[caption id="attachment_349239" align="aligncenter" width="560" caption="Fadel Muhammad (kanan) dan Laksamana (Purn). A.R. Katili, perbedaan politik tidak mempengaruhi keduanya untuk berseberangan, Foto: Komp/Abuzakir Ahmad"][/caption]
Asrama Gorontalo Salemba Tengah No 29 memasuki usianya yang ke 47 tahun, tepat pada Sabtu (31/1/2015), berarti asrama ini cukup bersejarah karena telah melahirkan tokoh-tokoh Gorontalo. Bahkan terbentuknya provinsi Gorontalo lahir dari inspirasi mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat saat itu seperti Nelson Pomalingo, Abdulah Lahay, Laksamana (Purn) A.R Katili dan masih banyak lagi.
Pada acara Silaturrahim Mahasiswa Gorontalo dan Dies Natalis Ke -47 Asrama ST.29 Jakarta dengan tema, “Mahasiswa sebagai resonansi dalam sejarah pembangunan Provinsi Gorontalo, (Sejarah sebagai penentu jati diri terhadap bangsa dan Negara)”.
Pada ulang tahunnya kali ini mahasiswa ST.29 memberikan penghargaan pada tokoh-tokoh atau pejabat pemerintah yang mengharumkan nama Gorontalo baik ditingkat nasional maupun internasional, seperti Menperindag DR (HC). H. Ir. Rachmat Gobel, mantan Rektor UNG, Prof. DR. Ir. H. Nelson Pomalingo, MPd, Laksamana (Purn) H. A.R. Katili, DR. Ir. H. Fadel Mohammad (Anggota DPR-RI- F-Golkar, Udin Mosii, SE, MM (Auditor BPK-RI), El Nino M Husain, S.T, M.Si (Anggota DPR-RI, F- Gerindra).
Usai penyerahan penghargaan, acara dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh ketua asrama, Mohamad Nur Iskandar dan langsung diberikan kepada tokoh-tokoh Gorontalo yang peduli pada asrama yakni Fadel Mohammad, A.R Katili dan lain-lain. Kemudian berlanjut penandatangan kesepakatan soal pernyataan sikap soal keberadaan ST.29 oleh A.R Katili dan Abdul Kadir Baga (Didi) dan Ketua asrama M.Nur Iskandar.
Sebelumnya, Fadel Mohammad yang didampingi Ustad. H. Abdulrahman Bahmit menyampaikan pidato, bahwa dirinya merasa bersyukur karena asrama telah mengalami perubahan atau perkembangan sejak sekian puluh kali hadir dalam setiap acara di ST.29 itu.
“Berarti sudah 25 tahun, dimana saat itu saya masih mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB), “kata Fadel.
Fadel sempat bercerita, ketika menjadi Gubernur, dimana, Amir Piola Isa dan A.R katili yang saat itu sebagai anggota DPRD Gorontalo melaporkan padanya, bahwa asrama ST.29 akan diambil alih oleh Kodam.
Laporan tersebut ditanggapi oleh Fadel dan langsung membicarakan persoalan itu dengan Jenderal Wiranto, sehingga persoalan tersebut bisa diatasi.
Fadel selalu memperhatikan asrama mahsiswa bukan hanya di Salemba saja, akan tetapi di berbagai daerah pun, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Makasar, Manado dan lain-lain.
Anak-anak muda yang menjadi generasi untuk mengharumkan nama Gorontalo ini sangat dibutuhkan.
“Jadi, mereka-mereka yang membicarakan penggusuran, maka siap berhadaan dengan saya, saya akan pertahankan, “kata Fadel disambut aplus oleh mahasiswa dan alumni ST.29.
[caption id="attachment_349240" align="alignnone" width="700" caption="Potong Tumpeng : Ketua Asrama ST.29, Muhammad Nur Iskandar memberikan tumpeng pada A.R. Katili dan Ketua Alumni ST.29, Abdul Kadir Baga (Didi) di Asrama Mahasiswa Gorontalo - Salemba Tengah, 29 Jakarta, Minggu (31/1/2015). Foto : Komp/Abuzakir Ahmad "]
Sementara, tokoh yang sangat peduli pada Gorontalo Laksamana (purn) A.R Katili menyampaikan bahwa peringatan Ultah ST.29 merupakan rangkaian dari acara-acara sebelumnya yakni, pelantikan Alumni ST.29 yang berlangsung di kediamannya, Komplek Angkatan Laut, Kodamar, Jakarta Utara, Sabtu (10/1/2015).
Kepeduliannya pada Gorontalo mendoronga para anak-anak muda mahasiswa menjadikan dirinya sebagai Penasehat ST.29 Jakarta. Katili tentu tidak pernah menolak, walau dirinya menghabiskan masa remajanya di kota Makasar hingga ke Jakarta mendapatkan posisi yang penting di TNI AL yakni, Laksamana.
Tahun 2004 ia terpanggil ke Gorontalo sebagai anggota DPRD sekaligus menjadi Ketua salah satu partai dan bersama-sama dengan Gubernur Fadel Mohammad untuk membangun Gorontalo.
Hal tersebut mungkin tidak pernah dilakukan sebagian orang, merantau, kemudian berkarir di kota kelahiran yang ia tinggalkan sejak umur 10 tahun silam.
“Orang bilang, dulu saya bersaing dengan Fadel . Nggak! cuma satu panggung sandiwara hehehe. Sandiwara selesai, saya peluk cium beliau. Ya! emang harus begitu, Fadel memang di izinkan Allah. Justru beliau dipilih oleh Allah untuk melanjutkan itu dan saya bersyukur, “kata Katili disambut aplus hadirin.
Katili mengaku malu pada Fadel jika dirinya tidak cinta Gorontalo karena Fadel walau tidak dilahirkan Gorontalo tetap bangga dengan Gorontalo.
Kebanggaan itu Katili sempat sampaikan pada rekan-rekannya, bahwa yang menjadi Presiden di Indonesia baru dua suku yakni suku Jawa dan Gorontalo.
“Jadi, kalau ingin jadi Presiden, belajar ke Gorntalo saja, “tandas Katili.
Di Gorontalo ada 10 Universitas, padahal penduduknya hanya lebih dari satu juta jiwa, hingga ia terkesan ketika memantau langsung. Ternya, pendidikan di Gorontalo begitu maju, hingga ia dipercaya menjadi Dewan Penyantun di Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Jadi, sektor yang menonjol dan mendapat pemasukan keuangan daerah adalah sektor pendidikan. Bayangkan, 10 ribu mahasiswa dari berbagai daerah belajar ke Gorontalo. Mantan Menpen Fredy Numberi, kata Katili, sempat mengumpulkan mahasiswa asal Irian Jaya yang jumlahnya cukup banyak. Fredy sempat bertutur padanya, Gorontalo adalah salah satu pilihan pendidikan terbaik di Indonesia Timur.
“Makanya, saya juluki Gorontalo jokiannya orang Sulawesi dan itu membanggakan kita semua, “ujarnya.
Terkait, isyu bahwa asrama tidak difungsikan sebagai asrama mahasiswa dan lagi-lagi mahasiswa menemui Katili dikediamannya. Atas laporan itu, membuatnya terpaksa mengeluarkan pernyataan.
Pertama, Katili, tidak setuju dan tetap menginginkan agar asrama difungskan sebagai asrama mahasiswa .
Apa pun yang dilakukan atau dibangun dilokasi ini, tetap ada asramanya. Ceritanya panjang dan bagaimana semua memperjuangkan asrama jika dihilangkan dari Salemba Tengah.
“Saya berharap kedepan, sekali lagi asrama tetap berfungsi dan Insya Allah kita semua peduli karena generasi muda yang berpotensi lahir dari ST.29, Jakarta, “ujarnya mengakhiri pidato. ***Komp : Foto & Teks, Abuzakir Ahmad.
[caption id="attachment_349243" align="alignnone" width="700" caption="Mahasiswa Gorontalo ST.29-Jakarta. Dari Jakarta Untuk Gorontalo. Komp/Abuzakir Ahmad"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H