Mohon tunggu...
RZ Hakim
RZ Hakim Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyat biasa yang senang menulis. Kini tinggal di Kalisat, kabupaten Jember.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jember

12 Desember 2011   08:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Senang sekali, hari ini saya membuat akun di kompasiana. Tidak ada yang istimewa kenapa saya memilih hari ini. Yang saya tahu, 12 Desember adalah hari transmigrasi.

Perkenalkan nama saya Hakim. Saya lahir dan tumbuh besar di kota kecil Jember, sebuah kawasan yang masihlah sangat muda. Pada 1 Januari 2012 nanti Jember genap berusia 83 tahun. Berjarak sangat jauh bila dibandingkan dengan kota kota di sekitarnya. Boleh jadi, Jember kalah tua dengan Almarhum kakek saya, hehe.

Kenapa bisa sangat muda? Kalau dari sudut pandang saya sendiri, karena kota ini lahir bukan dari reruntuhan kerajaan. Jember sengaja dibuka untuk akses pertanian tembakau. Tepatnya pada 1859.

Jadi gini ceritanya. Pada saat itu ada karyawan VOC bernama George Birnie yang tertarik membuka lahan di Jember. Dia mengajak dua orang rekannya (Matthiasen dan Van Gennep) untuk membuat sebuah unit dagang (kalau di buku namanya NV. LMOD alias Landbauw Maatshcappij Oud Djember).

Menurut saya, mereka bertiga adalah leader yang handal. Berani membuka usaha di lahan yang tadinya hanya berupa hutan dan rawa saja (karakter lahannya jauh berbeda dengan dua kota tua yang mengapitnya, Bondowoso dan Lumajang).

Mereka membangun usaha tanpa ada masyarakat lokal yang siap dipekerjakan. Atau mungkin ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Karena menurut imajinasi saya, daerah hutan yang berawa hanya akan dihuni oleh wabah malaria, kolera dan binatang buas. Dan pada abad 19, tabib atau petugas kesehatan di jawa bagian timur tidaklah sebanyak sekarang. Pastilah sulit untuk adaptasi dan bertahan hidup di Jember.

Ow.. kenapa saya tiba tiba nulis tentang sejarah Jember ya? Maaf maaf. Mungkin saya masih grogi. Maklum, pendatang baru.

Oke mesisan, sedikit lagi tentang Jember.

Pada akhirnya LMOD benar benar berdiri dan beroperasi. Mereka mendatangkan tenaga kerja dari Pulau Jawa bagian timur yang pedalaman (maksud saya, yang lokasi daerahnya tidak berdekatan dengan lautan). Dari Ponorogo, Kediri, Temanggung dan masih banyak lagi.

Karena LMOD semakin bergerak maju, Jember menjadi medan magnet bagi para pencari kerja. Mereka mengetahui info ini, tentu saja dari rekan atau saudara yang telah bekerja.

Merasa kurang, pihak LMOD mendatangkan tenaga kerja (lagi) dalam jumlah yang lumayan banyak. Kali ini mereka memilih orang orang Madura yang dikenal memiliki etos kerja tinggi.

Disinilah, awal babak baru adanya akulturasi budaya di kota kecil Jember. Ada dua kebudayaan besar yang bersentuhan, dan dua duanya dominan. Jawa dan Madura. Ini juga yang membentuk karakteristik orang orang Jember sekarang.

Sedikit tambahan

Saya punya blog (yang lama tak terawat), berkisah seputar Jember. Bila ada yang tertarik, silahkan berkunjung ke sini.

Saya juga menciptakan sebuah lagu sederhana berjudul ai elof jember. Yaah, barangkali ada salah satu dari anda yang punya sedikit kenangan di kota kecil ini, bisa sekedar mendengarnya di sini.

Para Kompasianer, mohon maaf bila tulisan perdana saya membosankan.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun