Lurah RBS, Sutarjo (ketiga dari kanan), Ilham Solle (kedua kanan), turun langsung bersama ketua RW, menertibkan pedagang kaki lima depan Pasar Walang Baru, Jalan Alur Laut, Koja RBS, Jakarta Utara, Mnggu (1/2/2015). Foto : Komps/ Abuzakir Ahmad
Membicarakan kinerja lurah tentu tidak habis-habisnya dibahas karena perannya, baik dalam melayani warga dan menata lingkungan sangatlah besar. Demikian juga peran RT dan RW tidaklah cukup kalau lurahnya tidak menunjukkan kinerja yang baik.
Maka dari itu, untuk mendorong supaya para pejabat termasuk lurah, membuat Gubernur DKI, Basuki Cahaya Purnama Ahok beberapa waktu lalu membeberkan gaji lurah mulai tahun ini, dimana setiap lurah akan mendapat gaji berikut tunjangan sekitar Rp33 juta. Sedangkan staf biasa akan menerima gaji Rp9 juta.
Gaji dan tunjangan itu harus dibarengi dengan bekerja keras dan bersih. Tujuan Ahok baik karena gaji yang tinggi membuat pejabat kelurahan yang diseleksi secara ketat harus menunjukkan dan menyadari begitu besar perannya dalam menata Jakarta.
Seperti dikutip dari Tempo Kamis (22/1/2015), saat Gubernur DKI Ahok melantik 704 pejabat eselon IV di Balaikota, Gambir, mengingatkan seluruh PNS agar tidak bersandiwara di hadapan warga. Semua harus melayani s ecara profesional dan tidak ada pungli atau gratifikasi.
Lihat saja, Lurah Rawa Badak Selatan (RBS), H. Sutarjo dengan sigap, ketika ada perintah dari Gubernur untuk membenahi lingkungan seperti pedagang kaki lima yang menimbulkan kemacaten tepat di jalan Alur Laut depan Pasar Walang Baru.
Penertiban tersebut dijalankan dengan cara pendekatan manusiawi dengan memberikan tempat untuk berdagang di dalam pasar tradisional itu.
“Kami menertibkan pedagang di pinggir jalan tujuannya menormalkan saluran untuk mencegah terjadinya banjir," kata Sutarjo kepada Kompasianer, Minggu (1/2).
Sutarjo turun langsung ke lokasi penertiban didampingi oleh para ketua RW dan RT dan melibatkan camat dan satpol PP setempat untuk melaksanakan aturan yang ada. Ia berharap para pedagang tidak berjualan lagi di bahu jalan, agar kemacetan tidak terjadi.
Kinerja Sutarjo, ia buktikan dengan menyediakan fasilitas di kantor lurah Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Layanan berupa pembuatan KTP dan surat-surat lainnya layaknya antrian di sebuah bank.
Demikian juga dalam penataan lingkungan, bisa saja RBS dikategorikan jagonya. karena pada akhir tahun 2014 RBS meraih juara I lomba Gotong Royong antar kelurahan di DKI Jakarta dan beberapa penghargaan lainnya di tingkat nasional dalam penataan lingkungan maupun seni kerajinan tangan.
Ia selalu memperingatkan kinerjanya stafnya dan meminta wartawan untuk selalu menginfokan bila ada temuan-temuan yang tidak sesuai yang diinginkan.
Ilham Solle, Ketua RW 06, RBS.
Sebagai ketua RW, tentunya Ilham Solle memiliki kewajiban untuk menata warganya terutama pedagang kaki lima di depan Pasar Walang yang menimbulkan kemacetan baik pagi dan sore hari.
Penertiban itu tujuannya baik, di mana para pedagang agar menghidupkan Pasar Walang Baru di malam hari seperti layaknya pasar malam.
“Kalau berdagang di dalam pasar kan sehat, tidak membuat macet, di samping itu makanan tidak terkontaminasi polusi kendaraan sehingga pengujungnya merasa nyaman dan sehat," ujarnya kepada Kompasianer.
Disediakan tempat di dalam pasar menjadi solusi mengatasi kemacetan dan warga tetap menaati aturan yang ada dan pedagang tidak kembali ke tempat semula.
Sebenarnya, para pedagang yang sudah lama itu tidak pernah mendapat aturan seperti ini, mereka dibiarkan berjualan di sana-sini sehingga membuat macet. Nah, lewat perintah Gubernur Ahok yang kemudian dipercayakan kepada Lurah RBS Sutarjo untuk membenahi titik kemacetan, terutama di depan pasar tradisional sehingga pengendara baik roda dua maupun roda empat merasa nyaman.
Penertiban itu semua instansi dilibatkan seperti camat, satpol PP, seluruh lurah RBS dari RW 03 sampai dengan RW 07 dan RT. Penertiban itu lalu disepakati warga agar jalan didepan pasar itu bersih dari pedagang kaki lima.
“Kami tidak segan-segan untuk menindak pedagang yang bandel dan berharap juga pada warga untuk berbondong-bondong mengunjungi Pasar Walang, apalagi pada malam hari,“ tandas Ilham.
Komentar Warga dan pedagang.
Diah (44) warga Rawa Badak Utara.
Pedagang dipindahkan kedalam menurut saya bagus, karena kalau di pinggir jalan kan bisa macet sehingga kami pembeli juga merasa tidak nyaman. Kalau keserempet mobil gimana dong?.
Tapi, disamping itu saya berharap agar pasar ditata rapi, supaya kami sebagai pembeli merasa nyaman untuk berbelanja. Tapi yang penting tidak becek aja.
Dawam(44). Pedagang Baso, warga RBS
Sama seperti harapan pedagang lainnya, pasar ditata sehingga penjual dan pembeli merasa lebih nyaman. Kalau sudah dibenahi berarti pasar tradisional terlihat lebih hidup. Apalagi Jokowi juga ingin menghidupkan pasar tradisional seperti yang dikatakan sewaktu dirinya menjadi gubernur. Jadi sekali lagi, saya mengikuti aturan yang dilakukan langsung baik lurahnya maupun ketua RW.
[caption id="attachment_352154" align="alignnone" width="640" caption="Mad, pedagang sayur"]
Mohammad – Mad (39), Pedagang sayur, warga RBS
Saya setuju saja, jika pedagang masuk kedalam pasar asalkan tertib. Saya berdagang di pasar sudah 20 tahun dan jika pasar ini direnovasidan dibangun lagi seperti Pasar Koja dimana para pedagang sudah memiliki petak masing-masing seperti pedagang sayur.
Nah kalau Pasar Walang juga ditata seperti itu tentu suasananya ramai. Saya tetap berharap pedagang lama tetap di perhatikan yang jelas, jika tiba musim hujan tidak bocor dan banjir saja.
Sartani (35), pedagang buah warga RBS
Lelaki yang mengaku sudah delapan tahun berjualan di depan Pasar Walang ini mengaku kepada Kompasianer tetap menaati aturan pemerintah DKI, Ahok meskipun pendapatannya berkurang tidak seperti di pinggir jalan karena biasanya pengendara motor tidak mau repot untuk masuk ke Pasar.
“Mau gimana lagi, namanya peraturan, ya harus dipatuhi,“ katanya pada Kamis (19/2/2015).
Tapi, yang jelas bapak dua anak asal Sindang Laut, Cirebon ini berharap agar pasarnya juga di benahi sehingga pengunjung menrasa nyaman.
Sebagai pedagang kecil tentu berimbas juga sama pendapatannya, maka dari itu kedua anaknya disekolahkan di Cirebon, yakni SDN dan SMP, karena sekolah di Jakarta walau katanya gratis tetap saja ada pungutan-pungutan lainnya.
“Jadi sama aja bohong hehehe, tapi semunya disyukuri, dagang di Pasar Walang juga sudah oke,“ tandasnya.
[caption id="attachment_352153" align="alignnone" width="640" caption="Edo, Service HP"]
Edo, Service HP
Melakoni pekerjaan service HP sudah dilakoni lelaki asal Bone, Sulawesi Selatan ini sehingga ia memiliki pelanggan tersendiri. Bayangkan walaupun sudah dipindahkan ke dalam pasar, pelanggannya tetap mencarinya. Menempati bahu jalan depan Pasar Walang tentu berpengaruh juga pada pendapatan namun tentu sebagai warga harus menaati aturan dari pemerintah lurah, Sutarjo.
“Tapi semuanya juga harus ke dalam pasar, jangan ada yang diistimewakan dan tetap mengutamakan warga RBS,“ kata Edo kepada Kompasianer, Kamis.
Ia juga mengaku dikasih tahu sama Lurah RBS Sutarjo sebenarnya membenahi pasar dulu, namun karena aturan tersebut lebih dulu turun maka tidak boleh tidak lurahnya harus menjalankan aturan atasannya.
Satu hal yang membuat pengunjung pasar ramai dikunjungi adalah tersedianya sarana angkutan karena dia lihat angkutan yang lewat di depan Pasar Walang hanya KWK 06 saja tidak seperti pasar lainnya. Foto & Teks/Komps/Abuzakir Ahmad Zacky.