Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Kepemimpinan dari Makna Simbolik Tumbuhnya Jenggot

15 Oktober 2016   12:07 Diperbarui: 15 Oktober 2016   12:27 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lain ladang lain belalang, seje deso mowo coro, mungkin inilah peribahasa yang pas untuk mewakili nama rambut yg terletak dibawah dagu atau janggut. Bentuk dan rupa boleh sama, namun karena letaknya yang berbeda maka namanya pun juga berbeda. Memang semuanya tergolong jenis rambut, itu kalau letaknya di kepala, namun bila letaknya di atas mata namanya bukan lagi rambut tapi alis, ada lagi yang namanya kumis, cambang atau godek, buyak, dan masih banyak lagi untuk nama-nama rambut yang letaknya berbeda dari anggota tubuh manusia.

Jenggot, merupakan nama rambut yang tumbuh tepat dibawah dagu (janggut) orang laki-laki kebanyakan. Namun tidak semua laki-laki dagunya tumbuh jenggot, atau kadang ada juga orang laki-laki yang tidak suka memelihara jenggotnya sehingga baru tumbuh dikit saja sudah merasa risih dan kemudian dicukur.

Memang itu hak masing-masing, bagi yang tidak suka memelihara jenggot, karena itu dagu-dagunya sendiri dan jenggot-jenggotnya sendiri, mau dicukur, mau dirawat, mau diklabang, mau dikriting, mau diribonding, terserah yang empunya. Orang tidak bisa menyuruh-nyuruh dan memaksa-maksa untuk memelihra jenggot, yang bisa dilakukan mungkin hanya menghimbau untuk bisa memelihara jenggot, karena pendapat sebagian ulama selain ciri dari orang islam, memelihara jenggot termasuk sunah Kanjeng Nabi.

Dalam tulian ini tidak membicarakan itu sunah atau bukan, namun akan memabahas keberadaan dan makna yang terkandung dari tumbuhnya jenggot tersebut. Karena Gusti Allah menciptakan dan menumbuhkan jenggot pada manusia tentu tidak sia-sia, sudah barang tentu ada guna dan manfaat bagi orang yang dagunya tumbuh jenggot. Pun bagi orang yang dagunya tidk tumbuh jenggot, pastilah ada maksud dibalik itu semua.

Kalau kita simak lebih jauh, ternyata keadaan alam bisa mempengaruhi tumbuh tidaknya jenggot, hal ini perlu diadakan penelitian apakah benar demikian. Kita sering melihat bahwa kebanyakan bangsa Timut Tengah jenggotnya lebat-lebat, bangsa asia tumbuh tapi tidak begitu lebat, bangs aEropa jarang yang tumbuh jenggotnya, bangsa Afrika nyaris tidak ada tumbuh jenggot, ada apa dengan semua ini? mungkin kompasioner yang ahli biologi bisa menjelaskan secara ilmiah mengenai hal ini. menurut pandangan dan kaca mata falsafah akan lain dan berbeda kerterangannya dengan ahli-ahli yang lain, karena metode dan cara berpikirnya juga berbeda.

Jenggot termasuk jenis tumbuh-tumbuhan aneh, karena biasanya yang namanya tumbuhan itu akarnya ada di bawah, namun tidak demikian dengan jenggot. Akar jenggot tepat berada di atas batang tumbuhnya, semakin panjang pertumbuhanya jenggot semakin ke bawah bukan ke atas layaknya tumbuhan lain. Jenggit tidak mencari nutrisi makanan dari tanah, tidak perlu pupuk, tidak perlu semprot hama, bahkan ditebang berkali-kali tetap saja tumbuh dengan suburnya.

Jenggot adalah simbol dari sebuah kepemimpinan, bagaimana tidak. Karena seoarng pemimpin harus bisa meniru kehidupan jenggot, yang tidak pernah mencari makan dari bawah namun mencari makan dari atas. Hal ini pertanda bahwa seorang pemimpin jangan hanya bisa minta (mencari makan) pada bawahan atau rakyat, baik melalui pungutan pajak, iuran, tarikan, yang kesemuanya itu hasil dari jerih payah bawahan atau rakyatnya. Namun sebaliknya menjadi pimpinan baik itu pimpinan negara, lembaga, Rt, atau sebuah rumah tangga, bahkan memimpin diirnya sendiri. Haruslah ettap menggantungkan kehidpannya pada yang di atas yaitu Gusti Allah. Karena memang hanya Gusti Pengeran-lah yang pantas untuk dijadikan gantungan seseorang termasuk pemimpin.

Kalau kita rasakan tentu sangat bertentangan dengan keadaan sekarang. Boleh dikatakan semua gerak kita dalam kehidupan ini hampir tidak ada yang gratis kecuali kentut. Bayangkan mulai air, bbm, listrik, tanah pekarangan, jalan, sampai kelahiran anak dan kematian semua harus keluar uang. Karena pimpinan beranggapan bahwa tidak bisa hidup kalau tidak menarik dana dari rakyatnya (yang dipimpin). Saya tidak membincang masalah taraf negara, ilmu saya tidak nutut, ketua RT saja kalau ketakwaannya rendah tentu di kampung banyak sekali tarikan dan iuran dengan berbagai alasan yang dibuat-buat.

Belum lagi perilaku yang sok pejabat yang tidak mau lagi menyapa tetangganya, sok sibuk, tin metinting dan lain sebagainya. Padahal kalau mengerti kehidupan jenggot tidaklah demikian, sebab jenggot semakin tumbuh justru semakin menyentuh tanah alias lapisan masyarakat yang paling bawah. Sehingga semakin tinggi kedudukan seseorang tentu harus semakin tahu keadaan lapisan masyrakat bawah kalau memang tidak bisa sampai menyentuh.

Maka perintah nabi peliharalah jenggot bukan tumbuhkanlah jenggot, karena memelihara lebih sulit ketimbang menumbuhkan. Maknanya adalah janganlah kita mencari kedudukan sebagai pemimpin, sebab kalau ada usaha mencari tentu sedikit banyak akan nyrempet-nyrempet bahaya kalau tidak mau dikatakan menghalalkan segala cara. Seperti yang beberapa bulan lagi akan dilaksanakan serentah di beberapa daerah dengan memaksa orang untuk menelan “PIL” yang efeknya lebih dahsyat dari pada “pil koplo”.

Bagaimana tidak dahsyat, kalau pil koplo yang teler dan boros hanya satu orang, namun kalau PILKADA bisa satu kampung bahkan satu kabupaten/kota atau satu propinsi. Banyak yang dibuat teler denga janji-janji para calon dan banyak dana dihambur-hamburkan untuk terpilihnya calon. Sehingga menciptakan saling curiga, saudara bisa jadi musuh, tetangga bisa jadi seteru, hanya gara-gara beda pilihan calon. Belum lagi tindakan anarkis dari para pendukung yang tidak jadi atau merasa dirugikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun