun Indonesia jangan dengan janji tapi dengan penerapan dan pengaplikasian yang jelas. Jangan berharap Indonesia maju bila terus bersifat “iri” negara lain bisa sukses.
Berdayakan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya karena banyak sumber daya manusia yang berkompeten dihilangkan fungsinya digantikan oleh oknum-oknum tertentu yang ingin memperkaya diri sendiri. Banyak sumber daya manusia yang "keluar" dari Indonesia yang merasakan bahwa Indonesia kurang perhatian terhadap beberapa sumber daya manusia yang berkompeten ini sehingga menyebabkan Indonesia kurang dalam pemberdayaan orang-orang seperti itu.
Bila melihat perjalanan selama 18 tahun reformasi, menurut pribadi saya Indonesia gagal dalam menjalankan reformasi dimana sepertinya pemerintah kurang memaknai dan menghargai apa arti dari sebuah reformasi yang didapat dari sebuah perjuangan tersebut. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi Reformasi Jilid II.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H