"Kejelasan mengenai kepemilikan tanah baru selesai tahun 2000. Tahun itu juga kami membangun tempat ini, selesai 2001. Proses pembangunannya dibantu oleh warga sekitar yang rata-rata muslim. Setelah itu, kami tak lagi berpindah-pindah tempat."
Hingga hari ini, GKJW Kalisat terlihat seperti rumah biasa sebab di depan tak ada tulisan apapun. Tak ada papan nama. Kata Soedarmo, "Hanya belum sempat bikin saja."
Istri Soedarmo kelahiran Semboro, Jember, tahun 1940. Nama Ayahnya adalah Slamet. Pasangan ini dikaruniai 12 buah hati. Si bungsu laki-laki kelahiran tahun 1977, Hari namanya. Ia satu-satunya yang belum menikah.
"Saya sendiri duabelas bersaudara kan? Lha anak saya juga duabelas, hehe. Enam perempuan enam laki-laki. Yang memeluk agama Islam enam orang, enam lainnya mengikuti jejak saya. Kesebelas anak menantu saya dari berbagai latar belakang. Ada yang Tionghoa, Pakistan, Madura juga ada. Macem-macem."
Terima kasih Bapak Soedarmo, senang berbincang dengan Anda.
*Untuk Mas Krisna Kurniawan dan Mas Ronnie yang mengantarkan kami ke sana --mulanya hanya ingin verifikasi kebenaran catatan tentang keberadaan listrik di Kalisat sejak 1936-- serta untuk Mas Ivan yang datang menyusul, terima kasih.
*Dokumentasi Pribadi, 21 Oktober 2015
*Catatan Oleh Zuhana AZ dan RZ Hakim
*) Keterangan Gambar:Â Zuhana AZ sedang bersama Bapak Soedarmo di GKJW Kalisat, 21 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H