Realitayang sangat paradoksal terjadi disekitar kita. Ketika zaman yang seba modern ini ternyata tidak dapat membendung kepercayaan klasik tentang susuk...
Sangat menarik bila mengikui perbincangan tentang susuk di tengah-tengah kehidupan yang semakin modern ini. Di pandang dari berbagai sudut, secara keilmuan, agama, sosial, atau psikologi atau justru kedokteran, ternyata mereka memiliki berbagai pandangan dan persepsi yang berbeda-beda. Tapi yang jelas pada prinsipnya ada tiga kesepakatan tentang susuk; percaya, tidak percaya, serta diam!
Pada dasarnya, susuk tidak semata-mata untuk kecantikan atau pemikat saja. Susuk ada yang untuk keperkasaan, susuk kewibawaan, susuk kharisma bahkan ada susuk untuk kekebalan.
Dalam pandangan fisik-metafisik, susuk ada yang terbuat dari bahan emas, intan, besi, dan lain sebagainya, bahkan ada pula susuk non materi. Yang satu ini memang jarang ditemukan. Yang pasti, fungsi dari benda-benda tersebut hanyalah sebagai media untuk menyimpan suatu kekuatan internal dan eksternal. Yang di maksud kekuatan dari kekuatan internal adalah suatu kekuatan yang muncul atau dimunculkan dari dalam diri pemakai, tapi terbatas pada tubuh tertentu yamg sipasangi susuk. Misalnya bibir, orang yang memasang susuk pada bibir agar bibirnya terlihat seksi, tapi fungsi itu terbatas hanya pada bibir. Sementara untuk mata agar pandangan seseorang lebih menggairahkan ia harus memasang susuk lain di sekitar areal mata, umumnya disekitar alis. Sedangkan yang di maksud kekuatan eksternal yaitu kekuatan yang muncul dari energi luar tubuh pemakai, misalnya dari jin, atau materi biotik metafisik lainnya.
Tentang penggunaan bahan-bahan tersebut seperti; intan, emas, baja, atau lain sebagainya, ini ternyata punya alasan tersendiri. Barangkali pandangan filosofisnya adalah memiliki makna keindahan, kekuatan dan sebagainya. Tidak mungkin susuk yang dipasang untuk kecantikan dari bahan besi rongsokan atau peniti yang nenek kita punya hehehe...
Tetapi jauh mengenai bahan intan karena pandangan filosofisnya tersebut. Orang lebih banyak menilai tinggi intan daripada emas, maka intan jauh lebh baik daripada emas jika untuk pengasihan, konon.
Seperti judul tulisan ini, fenomena penggunaan susuk akhir-akhir ini memang sangat menarik untuk dibicarakan, disamping pengguanaanya semakin merebak dan harga yang terjangkau. Barangkali fenomena ini mungkin dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi atau juga karena faktor yang lebih mendasar. Atau mungkin juga karena budaya timur yang masih sarat klenik. Tapi itulah kenyataan, saat peradaban semakin modern, susuk ternyata tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Ya, entah sampai kapan!
Susuk itu sendiri kalau kita amti dari sudut pandang ilmu metafisika dapat diambil kesimpulan bahwa susuk memiliki nilai tersendiri. Hal ini bisa dilihat mulai dari proses pemasukannya dan ketika benda itu sudah berada dalam kulit yang ternyata tidak menimbulkan rasa sakit.
Bila dipikir secara logika hal-hal ini tidak akan ketemu nalar (masuk akal). Hal ini bisa kita bandingkan bila kita kesusupan baik itu serpihan kayu, duri, atau serpihan kaca. Jelas saya yakin hal ini akan sakit dan berlaku untuk semua orang, bahkan terjadinya infeksi amatlah mungkin.
Tetapi mengapa susuk tidak menimbulkn rasa sakit. Padahal antara pasang susuk dan kesusupan (kemasukan benda kecil) tidak jauh berbeda atau bahkan bisa disebut sama. Yaitu memasukkan/kemasukan benda kecil dalam kulit.
Dalam pandangan pribadi, seperti yang pernah saya pelajari tatacara pemasangan susuk ini. Ilmu susuk adalah ilmu yang memadukan beberapa disiplin ilmu, yaitu aura, sugesti, dan ilmu batin. Sebagaimana yang sering dibahas oleh banyak kalangan keberadaan susuk sangat berkaitan dengan faktor aura (cahaya gaib0 yang disalurkan atau yang ada secara alami dari bahan baku susuk itu.
Bila ditinjau dari segi sugesti, susuk merupakan terapi praktis seseorang menjadi bangkit rasa percaya dirinya. Harapannya dalam pemasangan susuk itu sendiri si pemakai tidak memiliki perasaan kecil hati. Bangkitnya sugesti orang yang dipasangi susuk karena ia melihat secara langsung proses pemasukan benda yang dianggap punya tuah itu. Berbeda dengan proses penyaluran tenaga dalam yang bersifat supra (tidak nampak).
Bisa dijelaskan, secara sederhana, seseorang yang merasa dalam tubuhnya ada ‘sesuatu’ dan sesuatu itu dimasukkan secara transparan, ini merupakan trik secara tidak langsung untuk membangkitkan sugesti atau rasa percaya diri. Jika konsep ini dikaitkan dengan kaidah ilmu hikmah maka berlakukan hukum, hakkuk yakin pengusir setan. Kalau mungkin sedikit dijabarkan, sifat was-was, ragu merupakan bawaan yang dihembuskan jin setan, karenanya guna memantapkan hati, sebelum sholat dianjurkan membaca surat An-Nas. Dengan harapan semoga Allah menjaga diri kita dari bisikan setan.
Cuman sayangnya, pemasangan susuk oleh sebagian kita dianggap sebagai cara kintroversial. Hal ini de sebabkann oleh berbagai hal, seperti salah satunya dari bahan bakunya ( emas) yang oleh Islam dikategorikan haram jika dikenakan seorang lelaki serta mitos dan kepercayaan bahwa pemakai susuk kelak menjelang ajal akan menemui kesulitan.
Kesan kontroversial itu itu ditambah oleh kebiasaan yang berlaku di masyarakat kita bahwa pada umumnya yang banyak menggunakan susuk adalah kalangan wanita penghibur dan yang dikenal di masyarakat sebagai ahli susuk adalah para dukun yang sebagian besar hidup tanpa memegang syareat yang teguh. Namun apakah demikian?
Padahal, pada kenyataannya sebagian dari orang-orang yang berpredikat agamawan pun banyak yang membuka praktik pemasangan susuk. Cuma bedanya kalangan ini lebih tertutup, tidak mengiklankan diri dan lebih milih-milih yang menyebabkan masyarakat umum kurang mengenalnya.
Seperti yang kita lihat, bahwa sampai saat ini posisi susuk masih khilafiyah. Artinya ada pihak yang mengharamkan dan ada pula pihak yang yang menghalalkannya, terutama dalam hal ini susuk emas dikenakan lelaki. Dalam hal ini kedua belah pihak memiliki acuan dalil tersendiri. Jika ada dua pendapat yang berbeda kita boleh memilih salah satunya, dan pilihan itu harus yang menentramkan atau memantapkan hati. Jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani.
Yang pasti, sebelum kita memutuskan memasang susuk, jika kita ragu kita tak perlu mengenakannya, namun jika yakin silahkan memasangnya. Yang penting gunakan segala karunia dari Tuhan untuk kebaikan di muka bumi. Semoga bermanfaat. Matur nuwun dan wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H