Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyusur Jejak Dampo Awang di Tuban

17 Maret 2013   09:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:37 2812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_242926" align="aligncenter" width="300" caption="Sumur Srumbung (dokpri)"][/caption]

Jauh sebelum Majapahit berdiri, Tuban lebih dulu ada. Selain sebagai pelabuhan paling terkenal di Jawa pda zamannya, Tuban juga terkenal juga sebagai bumi para wali atau aulia. Ini di buktikan dengan banyaknya para tohoh waliyullah baik yang dikebumikan di Tuban atau hanya meninggalkan tapak tilas singgahnya di bumi Ranggalawe ini.

Selain sejarah dengan jejak-jejaknya, Tuban juga menyimpan legenda yang mewarnai kedatangan orang Tionghoa. Legenda tersebut berkaitan dengan Cheng Ho. Dan legenda ini menyertakan fisik berupa sumur yang dikenal dengan sumur Srumbung.

13635126971421425003
13635126971421425003

Konon, terjadinya sumur tersebut berawal dari adu kesaktian antara Sunan Bonang dan orang asing bernama Dampu Awang. Dia adalah tokoh sakti mandraguna yang konon menguasai berbagai macam ilmu kesaktian.

Kesaktian dan ketinggian ilmu Sunan Bonang rupanya telah terdengan oleh Dampu Awang yang sombong, hingga berniat mengadu ilmunya. Namun, sebelum perang tanding berlangsung, kapal yang di tumpangi Dampu Awang lebih dulu hancur dihantam ombak di perairan Tuban. Semua barang dan kitab-kitab lenyap entah kemana.

Meski begitu, Dampu Awang, tetap berhasil mendarat di Tuban dan berhasil menemui Sunan Bonbang. Mereka berdua sepakat bertarung dengan taruhan iman masing-masing. Kalau Sunan Bonang kalah, dia akan mengikuti agamanya Dampu Awang, dan sebaliknya. Kemudian Sunan Bonang menancapkan tongkatnya di sebuah tempat dipinggir laut dan meminta Dampu Awang mencabutnya.

[caption id="attachment_242946" align="aligncenter" width="300" caption="gapura masuk makam Sunan Bonang"]

13635132112119257108
13635132112119257108
[/caption]

Anehnya, meski sekuat tenaga Dampu Awang berusaha, tongkat itu tak kunjung tercabut. Tongkat baru lepas dari tanah setelah dicabut sendiri oleh Sunan Bonang. Mendadak dari lubang tanah bekas tongkat, muncul air sangat deras, dan menumpahkan semua barang dan kitab milik Dampu awang yang sempat hilang saat dalam pelayaran menuju Tuban. Seketika itu juga, dampu awang mengakui kehebatan Sunan Bonang dan tentu saja bersedia mengikuti keyakinan Sunan Bonang, memeluk Islam.

Oleh orang-orang waktu itu, lubang air bekas tongkat Sunan Bonang yang mengalir deras tersebut di tandai dengan Srumbung. Itulah mengapa sumur tersebut dinamai dengan sumur Srumbung. Srumbung adalah bonggol pohon lontar, yang niranya biasa dibuat minuman legen. Saat ini srumbung tersebut hanya bisa dilihat bila air sendang sedang dikuras.

[caption id="attachment_242948" align="aligncenter" width="300" caption="Masjid Jami"]

13635134961794180545
13635134961794180545
[/caption]

Lebih lanjut dengan tapak tilas orang Tionghoa yang yang masih bisa disaksikan di Tuban dengan adanya Kleteng Kwan Sing Bio, satu-satunya Klenteng yang berlambang utama kepiting, bukan naga seperti kebanyakan Klenteng lainnya.

Bukti lain keberadaan orang Tionghoa pernah mendarat di Tuban, khususnya pasukan Tar Tar yang tergabung dengan kekaisaran Mongolia pernah menggunakan laut Tuban sebagai jalan menuju Majapahit. Yang peninggalannya bisa kita temui di Museum Kambang Putih berupa jangkar dan beberapa pedang kuno. Akhir kata, cukup sampai disini dulu, insya Allah di lain kesempatan disambung lagi..matur suwun...

[caption id="attachment_242949" align="aligncenter" width="300" caption="Klenteng Kwan Sing Bio"]

1363513810896076400
1363513810896076400
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun