Mohon tunggu...
RM TPA II
RM TPA II Mohon Tunggu... Eks, Mahasiswa -

S1 Pendidikan Matematika Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Politik

[Dibalik] Kegagalan Mei 98

28 Mei 2016   23:35 Diperbarui: 29 Mei 2016   11:48 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kelam pendidikan di Indonesia

Ketika penyelenggaraan pendidikan yang tidak memadai dan dipaksakan untuk berjalan maka hasilnya adalah sama saja tidak memadai. Sehingga membuat daerah-daerah ini tidak berkembang dan para anak-anak yang punya semangat untuk menuntut ilmu sirna seketika karena hal-hal yang terjadi di lapangan tak sesuai dengan harapan mereka.

Dana yang melimpah dan sumber daya manusia yang melebihi tapi tak pernah ada perubahan pada daerah-daerah pelosok ini, seakan hanya menjadi sebuah “pemanis” dalam pembuatan “kontrak kerja baru” yang tak kunjung menemukan arah penyelesaiannya.

Bila melihat wajah  dan bentuk pendidikan yang kian merosot dan hampir jatuh ke arah jurang ini, kondisi moral anak pelajar Indonesia menambah luka di hati masyarakat Indonesia. Moral para pelajar Indonesia yang dapat kita lihat di media sosial maupun di pertelevisian, sangatlah memalukan dimana para pelajar yang seharusnya menuntut ilmu dengan mudahnya mempertontonkan aksi-aksi yang menjurus ke arah nyeleneh dari mulai gaya pacaran yang menjurus hubungan suami istri, sampai gaya pakaian dan pergaulan yang sangat bebas.

Harapan Penulis sebagai Warga Negara Indonesia

Sebagai seorang warga indonesia saya sangat berharap kepada pemerintah jangan terlalu muluk-muluk dalam berbicara baik itu dalam kampanye atau konfrensi pers, karena dengan perkataan yang sangat tinggi tanpa pengaplikasian dan penerapan yang tidak nyata hanya akan menambah luka yang ada.

Banyak yang tak terealisasikan selama perkataan pada kampanye terdahulu yang membuat saya berpikir bahwa pemerintah hanya sekedar memenangkan sebuah kompetisi bagi dirinya dan menjadi populeritas semata sehingga bukan hal baru bagi para calon-calon pemimpin ke depan yang berbicara soal janji semata dengan penerapan yang tak pasti seakan menjadi hal biasa dalam sebuah kampanye.

Indonesia jangan menjadi negara yang “latah” dengan apa yang terjadi di luar negara Indonesia. Sering kali terjadi ke”latah”an massal pada Indonesia yang membuat Dunia tertawa melihat betapa bodohnya Indonesia.

Fokus dalam membangun Indonesia jangan dengan janji tapi dengan penerapan dan pengaplikasian yang jelas. Jangan berharap Indonesia maju bila terus bersifat “iri” negara lain bisa sukses.

Berdayakan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya karena banyak sumber daya manusia yang berkompeten dihilangkan fungsinya digantikan oleh oknum-oknum tertentu yang ingin memperkaya diri sendiri. Banyak sumber daya manusia yang "keluar" dari Indonesia yang merasakan bahwa Indonesia kurang perhatian terhadap beberapa sumber daya manusia yang berkompeten ini sehingga menyebabkan Indonesia kurang dalam pemberdayaan orang-orang seperti itu.

Bila melihat perjalanan selama 18 tahun reformasi, menurut pribadi saya Indonesia gagal dalam menjalankan reformasi dimana sepertinya pemerintah kurang memaknai dan menghargai apa arti dari sebuah reformasi yang didapat dari sebuah perjuangan tersebut. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi Reformasi Jilid II.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun