Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Mbah Petruk, Menteri Perindustriannya Merapi

13 Oktober 2016   15:28 Diperbarui: 13 Oktober 2016   15:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ki Juru Taman ini kemudian setelah menjadi patih di beri gelar Kyai Sapu Jagad, dan diberi wewenang untuk mengatur roda pemerintahan keraton gaib Merapi. Nama lainya adalah Panembahan Prabu Jagad.

Selain mereka berdua, dahnyang andalan yang menjabat sebagai menteri kalau kita umpakan dalam sebuah lembaga pemerintahan manusia adalah; Empu Rama, Krincing Wesi, Branjang Kawat, Sapu Angin, Mbok Ajeng Lambang Sari, Mbok Nyai Gadung Mlati, dan Kyai Megantoro. Mereka ini setiap tahun secara khusus diberi sesaji oleh Keraton Jogja. Sedangkan yang tak kalah terkenal dari nama-nama di atas adalah Kyai Petruk yang kalau diumpamakan adalah seorang Menteri Perindustrian.

Konon, diantara penggede Merapi lainnya, Kyai Petruk inilah yang paling sering mengadakan dialog (gaib) dengan warga. Kyai Petruk atau warga sekitar merapi menyebutnya Mbah Petruk ini disebutkan sebegai menteri perindustrian Kerajaan Gaib Merapi atau sesekali merangkap menjadi Menteri Penerangan. Dialah yang bertugas menguras kotoran yang berada di perut Merapi, setelah mendapat mandat dari Patih Kyai Sapu Jagad. Kotoran yang merupakan limbah sisa penempaan pusaka Empu Batara Ramayadi itu sudah menumpuk begitu banyak. Karena itulah di waktu-waktu tertentu Mbah Petruk selaku Menteri Perindustrian diperintahkan untuk membersihkannya. Hal inilah yang kemudian membuat Merapi meletus. Sekian dulu jika ada kesempatan lagi kita akan bahas menteri Merapi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun