Menggagaspersoalanpendidikanpada dasarnyaadalahmenggagas persoalan kebudayaandanperadaban.Secaraspesifikgagasanpendidikanakan merambah ke wilayahpembentukan peradaban masa depan,suatuupaya merekonstruksipengalaman-pengalamperadaban umatmanusia secara berkelanjutangunamemenuhi tugas kehidupannya, generasi demigenerasi. Sebagai lembagapendidikanformal,sekolahmerupakan tempat pengembanganilmupengetahuan,kecakapan,keterampilan,nilaidansikapyang diberikansecara lengkap kepada generasi muda. Hal ini dilakukan untuk membantuperkembanganpotensidankemampuanagarbermanfaatbagi kepentingan hidupnya.
Dalamkeseluruhanprosespendidikankhususnyapendidikandisekolah, gurumemegang peranan yang paling utama. Perilaku guru dalam proses pendidikanakan memberikanpengaruhdanwarnayangkuatbagipembinaan perilakudan kepribadiansiswa.DalamUndang-UndangNo. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa:ìPendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
Nasional Indonesia,dan tanggapterhadap tuntutan perubahan zaman.î1 Berdasarkan tujuan pendidikan nasional ini sangat jelas peranan guru sangat esensial dan vital.
Sebagaisalahsatukomponendalamprosesbelajarmengajar(PBM),guru memilikiposisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran dalam merancang,mengelola, melaksanakandanmengevaluasipembelajaran.2Iajuga memilikikedudukansebagaifigur sentraldalammeningkatkanproses belajar mengajar.3 Ditanganparagurulahterletak kemungkinanberhasilatautidaknya pencapaiantujuanbelajarmengajardisekolah,sertadi tanganmerekapulalah bergantungnyamasadepankarirpesertadidikyangmenjaditumpuanparaorang tua. Maka diharapkan melalui proses ini peserta didik mempunyai sejumlah kepandaiandankecakapantentangsesuatuyangdapatmembentukkematangan pribadinya.
Namun,apabilakitamelihatrealitasyangterjaditernyatakualitasguru padasaat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih sajadipertanyakan, baik dikalanganparapakar pendidikanmaupundiluarpakarpendidikan.Selama dasawarsaterakhirinihampirsetiaphari,mediamassacetakbaikharianmaupun mingguanmemuatberitatentangguru.Ironisnya, berita-beritatersebutbanyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baikyang sifatnyamenyangkut
kepentinganumumsampaikepadahal-halyangsifatnyasangatpribadi, sedangkan dari pihakguru sendiri nyaris tidak mampu membeladiri.
Masyarakat kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak berkompeten, tidakberkualitasdansebagainya,manakalaputra-putrinyatidak bisamenyelesaikanpersoalan yangiahadapisendiriataumemilikikemampuan tidak sesuai dengan harapannya.4
Kalangan bisnis (industri) pun memprotes para guru karena kualitas
lulusandianggapkurangmemuaskanbagikepentinganperusahaanmereka.Tentu sajatuduhandanprotesdariberbagaikalangantersebutdapatmenurunkancitra guru.5
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan,
karenamemangadasebagianoknumguruyangmenyimpangdarikodeetiknya. Anehnyalagikesalahansekecilapapunyangdiperbuatgurumengundangreaksi yangbegituhebatdimasyarakat.Halinidapatdimaklumikarenadenganadanya sikapdemikianmenunjukkanbahwa memangguruseyogianyamenjadianutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peransebagai faktorpenentukeberhasilantujuansuatuorganisasiselaintenaga kependidikanlainnya,karenaguruyanglangsungbersinggungandenganpeserta
didikuntukmemberikanbimbinganyangmuaranyaakanmenghasilkantamatan yangdiharapkan. Untuk itu kinerjaguru harus selalu ditingkatkan.
Dalamduniapendidikankinerjaguruatauprestasikerja(performance) merupakanhasil yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktudidalamprosesbelajarmengajardisekolah.Kinerjaguruakanbaikjika gurutelahmelaksanakanunsur-unsuryangterdiridari kesetiaandankomitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai danmengembangkanbahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam melaksanakanpengajaran,kerjasamadengansemuawargasekolah, kepemimpinanyangmenjadipanutansiswa,kepribadianyangbaik,jujurdan obyektifdalam membimbingsiswa, sertatanggungjawab terhadap tugasnya.
Adabeberapafaktoryangdapatmempengaruhikinerjaguru,salahsatu faktornyaadalahkecerdasanemosional.Goleman6mengemukakanbahwa kecerdasanemosional menentukanposisiseseorangmempelajariketerampilan- keterampilanpraktisyangdidasarkan padalimaunsurnyayaitu:kesadarandiri, motivasi diri, pengendalian diri, empati, danketerampilan dalam membina hubungan.
IstilahEmotionalIntelligencediciptakandansecararesmididefinisikan olehJohnMayerdanPeterSaloveypadatahun1990.sementaraReuvenBar-On
menyumbangkanungkapanEmotionalIntelligence.7Kecerdasanemosi merupakanwacanabarudiwilayahpsikologidanpedagogiksetelahbertahun- tahun masyarakat sangat meyakini bahwa faktor penentu keberhasilan hidup seseorangadalahIQ.Temuanpenelitiandibidangpsikologiyangdilakukanoleh Gardnertentangmultipleintellegenceyangmenyatakanbahwamanusiamemiliki banyakkecerdasan,yangbukanhanyakecerdasanintelektualsajatelahmembuka cakrawalabarutentangpotensimanusiayangbelumdieksplorasiuntuk mendorongkeberhasilanhidup.
Penelitian-penelitiansekarangmenemukanbahwaketerampilansosialdan emosionalinimungkinbahkanlebihpentingbagikeberhasilanhidupketimbang kemampuanintelektual. Dengankatalain,memilikiEQtinggimungkinlebih penting dalam pencapaiankeberhasilanketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standarterhadap kecerdasan kognitifverbal dan nonverbal.8
Sangat tertariknya banyakorangkepada konsepkecerdasanemosional
memangdimulaidariperannyadalammembesarkandanmendidikanak-anak, tetapiselanjutnyaorangmenyadaripentingnyakonsepinibaikdilapangankerja maupun dihampirsemua tempat lainyang mengharuskan manusia saling berhubungan.9
Guru yangberperan signifikandalampendidikanseharusnya memiliki komitmen yangdapatmenumbuhkankinerja,keyakinandanseperangkatnilai- nilaiyangdapatmenariksiswa-siswauntukmemilikidedikasiyangtinggiguna pencapaian tujuan sekolah. Dengandemikian mereka secara bersama-sama memilikidanmemegangteguhprinsip-prinsipyangtelahditetapkandanberjuang untukmewujudkannyadalamtindakannyata.Merekajuga memilikikomitmen bersamagunamencapai tujuan-tujuan sekolahyangtelah ditentukan sebelumnya.
1UUSPN, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra
Umbara, 2003), h. 3
2SyafruddinNurdindanM.BasyiruddinUsman,Guru Profesionaldan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: CiputatPress, 2002),h. 7
3TabraniRusyan,dkk,PendekatandalamProsesBelajarMengajar,(Bandung: Rosdakarya,1994), cet.3,h. 3
4 Moh.UzerUsman, MenjadiGuru Profesional, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya), 2006, h. 3.
5 ibid
6Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Penerjemah T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,2000), cet.Ke-10, h. 16
7StevenJ.SteindanHowardE.Book,M.D.,LedakanEQ,penerjemahTrinandoRainy
JanuarsaridanYudhiMurtanto,(Bandung:Kaifa,2002), h.32
8Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak,(Jakarta: GramediaPustaka Utama,1998), h. 4
9. ibid, h. 6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H