Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tarik Menarik dan Keterkaitan

8 Januari 2010   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rhonda Byrne, pengarang Buku best seller The Secret, menuliskan rahasia besar kehidupan adalah hukum tarik menarik. Sedang dalam pembahasan lebih jauhnya dia menuliskan, Hukum tarik-menarik mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Ketika seseorag memikirkan suatu pikiran, saat itu juga menarik pikiran-pikiran serupa kedalam dirinya. Pikiran bersifat magnetis, dan pikiran memiliki frekuensi. Ketika seseorang memikrkan pikiran-pikiran, pikiran-pikiran itu di kirim ke semesta, dan secara magnetis pikiran akan menarik semua hal serupa yang bersada pada frekuensi yang sama. Segala sesuatu yang di kirim keluar akan kembali ke sumbernya-orang tersebut. Byrne menulisnya sebagai definisi hukum ketertarikan. Dengan lain kata pikiran yang sedang kita pikirkan saat ini sedang menciptakan masa depan. Apa yang paling kita pikirkan atau fokuskan akan muncul sebagai hidup. Sederhananya. Jika, kita pikiran kita menari-nari dalam cakrawala positif, maka pengalaman positif akan muncul. Sebaliknya, jika negatif, maka hal negtif yang akan dipancarkan. Lantas, apa pentingnya hukum ketertarikan itu bagi kita ? Sebagai makhluk fana di dunia ini, kita di minta harus berhati-hati ketika memikirkan sesuatu. Apalagi jika sesuatu itu menyangkut perkara yang sangat penting, yaitu Akhirat kelak. Sebab pikiran akan menuntun kearah mana kita berjalan. Jika yang kita pikirkan semata-mata hanya urusan duniawi saja, maka ketamakan dan kerakusan yang akan datang. Sifat tak terpuji itu akan menyelimuti diri kita. Kitapun tak akan merasa puas dengan apa yang ada. Walaupun kita sudah mendapatkan seluruh kenikmatan dunia. Jika itu yang terjadi, maka hasilnya sudah jelas, kita tak akan mendapatkan tuntunan dan rahmat-Nya yang luas. Kebahagiaan akan menjauh dari kita. Sebaliknya, hidup kita akan diliputi kesengsaraan yang teramat berat dan panjang. Lain halnya, jika kita yang kita pikirkan adalah kebesaran-Nya. Syukurlah yang terpancar. Harapan akan terengkuh. Hidup kita pun akan tentram, damai, sejahtera, dan bahagia karena Al-Qur’an akan menjadi cahaya hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat. Karenanya, sangatlah penting menyuntikan energi Al-qur’an ke dalam jiwa kita. Mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan firman-Nya. Sekuat tenaga, menghindari sesuatu yang kotor masuk ke benak kita. Karena hal itu sama saja dengan menyerahkan diri ini di belenggu oleh kesesatan. Naudzubillah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun