Mohon tunggu...
Andre Birowo
Andre Birowo Mohon Tunggu... profesional -

Sedang belajar memahami sejarah nusantara yang sebenarnya dengan hipotesa :\r\n"Jika peradaban yang sebenarnya masih tersimpan di bukit-bukit dan gunung-gunung buatan yang ada di Indonesia serta wilayah-wilayah yg dikamuflase maka data-data arkeologis yang selama ini digunakan untuk membangun sejarah awal Indonesia otomatis menjadi tidak valid lagi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peradaban Besar di Nusantara

25 Maret 2011   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:28 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2009, para  ilmuwan Asia yang di pimpin oleh ahli biomolekuler Indonesia , Prof. Sangkot Marzuki juga melakukan riset DNA dan  melaporkan hasilnya risetnya seperti yang dimuat di kompas.com, yaitu:  "Nenek-moyang bangsa-bangsa Asia yang keluar dari Afrika sekitar 100.000 tahun lalu itu menyusuri sepanjang pesisir selatan ke arah timur dan lebih dulu berpusat di Asia Tenggara sekitar 60.000 tahun lalu, baru kemudian menyebar ke berbagai kawasan di utaranya di Asia," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Dr Sangkot Marzuki kepada pers di Jakarta, Jumat (11/12/2009). Menurut Sangkot Marzuki, kesimpulan terbaru ini membantah teori sebelumnya yang menyebut bahwa ada jalur majemuk migrasi nenek moyang bangsa Asia, yakni melalui jalur utara dan jalur selatan, serta membantah bahwa bangsa Asia Tenggara (yang berbahasa Austronesia) berasal dari Taiwan. Hal itu terlihat pula dari keanekaragaman genetik yang makin ke selatan semakin tinggi, sedangkan etnik-etnik di kawasan Asia lebih utara lebih homogen. Demikian dikatakan Sangkot yang merupakan salah satu pemrakarsa riset tersebut. Riset ini dilakukan oleh lebih dari 90 ilmuwan dari konsorsium Pan-Asian SNP (Single-Nucleotide Polymorphisms) dinaungi Human Genome Organization (Hugo) yang meneliti 73 populasi etnik Asia di 10 negara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, India, China, Korea, Jepang, dan Taiwan) dengan total sekitar 2.000 sampel. Menurut Sangkot, kesimpulan dari riset yang memakan waktu tiga tahun dan telah dirilis di jurnal Science pada 10 Desember 2009 berjudul "Mapping Human Genetic Diversity in Asia" itu jauh lebih akurat dibanding riset-riset sebelumnya yang hanya menggunakan DNA mitokondria atau kromosom Y karena menganalisis seluruh kromosom." Jika riset-riset DNA telah membuktikannya, bagaimana dengan respon para arkeolog Indonesia menanggapi 2(dua) riset DNA di atas yang membuktikan bahwa bangsa-bangsa di Asia justru berasal dari kepulauan di Asia Tenggara (Nusantara)

Ekspansi hingga Benua Amerika

Pada Januari 2011 lalu, Yayasan Turangga Seta mempresentasikan penemuannya kepada Pemda Kabupaten Blitar tentang pembacaan relief di Candi Panataran. Dalam pahatan relief terkuak sejarah jika nenek moyang kita pernah melakukan ekspansi hingga  Benua Amerika dengan mengalahkan bangsa Indian dan sempat berperang dengan prajurit Bangsa Maya. Mereka kemudian menguasai wilayah tersebut hingga diangkat sebagai penguasa.

1301022441306858272
1301022441306858272
 

Seperti termuat dalam buku "The Emergence Of Man", Jose Imbelloni dari Argentina mengatakan bahwa siapapun tidak dapat memahami benar, sejarah suku bangsa dan kebudayaan Benua Amerika yang dulu, tanpa memperhatikan bantuan bangsa-bangsa Asia Tenggara.

1301020768675974789
1301020768675974789
Sementara relief  yang lain digambarkan beberapa bangsa lain seperti Bangsa Han (China), Bangsa Campa, Bangsa Maya, Bangsa Yahudi dan Bangsa Mesir tunduk pada leluhur kita. Demikian seperti diungkapkan Ketua Yayasan Turangga Seta, Agung Bimo Sutejo. Ras Manusia Kera, Ras Raksasa dan Manusia Biasa. Dalam presentasinya di hadapan pemda Kabupaten Blitar Agung Bimo Sutejo juga mengatakan bahwa  dalam pahatan lain terungkap jika pada waktu itu terdapat 3 species yang sudah mempunyai peradaban yakni ras manusia kera, ras raksasa dan manusia biasa. Mereka pun hidup saling berdampingan.
1301019986875163720
1301019986875163720
Gambaran pada relief ini sekaligus membantah teori Darwin yang menyatakan manusia berasal dari evolusi kera. Dalam tata cara kematian manusia jaman dulu mereka yang meninggal jasadnya akan diperabukan sehingga fosilnya tidak akan ditemukan. Sedangkan ras manusia kera dan raksasa dengan cara dikubur sehingga fosil yang banyak ditemukan arkreolog tersebut adalah fosil ras manusia kera atau manusia raksasa yang berbeda dengan species kita saat ini. Ras manusia kera dan raksasa  dan telah punah walaupun di masa lalu pernah hidup berdampingan dengan ras manusia biasa. Sumber: lakubecik.org, humas pemda blitar, ox.ac.uk/media dan dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun