Mohon tunggu...
Asri Salam
Asri Salam Mohon Tunggu... Buruh - Something Went Wrong

Ketika Mereka Memelihara Kebodohan, Berarti Hanya Mereka Yang Mau Makan. Gombara 94-2000 www.acchijie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Harsil Si Tukang Tambal Ban Yang Tak Mau Korupsi..

10 Januari 2014   14:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang kemarin ban motorku bocor untung tempat tambal ban tak jauh dari tempat kempesnya ban motorku tanpa turun dari motor kubawa motor perlahan menuju tempat tambal ban, sesampai di sana ada dua orang yang sedang juga memperbaiki ban yang bocor dan kedua-duanya adalah ban mobil.

Saya pun menanyakan apa bisa tambal ban motor..? Si penambal ban sambil bekerja menjawab iya kemudian Ia bertanya padaku kita tidak terlalu terburu-buru..? kujawab iya kemudian Ia mengatakan padaku sabar sebentar saya selesaikan ban mobilnya bapak ini dulu.

Setelah ban mobil milik bapak itu ditambal tubles bapak itu membayarnya lalu meminta nota mungkin untuk bukti dikantornya, setelah itu barulah dikerjakan motorku dan ternyata bocornya ban motorku bekas tambalannya yang lalu terpaksa ganti ban baru deh.

Sambil Ia bekerja saya pun berbincang-bincang dan disaat itu Ia mengatakan padaku bapak yang tadi minta nota untuk dituliskan harga tambal ban tapi yang Ia minta supaya di nota itu ditulis yang tidak sesuai dengan harga saya padahal harga saya cuma dua puluh ribu rupiah kalau hanya tambal tubles bapak yang tadi minta di tuliskan di notanya tiga puluh lima ribu rupiah, saya tidak mau karena kalau orang tahu harga tambal saya begitu bisa lari semua pelanggan saya, bayarnya Rp 20000 tapi yang mau di tulis di nota Rp 35000.

Saya pun hanya terdiam hanya mangguk-mangguk dalam hati saya betul-betul negeri ini korupsinya sudah kronis bahkan ongkos tambal ban pun di mark up.

Kemudian saya bertanya kepada si penambal ban selalu ada yang minta nota biasanya..? Ia pun menjawab Iya karena disini banyak mobil-mobil perusahaan yang jadi langganan saya tapi kalau ada minta dituliskan nota yang tidak sesuai saya tidak pernah mau, saya hanya menuliskan yang sesuai kalau cuma tambal saya cuma tulis ongkos tambal kalau ada yang ganti ban saya tulis sesuai harga ban sama ongkos kerjanya.

Tak terasa ban dalam motor saya sudah diganti, saya tidak langsung pulang tapi duduk sejenak untuk melanjutkan perbincangan sekali-kali Ia berdiri untuk meladeni mobil yang menepi untuk tambah angin bahkan sering-sering orang-orang yang lalu lalang mengangkat tangannya ataupun klakson kearah si penambal ban ini, dan pernah sekali Ia meninggalkanku untuk menyebarang jalan dan saya lihat dari jauh ternyata gerobak yang disebelah Ia juga yang menjaganya, kemudian setelah balik lagi saya menayakannya apa itu disebelah.? Ia menjawab gerabak Es Balok yang bisa di pecah-pecah harganya Rp 18000 saya di gaji Rp 800.000 perbulan untuk menjaganya sama dengan disini saya juga cuma menjaga dan bagi hasil.

Banyak pertanyaan dan ilmu soal ban yang saya baru tahu bahkan Ia sekali-kali mengambil alat mempraktikkan langsung cara kerja untuk menempel ban tubles, Ia juga menceritakan pengalaman kerjanya yang menurut saya cukup banyak, Ia mengatakan Ia hanya tamat SMP dan hanya dua minggu di SMA, Orang tuannya masih ada dikampung bekerja sebagai tukang las almunium, ketika saya tanya kenapa tidak bersama dengan bapak.? dia hanya menjawab saya sebenarnya juga tahu yang dikerjakan bapak saya tapi saya lebih senang kalau kerja di kampungnya orang.

Lalu saya menanyakan kalau disini tinggal dimana..? sambil menunjuk gerobak dibalik tembok yang tidak kelihatan dari depan yang dibelakangnya hanya ada rumput ilalang yang cukup tinggi, namun katanya Ia jarang juga tidur disitu karena takut dengan mahluk astral Ia lebih banyak tidur di rumah keluarganya, temannya bahkan kadang diemperan toko kalau Ia sudah ngantuk berat, pakaiannya pun dimana-mana ada dirumah keluarga dan temannya.

Sebelum saya pulang Ia mengatakan saya senang kalau punya banyak teman dan kenalan Ia juga selalu menjaga kepercayaan orang-orang termasuk termasuk orang yang mempekerjakannya, kalau saya mau curang bisa saja karena bos saya tidak tahu seberapa banyak orang yang datang tambal/ganti atau isi/ganti angin sehari-hari di sini, saya juga tidak minum (maksudnya minuman keras) tapi saya merokok, kalau orang-orang sekitaran sini mereka pada kenal saya makanya kalau malam soal tempat tidur saya tidak terlalu pusing.

Akhirnya saya pun membayar ban dalam motor yang saya ganti bersama ongkos kerjanya kemudian sebelum saya pulang saya menyempatkan menanyakan namanya kemudian saya juga memperkenalkan nama saya, saya pun pulang mengendarai motorku sambil mengambil hikmah pelajaran dari seorang yang bernama Harsil Si Tukang tambal ban.

Sekedar Catatan dialog kami tentunya pakai dialek Makassar dan sekali-kali memakai bahasa Makassar

Acchi 03 : 46 PM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun