Mohon tunggu...
RZ Hakim
RZ Hakim Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyat biasa yang senang menulis. Kini tinggal di Kalisat, kabupaten Jember.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Setara Itu Indah

20 April 2012   23:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengawali hari ini dengan tiga hal. Menikmati kicau burung-burung liar, sinar mentari, dan secangkir kopi. Sekarang bertambah satu lagi, update status seorang kawan di jejaring sosial. Dia menulis petikan surat RA Kartini kepada Nyonya Zeehandelaar. Ah, pagi yang sempurna.

Ini dia yang dia tuliskan..

... Dan semasa kanak-kanak, laki-laki itu sudah diajar merendahkan derajat anak perempuan itu. Bukankah acapkali kudengar seorang ibu berkata kepada anaknya laki-laki, bila dia jatuh, lalu menangis,

"Cis anak laki-laki menangis tiada malu, seperti anak perempuan!"

Anakku laki-laki maupun perempuan, akan aku ajar, supaya menghargai dan pandang memandang samarata, makhluk yang sama, dan didikannya akan kusamakan benar; yakni tentu saja masing-masing menurut kodrat kecakapannya ....

- Petikan surat RA Kartini kepada Nyonya Zeehandelaar, 23 Agustus 1900 -

Saya merenungkannya. Tak lama kemudian saya teringat akan lirik lagu yang pernah saya ciptakan, berjudul setara itu indah. Lalu saya bayangkan RA Kartini melantunkan lirik-lirik ini.

Setara Itu Indah

Aku tercipta dari.. Dari tulang rusuk laki-laki
Tak jauh dari hati.. Tempat dimana cinta bersemi

Bukan dari telapak kaki.. Bukan dari ujung rambut ini
Semoga kau mengerti.. Arti dari filosofi yang sempurna ini

Setara itu indah.. Setara itu indah

Reff

Setara bukan berarti aku ingin jadi seperti lelaki
Aku mencintai kodratku.. menemani kekuranganmu

Hanya ingin ada disampingmu.. merdeka tapi tetap kau lindungi
Meski peran kita berbeda.. dimata Tuhan kita sama

*****

Kepada perempuan-perempuan Indonesia, selamat merenungkan sepak terjang Raden Ajeng Kartini. Jika Kartini punya masa dan cara tersendiri (menulis) untuk memperjuangkan apa yang dia yakini, maka kita semua juga memilikinya, bahkan mungkin lebih luas. Mari berkarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun