Mohon tunggu...
shabri setyawan
shabri setyawan Mohon Tunggu... -

saya seorang yang selalu berusaha adaptasi dengan keadaan, walaupun mungkin tak terbayangkan sebelumnya.Tapi perubahan harus ada. saya menginginkan punya banyak teman, sehingga akan lebih banyak inspirasi yang bisa saya dapatkan. smoga bermanfaat. Amien..:-)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Antara HAM, Demokrasi, dan Anarki

13 Oktober 2010   15:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dor… dor… dor… kurang lebih begitu ungkapan yang tepat untuk perkembangan zaman yang terjadi sampai saat ini tidak terkecuali di tanah air kita ini. Bangsa yang mengagungkan sebuah demokrasi yang hakiki, bangsa yang menginginkan kemajuan di berbagai aspek, namun semua itu seolah hanya mimpi. Indonesia dengan hamparan pasir putih, daun rimbun kehijauan, dengan senyuman bulan purnama nampaknya akan sulit kita jumpai lagi..

Dengan menjunjung tinggi HAM sesuai dengan pembukaan UUD 1945 nampaknya sudah terwujud, tetapi apakah sudah sesuai? Demonstrasi serta unjuk rasa menjamur diberbagai wilayah di tanah air disertai aksi anarki, apakah itu wujud dari HAM? Perusakan sarana dan prasarana yang harusnya tidak perlu terjadi. Bentrok antar supporter bola pun kini menjadi fenomena harian di negeri tercinta ini.

Memang benar kalau demokrasi merupakan kekuasaan yang berada di tangan rakyat, tidak membenarkan sesuatu yang otoriter. Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya semua orang bisa melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya. Nampaknya kontrol merupakan hal yang paling vital dalam menjalani demokrasi. Tetapi lagi-lagi sayang sungguh sayang kontrol yang berupa aturan perundang-undangan maupun norma seolah tak berdaya. Semakin tegas sanksi, semakin keras pula pelanggarannya, dan tidak jarang kita menjumpai sebuah pelanggaran kecil tetpi mendapat sanksi besar atau sebaliknya banyak juga pelanggaran besar tetapi seolah tak ada sanksi. Hal ini mungkin dikarenakan kesadaran yang kurang dari masyarakat kita.

Kini antara HAM, Demokrasi, dan Anarki seolah berjalan bersama, bagai sebuah segititiga Bermuda yang penuh misteri… Benarkah begitu? Kita lihat saja berbagai kasus di atas.. Ketika kita menonton televisi (acara berita) seolah negeri ini bagai game Grand Thef Auto (GTA). Baku tembak antara aparat dengan perampok maupun teroris sudah menjadi hal yang biasa dan bias dengan mudah kita nikmati lewat layer kaca. Sejauh ini aparat memang berhasil meredam semuanya.. Congratulation..Tapi yang diherankan mengapa frekuensi kasus-kasus tersebut begitu menjamur.. Untuk kedepannya kita belum tahu bagaimana perjalanan HAM, Demokrasi dan Anarki… Ini masih misterius.. dan susah diprediksi.. Mudah-mudahan semua warga Negara dapat Benar-benar menjunjung tinggi HAM dan Demokrasi tetapi tanpa anarki… Majulah negaraku, damailah Indonesiaku.. Amien..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun