Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Mbah Petruk, Menteri Perindustriannya Merapi

13 Oktober 2016   15:28 Diperbarui: 13 Oktober 2016   15:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Batara Ramayadi? Nama yang saya sebutkan barusan yang jelas bukan kandidat gubernur Jakarta saat ini. Tidak banyak yang mengenal sosok yang satu ini, terlebih jika Anda bukan orang yang berasal atau tinggal di sekitaran Merapi. Batara Ramayadi dalam mitso yang berkembang d yakini adalah sosok Empunya Dewa atau dahnyang yang berkuasa dan bertahta di puncak Merapi, tentunya penguasa yang saya maksud di sini adalah penguasa tertinggi wilayah ‘sing ora katon’ Gunung Merapi yang bahkan diakui Keraton Yogya. Konon, gempa disekitaran Merapi disebabkan Empunya Dewa ini sedang memukulkan palu godamnya saat menempa pusaka.

Sedikit menukil dari Kitab Pramayoga yang menjabarkan tentang mitos asal-usul manusia Jawa. Dalam kitab ini disebutkan bahwa terjadinya Merapi karena kekalahan Batara Guru dan pasukan dewatanya oleh merpati putih ciptaan Nabi Isa AS. Karena kekalahan ini, Batara Guru dan wadyabalanya terpaksa menyingkir ke berbagai tempat. Namun, mereka tetap di kejar oleh merpati putih. Sampai akhirnya tiba disebuah pulau panjang yang kelak dikenal sebagai pulau Jawa. Batara Guru akhirnya memutuskan berkedhaton di Gunung Mahendra, yang sekarang dikenal sebagai Gunung Lawu.

Dikisahkan juga, larinya Batara Guru dan pasukannya ini terjadi bersamaan ketika Nabi Isa AS sudah berumur dewasa, yakni bersamaan angka tahun 18 Masehi, atau tahun 707 Hindu, angka tahun Adam As 5101 matahari, angka tahun 5253 tahun bulan.

Pada saat itu, Gunung Terguru, yang sekarang bernama Gunung Himalaya, hancur oleh merpati putih yang sakti. Di kerajaan Surati, wilayah Hindi, Prabu Iwasaka, yang merupakan empunya para Dewa dalam membuat pusaka, mendengar Batara Guru kalah bertempur dengan merpati sakti ciptaan Nabi Isa AS. Sang Empu juga mendengar Batara Guru juga berada di pulau Jawa. Karean itu, bersama ayahnya, Empu Batara Ramayadi, Prabu Iwasaka segera menyusul. Kerajaan Surati diserahkan pada puteranya Jaka Sengkala, yang lebih dikenal sebagai Prabu Ajisaka.

Peristiwa penyerahan tahta dari Prabu Iwasaka atau dikenal juga Empu Batara Anggajali pada Ajisaka ini terjadi tahun 25 masehi, angka tahun Hindu 722, tahun Adam 5108 Matahari, atau 5260 bulan.

Kedatangan dua empu sakti, bapak dan anak ini kre tanah Jawa, sangat membahagiakan Batara Guru. Segera saja mereka disuruh membuat pusaka untuk para dewata. Tempat yang digunakan untuk membuat pusaka tersebut disebuah bukit atau gunung yang bernama Gunung Candramuka, yang sekarang kita kenal sebagai Gunung Merapi.

Dikisahkan, Empu Batara Ramayadi atau Mpu Ramadi, saat membuat senajata bertempat di mega-mega atau puncak gunung. Segala jenis besi kalau dipandang olehnya segera luluh seperti terkena api.

Sementara itu, Batara Guru bertahta di Kahyangan Argo Dumilah, puncak Gunung Mahendragiri (Lawu) hanya 15 tahun lamanya. Dia bergelar Sri Paduka Maharaja Dewa Budha.

Bersamaan tahun 730 Hindu, tahun Adam 5116 Matahari dan 5268 Bulan, sementara tahun Masehi 33, Batara Guru dan wadyabalanya pindah boyongan menuju tanah Hindi, tepatnya di Gunung Kalasa (pulau Selan/Srilanka). Dan beberapa tahun kemudian boyongan lagi ke Gunung Tenguru, istana lamanya. Batara Ramayadi memilih berdomisili di Gunung Merapi. Bila para Dewa memesan pusaka tinggal menghubunginya, dan setelah jadi akan di paketkan ke Himalaya. Dan konon, gempa disekitar Merapi disebabkan Empunya dewa ini memukulkan palu godamnya saat menempa pusaka, dan pijaran lava yang muntah merupakan percikan besalen-nya.

Setalah ribuan tahun menetap dipuncak Merapi, baru Empu Ramadi memiliki patih setelah Ki Juru Taman yang menjadi raksasa datang. Siapakah Ki Juru Taman ini? Dalam mitos dikisahkan, saat Panembahan Senopati diberi Endog Jagad untuk dimakan, oleh Ki Juru Mertani dilarangnya. Lalu diujicobakan dulu pada abdi kinasih Panembahan Senopati, yakni Ki Juru Taman.

Setelah makan Endog Jagad, tubuh Ki Juru taman berubah menjadi raksasa mengerikan. Oleh Panembahan Senopati, Ki Juru Taman yang sudah berubah menjadi raksasa diperintahkan untuk menjadi dahnyang Gunung Merapi yang kemudian diangkat menjadi patih oleh Empu Ramayadi seperti yang saya jelaskan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun