Mohon tunggu...
shabri setyawan
shabri setyawan Mohon Tunggu... -

saya seorang yang selalu berusaha adaptasi dengan keadaan, walaupun mungkin tak terbayangkan sebelumnya.Tapi perubahan harus ada. saya menginginkan punya banyak teman, sehingga akan lebih banyak inspirasi yang bisa saya dapatkan. smoga bermanfaat. Amien..:-)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bersaing dalam Perbedaan

19 Desember 2010   01:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:36 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garuda di dadaku yang dulu menjadi motor semangat pasukan merah putih di lapangan hijau dan sempat meredup, kini dapat kita rasakan lagi bahkan para pengamat menyebutnya kalau momen ini merupakan awal kebangkitan timnas. Jika ditinjau, hanya ada dua nama asing yang menjadi skuad timnas yang jumlahnya kurang lebih 22 pemain. Melalui proses naturalisasi, didapatlah dua nama asing yaitu C.Gonzales dan Irfan Harrys Bachdim. C.Gonzales mungkin tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena lebih dari tujuh musim bermain di liga Indonesia dengan empat musim berturut-turut menjadi topskor. Sedangkan nama baru seperti Irfan H.B baru saja menyita perhatian merupakan putra dari Harrys Bachdim. Irfan sendiri merupakan mantan pemain binaan akademi Ajax Amsterdam dan merupakan Club yang disegani di kawasan Eropa, Irfan juga pernah menjadi skuad Utrecht FC salah satu club yang berada di negeri kincir angin tersebut. Namun, ketika datang di Indonesia, beberpa club besar ISL tidak menginginkan servisnya karena dianggap tipe permainannya tidak sesuai dengan kompetisi di ISL. Sekarang kita tinjau ketika dua nama asing tersebut bermain di timnas, ada warna tersendiri dalam permainan Indonesia dan sejauh ini hasilnya positf.

Hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kondisi pendidikan di Indonesia, padahal prosentase yang mendekati 20% dari RAPBN untuk pendidikan, sangat jauh jika dibnadingkan dengan alokasi anggran untuk olahraga dan pembinaan atlet yang hanya beberapa persen saja. Bahkan sudah dari dulu Indonesia mengadopsi system pendidikan dari asing tetapi hasilnya masih jauh dari apa yang diharapkan.

Sejenak kita tinjau lagi masalah timnas, ternyata dalam manajemen timnas sekarang jauh lebih berbenah dengan adanya desentralisasi dalam pelatih yang menangani teknis dan nonteknis rupanya efektif. Pelatih teknis berpikir mengotak-atik fisik dan skil serta strtegi. Sedangkan non teknis bertugas sebagai pelatih psikis atau bisa dikatakan konselornya sebuah timnas. Karena para pemain juga seorang manusia yang tak terlepas dari masalah, baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari lingkungan hidup para pemain, untuk itu peran pelatih non teknis ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan jasmani dan rohani para pemain. Sebenarnya dalam dunia pendidikan sudah tidak asing lagi ketika kita mendengar kata konselor. Pertanyaannya, sudah efektifkan tugas konselor dalam dunia pendidikan?

Peran konselor di jenjang SD masih dirangkap oleh guru kelas, padahal kita tahu guru kelas juga harus menyelesaikan administrasi yang seabrek dan kontinyu, padahal usia SD merupakan usia dimana anak sangat membutuhkan bimbingan akademis, moral, dan psikis yang selanjutnya akan menjadi bekal ketika mereka masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Di jenjang SMP dan SLTA nyatanya untuk konselor juga tidak efektif, tebukti dengan menjamurnya tawuran para pelajar. Nah, jika kita menginginkan keberhasilan dari pendidikan jangan langsung ke segi kuantitas, justru kualitas yang harus menjadi prioritas. Pembagian dan fungsionalisasi wewenang sangat dibutuhkan, sehingga masing-masing peran bisa dijalankan dengan maksimal dan tetap focus pada tanggung jawabnya. Suatu saat anak Indonesia akan tersenyum lebar dengan keberhasilan pendidikan di Indonesia dan bangga dengan garuda yang melekat di dadanya. Perbaiki sistemnya, matangkan prosedur dan palningnya, jalankan prosesnya, nikmati hasilnya. Jika di timnas bisa meraih hasil positif mengapa pendidikan tidak? Jadi, kita wajib optimis terhadap pendidikan.. Kita Bisa!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun