Mohon tunggu...
RM TPA II
RM TPA II Mohon Tunggu... Eks, Mahasiswa -

S1 Pendidikan Matematika Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Permainan Tradisional vs Gadget

5 Mei 2016   18:42 Diperbarui: 5 Mei 2016   18:51 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Ilustrasi Gadget | thechurchblog.com

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia anak saat ini sangat berbeda dengan dunia pada zaman kita kecil dahulu. Waktu zaman kecil dahulu televisi sangat jarang, dan pola permainan juga masih sangat tradisional, sehingga kita akan sedikit sulit untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.  Hal tersebut tentunya akan sangat berbanding terbalik dengan masa sekarang, ada banyak sekali perangkat teknologi yang dapat digunakan untuk mencari berbagai macam informasi yang diinginkan.

Prinsip perkembangan adalah perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Prinsip yang lain adalah semua aspek perkembangan saling mempengaruhi, baik aspek fisik, emosi, inteligensi maupun sosial.

Pada masa sekarang, apalagi anak-anak usia dini sudah mengenal dan bukan barang baru lagi bahwa gadget dipilih sebagai permainan bagi sang anak-anak, karena rasa sayang orang tua pada anaknya tidak jarang orang tua membelikan gadget yang canggih untuk anaknya tersebut. 

Memang gadget ini memberikan dampak negatif dan positif, namun bila melihat perkembangan anak zaman sekarang  dalam penggunaan gadget ini banyak sisi negatifnya.

Dampak Negatif dari Gadget ini diantaranya adalah Penggunaan gadget berlebihan menjadi penyebab meningkatnya laju depresi pada anak, kecemasan, gangguan perhatian, autisme, gangguan bipolar dan gangguan perilaku pada anak. Konten kekerasan dapat menyebabkan agresif pada anak. Seperti pada game Grand Theft Auto V, yang ada menggambarkan seks, pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan dan mutilasi. Kurangnya perhatian orangtua, anak-anak cenderung lebih dekat dengan gadget karena kecanduan.

Secara psikologis anak yang sering bermain gadget akan berpengaruh pada sikapnya. Anak lebih menyukai kesendiriannya daripada harus bersosialisasi dengan teman-temannya. 

Setuju dengan Pemblokiran Game

Saya rasa pemblokiran game yang kurang edukatif dan dapat merubah secara psikologis anak sudah sepatutnya diblokir dan tidak sedikit game itu membuat si anak menjadi kecanduan, dan mengurangi prestasi belajar anak. Dan banyak juga kita temui dalam pemberitan anak-anak, bolos sekolah dan kedapatan di warnet atau tempat-tempat game online dan banyak juga yang karena kecanduan main game mereka rela untuk "mencuri" baik itu uang orang tua maupun melakukan tindakan kriminal lainnya.

Bila KPAI melakukan pemblokiran game berarti KPAI telah melakukan survey dan melihat dampak negatif atau postifnya game tersebut pada anak. Bila game yang bisa membuat sikap si anak ke arah negatif ya sah sah saja bila KPAI melakukan pemblokiran tersebut dan saya mendukungnya. Karena usia anak-anak sangatlah rentan dengan game-game tersebut.

Masih ingatkah tentang kejadian anak SD yang mempraktekkan adegan Smack Down ? Smack Down merupakan salah satu olahraga gulat yang dulunya tayang disalah satu televisi Nasional yang populer di tahun 2000-an, namun berkat adanya kejadian tersebut membuat pihak penyiaran untuk memindahkan ke televisi berbayar dan ada konten DW( Dewasa) atau BO( Bimbingan Orang tua).

Pandangan Saya

Banyak anak-anak yang salah dalam penggunaan gadget ini, bisa kita lihat saja bagaimana banyak tersebar foto-foto bugil malahan video porno anak sekolahan, dan tidak sedikit itu dilakukan anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau SD dan juga anak-anak SMP.

Sudah sepatutnya pengawasan lebih ketat dilakukan oleh orang tua terhadap penggunaan gadget ini, saking "manjanya" anak-anak terhadap gadget maka tidak sedikit anak-anak yang membuat privasi terhadap gadget ini dalam pantauan orang tuanya.

Bukannya di sini tidak membolehkan anak untuk menggunakan gadget atau menjauhkannya dengan sungguh-sungguh dan malah membuatnya tidak mengetahui tentang teknologi saat ini. Tetapi adalah, gunakan gadget itu  dengan baik, benar, untuk edukasi, dan yang terpenting adalah orang tua harus menemanki mereka saat bermain. Mengapa? karena pengawasan itu penting agar tidak keblabasan.

Permainan Tradisional kini hilang

balap-karung-1-www-gramediamajalah-com-tile-572b314cae7a613d07998bfc.jpg
balap-karung-1-www-gramediamajalah-com-tile-572b314cae7a613d07998bfc.jpg
Sejumlah permainan tradisional yang kalah oleh gadget 

Dengan adanya gadget anak-anak sekarang lupa bahwa kita memiliki permainan tradisional yang telah lama dibiarkan mati dan dilupakan. Dulu pada zaman kita sekolah SD saya dulu sering memainkan permainan petak umpet, kelereng, lompat tali, ular naga, engklek. 

Tapi, bila kita ke sekolah-sekolah saat ini semua permainan itu hilang di telan bumi, kebanyak anak-anak sekarang sibuk dengan gadget masing-masing. Permainan tradisional kini hanya terlihat pada event 17 Agustus-an saja. 

Bila anak-anak terus dibiarkan begini, anak-anak akan hilang masa kecil yang indah. Dan tak akan ada cerita untuk anak-anak mereka kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun