Mohon tunggu...
Abyandra Zya
Abyandra Zya Mohon Tunggu... -

scientist, tapi juga menekuni segala hal tentang sepakbola modern. twitter: @abytabligh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menaklukan Eropa di Waktu yang Tepat

4 Agustus 2017   09:24 Diperbarui: 22 Agustus 2017   12:20 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi ada juga yang karena keterbatasan kualitas diri, mungkin hanya diterima di perusahaan kecil dengan bayaran yang hanya cukup untuk sewa tempat tinggal dan makan sehari-hari di sana. Semua benar-benar tergantung kualitas diri. Tidak sedikit dari para mahasiswa yang setelah masa bekerjanya selesai dapat melakukan perjalanan keliling Eropa dengan menggunakan uang hasil keringat mereka sendiri, hasil menabung uang bayaran selama mereka bekerja. Biasanya mereka bekerja selama 5 sampai 6 bulan. Bila performa mereka sangat memuaskan, tidak jarang ada mahasiswa yang setelah lulus ditawarkan untuk berkarir di perusahaan tempat mereka magang di Jerman.

Satu program lain yang membuat kualitas lulusan SGU memiliki daya saing global adalah SGU mendatangkan profesor-profesor dari Jerman ke Indonesiauntuk menjadi penguji pada sidang skripsi maupun tesis para mahasiswanya. Terbayang betapa besarnya usaha SGU agar bisa menciptakan lulusan yang benar-benar berdaya saing global.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Biaya Kuliah yang Mahal

Biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa kuliah di SGU hingga lulus memang tidak lah murah, namun mungkin juga tidak mahal bila kita melihatnya lebih detail. Untuk menyelesaikan kuliah di SGU selama 4 tahun, biaya yang harus dikeluarkan berkisar 220 juta sampai 300 juta. Atau bila kita hitung dalam satuan bulan, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah sekitar 4 juta sampai 6 juta per bulan. Besarannya berbeda tergantung jurusan yang diambil. Sekilas mungkin memang nominalnya terlihat sangat besar, tapi coba kita lihat lebih detail. Di Indonesia, untuk sekolah tingkat Taman Kanak-kanak saja, yang mengaku internasional, yang menggunakan bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-harinya, biaya berkisar antara 3 juta sampai 5 juta per bulan. Itu hanya untuk tingkat taman kanak-kanak, yang tenaga pengajarnya tidak perlu bergelar master, doktor atau profesor. Hanya taman kanak-kanak yang tidak perlu melakukan akreditasi nasional mauoun internasional. Hanya taman kanak-kanak yang tidak perlu menyediakan fasilitas penunjang penelitian. Tidak jauh berbeda bukan nominal biaya perbulannya?

Coba kita lihat lebih detail lagi. Di SGU, para mahasiswa akan mendapatkan pelajaran wajib bahasa Inggris dan Bahasa Jerman setiap minggunya secara intensif hingga lulus. Pada umumnya biaya kursus bahasa Inggris atau Jerman secara intensif adalah berkisar mungkin bisa mencapai 2 juta rupiah per bulan. Artinya, di SGU dengan biaya 4 juta sampai 6 juta rupiah per bulan, mahasiswa sudah mendapatkan kesempatan kuliah dengan standar internasional, pengalaman menaklukan Eropa di Waktu yang tepat, dan juga kemampuan berbahasa Inggris dan Jerman yang kalau harus kursus, biaya perbulannya saja total sudah sekitar 4 juta per bulan (untuk 2 bahasa). Selain itu, mahasiswa yang lulus dari SGU akan mendapatkan 2 gelar dan 2 ijazah, yaitu gelar dan ijazah dari Indonesia serta gelar dan ijazah dari Eropa.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Konflik dengan PT. BSD -- Sinar Mas

Pada beberapa waktu belakangan ini, mungkin kita sering mendengar tentang SGU yang sedang berkonflik dengan PT. BSD - Sinar Mas terkait sengketa lahan. Bagi penulis, para pembaca tidak perlu repot-repot dan membuang-buang tenaga dan waktu untuk browsing-browsing dan mencari berita-berita di internet tentang masalah ini, karena kita semua sudah tahu bahwa SGU adalah sebuah institusi pendidikan, dan lawan konfliknya adalah sebuah konglomerasi yang tindak-tanduk serta hitam-putihnya sudah diketahui oleh umum, sehingga mudah bagi kita untuk menentukan dalam konflik ini siapa yang terjebak dan siapa yang menjebak, siapa yang tertindas dan siapa yang menindas, serta siapa yang hitam dan siapa yang putih. 

Penulis tidak perlu lagi menjelaskan panjang lebar mengenai konflik ini, karena penulis yakin bahwa para pembaca sudah mengetahui jawabannya. Berita yang disebar bisa berbagai wujud meniup ke sana ke mari, tetapi kita semua sudah tahu harus ada di posisi mana dalam memandang saat ada konflik antara dunia pendidikan yang suci dengan dunia konglomerasi.

Yang perlu kita lihat sekarang adalah fakta bahwa SGU meskipun sudah terhantam konflik tersebut sudah memulai kehidupan barunya (sementara di Prominence Tower, Alam Sutera, selama 2 sampai 3 tahun hingga Gedung baru dan sarana pendukung bisa ditempati). Dan konflik tersebut tidak mempengaruhi sama sekali terhadap kualitas SGU (mahasiswa tetap berprestasi di ajang nasional dan internasional, banyak penelitian SGU mendapatkan dana bantuan dari pemerintah, inkubator bisnis SGU berkali-kali mendapatkan bantuan modal start up bussiness, banyak penelitian-penelitian SGU yang diterima publikasi di level internasional, banyak alumni SGU yang mendapatkan beasiswa dari dalam negeri maupun luar negeri), tidak mempengaruhi kepercayaan para mitra di Eropa (awal tahun 2017, ratusan mahasiswa SGU memulai perjalanan menaklukan Eropa, dan alumni SGU tetap laris diterima kuliah maupun berkarir di Eropa), tidak mempengaruhi kepercayaan mitra di dalam negeri (alumni-alumni SGU masih dan akan selalu dipercaya untuk menjadi andalan perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional di dalam negeri), semuanya masih sama seperti SGU yang dulu, tidak berkurang sdikitpun dibandingkan dengan sebelum konflik terjadi. Jadi hal ini tidak perlu mempengaruhi pandangan kita terhadap SGU, karena memang tidak berhubungan sama sekali dengan kualitas SGU dalam mendidik mahasiswa.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
koleksi pribadi
Foto-foto merupakan dokumentasi pribadi dari beberapa mahasiswa SGU yang dipublikasikan di halaman Facebook mereka.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun