Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Puasa Ramadhan, Ngelmu dan Kadigdayan

3 Agustus 2012   18:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:16 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bulan ramadhan, sebagai umat Islam kita melakukan ibadah puasa satu bulan penuh. Apakah pada bulan syawal, setelah berpuasa satu bulan penuh, kita akan menjadi sakit? Jika demikian, kesaktian apa yang akan kita miliki? Apakah kita akan tahan peluru, kebal senjata tajam, atau yang lainnya?

Sebenarnya, tradisi puasa terdapat dimana-mana, baik di Arab maupun bukan di Arab, baik masyarakat Yahudi, Kristen, Islam maupun masyarakat primitif. Namun tentu saja setiap agama dan budaya memiliki ajaran puasa masing-masing. Karena itu tidaklah heran jika ada perbedaan puasa, baik dalam cara, lamanya, amaupun tujuannya.

Lamanya puasa pun bermacam-macam, ada yang hanya sehari semalam dan ada pula yang bertahun-tahun. Hal ini tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, atau petunjuk yang diperoleh. Misalnya saja Nabi Musa AS puasa selama emapt puluh hari, ketika hendak menerima wahyu di Bukit Sinai. Puasa di mulai pada senin dan berakhir pada hari kamis. Sebagai persiapan meneriama Sepuluh Perintah Tuhan. Puasa selama empat puluh hari ini dilakukan juga oleh para rohaniawan Yahudi.

Di kalangan muslim puasa empat puluh hari ini sering juga dilakukan. Berbagai Thariqat melatih para sufi pemula berkhalwat sambil sebagai berpuasa empat puluh hari sebagai pencerahan rohani. Dengan puasa empat puluh hari diharapkan para murid sufi pemula dapat menerima Nur Illahi, tersingkapnya hijab antara hamba dan Tuhan.

Ada juga puasa selang satu hari atau yang lazim disebut puasa Daud. Puasa macam ini memang pernah dilakukan oleh Nabi Daud AS. Yaitu hari ini puasa dan besok tidak, terus besoknya lagi puasa. begitulah seterusnya. Para kyai pimpinan pondok pesantren banyak yang melakukan puasa ini. Bahkan di pesantren-pesantren tertentu para santrinya yang senior diharuskan puasa Daud.

Orang-orang yang melakukan puasa begitu berat tentu saja mempunyai tujuan. Sedang tujuan itu sendiri bermacam-macam. Diantaranya adalah untuk melangsingkan tubuh, memelihara berat badan, juga untuk menajamkan ilmu.

Selain itu juga ada yang berpuasa sebagai penebusan dosa. Ini dilakukan orang-orang yahudi pada hari penebusan dosa dan sekaligus memperingati terlepasnya mereka dari siksaan fir’aun di Mesir.

Yang tidak kalah pentingnya mengapa seseorang melakukan puasa adalah untuk memperoleh kesaktian tertentu. Mereka yang suka ngelmu berpuasa karena ingin kebal peluru, kebal senjata tajam, punya daya tarik luar biasa dan sebagainya, menghipnotis musuh. Ngrogo sukmo, membaca pikiran orang, memiliki khodam dan sebagainya.

Sekedar untuk diketahui, sebenarnya tujuanorang memiliki kedigdayaan adalah , selamat dari mara bahaya, sembuh dari penyakit, gampang rejeki, dan ada kemudahan dalam segala urusan.

Sedangkan tujuan puasa Ramadhan adalah untuk membentuk pribadi muslim yang taqwa. Sifat orang taqwa selalu mengendalikan diri, tidak menuruti hawa nafsunya. Tapi walaupun puasa Ramadhan tidak dimasukkan untuk memiliki kedigdayaan, puasa Ramadhan jika dijalani dengan baik akan membuat pelakunya digdaya dari dari siapapun. Bukan karena kebal bacok. Karena tidak ada golok melayang ke tubuhnya.

Karena siapa yang tega menebaskan goloknya pada orang yang jujur dan rendah hati dan kalau ditambahkan lagi yang tidak sombong? Dalam hal rejeki orang yang taqwa tak pernah kekurangan. Bukan karena dapat menggandakan uang atau menyulap batu menjadi emas. Tapi karena selalu bersikap nrimo, menerima apa adaya.

Mungkin ada sebagian kita ragu untuk semua itu. Tapi apakah ragu juga dengan jaminan Allah swt..”barang siapa yang taqwa kepada Allah, maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rejeki yang tidak disangka-sangka”…akhir kata, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan semoga menjadi berkah untuk kita semua…amiiin. wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun