Mohon tunggu...
Abuzakir Ahmad Zacky
Abuzakir Ahmad Zacky Mohon Tunggu... Wartawan -

Memburu berita, mengabadikan setiap moment, bertemu banyak orang, menyaksikan berbagai tragedi, dan mencatatkan berbagai kenangan. Begitulah caraku menikmati hidup ini. Wartawan adalah panggilan jiwaku, kupersembahkan jiwa raga ini demi runtuhnya kedhaliman penguasa. Wartawan memanggilku dengan ketulusanku dalam secuil harapan. Fotographer dan sekaligus Reporter menjadi makananku sehari-hari. Hingga meraih prestasi menjadi penulis terbaik pada lomba menulis pocari sweet ‘Teater 24 jam’ oleh MURI (2005) bersama Metro TV, Prambor Radio, (elektronik) Sinar Harapan, Metro Pos dan Majalah Sunter (cetak). Bidikan kamera yang setiap saat menembus batas pun menjadi saksi meraih juara 1 lomba Foto Destinasi wisata posisir Jakarta Utara (Ultah DKI 2013). Salam Kompasianer! 2013 berkah menyertai semuanya, Amin....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menata Jakarta, Benahi Kelurahan, RBS Jagonya

20 Februari 2015   20:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lurah RBS, Sutarjo (ketiga dari kanan), Ilham Solle (kedua kanan), turun langsung bersama ketua RW, menertibkan pedagang kaki lima depan Pasar Walang Baru, Jalan Alur Laut, Koja RBS, Jakarta Utara,  Mnggu  (1/2/2015). Foto : Komps/ Abuzakir Ahmad

Membicarakan kinerja lurah tentu tidak habis-habisnya dibahas karena perannya, baik dalam melayani warga dan menata lingkungan sangatlah besar. Demikian juga peran RT dan RW tidaklah cukup kalau lurahnya tidak menunjukkan kinerja yang baik.

Maka dari itu, untuk mendorong supaya para pejabat termasuk lurah, membuat Gubernur DKI, Basuki Cahaya Purnama Ahok beberapa waktu lalu membeberkan gaji lurah mulai tahun ini, dimana setiap lurah akan mendapat gaji berikut tunjangan sekitar Rp33 juta. Sedangkan staf biasa akan menerima gaji Rp9 juta.

Gaji dan tunjangan itu harus dibarengi dengan bekerja keras dan bersih. Tujuan Ahok baik karena gaji yang tinggi membuat pejabat kelurahan  yang diseleksi secara ketat harus menunjukkan dan menyadari begitu besar perannya dalam menata Jakarta.

Seperti dikutip dari Tempo Kamis (22/1/2015), saat Gubernur DKI Ahok melantik 704 pejabat eselon IV di Balaikota, Gambir, mengingatkan seluruh PNS agar tidak bersandiwara di hadapan warga. Semua harus melayani s ecara profesional dan tidak ada pungli atau gratifikasi.

Lihat saja, Lurah Rawa Badak Selatan (RBS), H. Sutarjo  dengan sigap, ketika ada perintah dari Gubernur untuk membenahi lingkungan seperti pedagang kaki lima yang menimbulkan kemacaten tepat di jalan Alur Laut depan Pasar Walang Baru.

Penertiban tersebut dijalankan dengan cara  pendekatan manusiawi dengan memberikan tempat untuk berdagang di dalam pasar tradisional itu.

“Kami menertibkan pedagang di pinggir jalan tujuannya menormalkan saluran untuk mencegah terjadinya banjir," kata Sutarjo kepada Kompasianer, Minggu (1/2).

Sutarjo turun langsung ke lokasi penertiban didampingi oleh para ketua RW dan RT dan melibatkan camat dan satpol PP setempat  untuk melaksanakan aturan yang ada. Ia berharap  para pedagang  tidak berjualan lagi di bahu  jalan, agar kemacetan tidak terjadi.

Kinerja Sutarjo, ia buktikan dengan menyediakan fasilitas di kantor lurah Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Layanan berupa pembuatan KTP dan surat-surat lainnya layaknya antrian di sebuah bank.

Demikian juga dalam penataan lingkungan, bisa saja RBS dikategorikan jagonya. karena pada akhir tahun 2014 RBS meraih juara I  lomba Gotong Royong antar kelurahan di DKI Jakarta dan beberapa penghargaan lainnya di tingkat nasional dalam penataan lingkungan maupun seni kerajinan tangan.

Ia selalu memperingatkan kinerjanya stafnya dan meminta wartawan untuk selalu menginfokan bila ada temuan-temuan yang tidak sesuai yang diinginkan.

1424412175767006350
1424412175767006350
Penertiban kios pedagang, Foto  Minggu (1/2/2015)

Ilham Solle, Ketua RW 06, RBS.

Sebagai ketua RW, tentunya Ilham Solle memiliki kewajiban untuk menata warganya terutama pedagang kaki lima di depan Pasar Walang yang menimbulkan kemacetan baik pagi dan sore hari.

Penertiban itu tujuannya baik, di mana para pedagang agar menghidupkan Pasar Walang Baru di malam hari seperti layaknya pasar malam.

“Kalau berdagang di dalam pasar kan sehat, tidak membuat macet, di samping itu makanan tidak terkontaminasi polusi kendaraan sehingga pengujungnya merasa nyaman dan sehat," ujarnya kepada Kompasianer.

Disediakan tempat di dalam pasar menjadi solusi mengatasi kemacetan dan warga tetap menaati aturan yang ada dan pedagang tidak kembali ke tempat semula.

Sebenarnya, para pedagang yang sudah lama itu tidak pernah mendapat aturan seperti ini, mereka dibiarkan berjualan di sana-sini sehingga membuat macet. Nah, lewat perintah Gubernur Ahok yang kemudian dipercayakan kepada Lurah RBS Sutarjo untuk membenahi titik kemacetan, terutama di depan pasar tradisional sehingga pengendara baik roda dua maupun roda empat merasa nyaman.

Penertiban itu semua instansi dilibatkan seperti camat, satpol PP, seluruh lurah RBS dari RW 03 sampai dengan RW 07 dan RT. Penertiban itu lalu disepakati  warga agar jalan didepan pasar itu bersih dari pedagang kaki lima.

“Kami tidak segan-segan untuk menindak pedagang yang bandel dan berharap juga pada warga untuk berbondong-bondong mengunjungi Pasar Walang, apalagi pada malam hari,“ tandas Ilham.

14244122371543467581
14244122371543467581
Suasana jalan Alur Laut depan Pasar Walang Baru, setelah di tertibkan, Foto: Kamis (19/2/2015) Komps/Abuzakir Ahmad

Komentar Warga dan pedagang.

Diah (44) warga Rawa Badak Utara.

Pedagang dipindahkan kedalam  menurut saya bagus, karena  kalau di pinggir jalan kan bisa macet sehingga kami pembeli juga merasa tidak nyaman. Kalau keserempet mobil gimana dong?.

Tapi, disamping itu saya berharap agar pasar ditata rapi, supaya kami sebagai pembeli merasa nyaman untuk berbelanja. Tapi yang penting tidak becek aja.

1424412424416851268
1424412424416851268
Sartani, Pedagang buah melayani pembeli. Foto : Komps/Abuzakir Ahmad Kamis (19/2/2015

Dawam(44). Pedagang Baso,  warga RBS

Sama seperti harapan pedagang lainnya, pasar ditata sehingga penjual  dan pembeli merasa lebih nyaman. Kalau sudah dibenahi berarti pasar tradisional terlihat lebih hidup. Apalagi Jokowi juga ingin menghidupkan pasar tradisional seperti yang dikatakan sewaktu dirinya menjadi gubernur. Jadi sekali lagi, saya mengikuti aturan yang dilakukan langsung baik lurahnya maupun ketua RW.

[caption id="attachment_352154" align="alignnone" width="640" caption="Mad, pedagang sayur"]

14244544931393313561
14244544931393313561
[/caption]

Mohammad – Mad (39), Pedagang sayur, warga RBS

Saya setuju saja, jika pedagang masuk kedalam pasar asalkan tertib. Saya berdagang di pasar sudah 20 tahun dan jika pasar ini direnovasidan dibangun lagi seperti Pasar Koja dimana para pedagang sudah memiliki petak masing-masing seperti pedagang sayur.

Nah kalau Pasar Walang juga ditata seperti itu tentu suasananya ramai. Saya tetap berharap  pedagang lama tetap di perhatikan yang jelas, jika tiba musim hujan tidak bocor dan banjir saja.

Sartani (35),  pedagang buah warga RBS

Lelaki yang mengaku sudah delapan tahun berjualan di depan Pasar Walang ini mengaku kepada Kompasianer tetap menaati aturan pemerintah DKI, Ahok meskipun pendapatannya berkurang tidak seperti di pinggir jalan karena biasanya pengendara motor tidak mau repot untuk masuk ke Pasar.

“Mau gimana lagi, namanya peraturan, ya harus dipatuhi,“ katanya pada Kamis (19/2/2015).

Tapi, yang jelas bapak dua anak asal Sindang Laut,  Cirebon ini berharap agar pasarnya juga di benahi sehingga pengunjung menrasa nyaman.

Sebagai pedagang kecil tentu berimbas juga sama pendapatannya, maka dari itu kedua anaknya disekolahkan di Cirebon, yakni  SDN dan SMP, karena sekolah di Jakarta walau katanya gratis tetap saja ada pungutan-pungutan lainnya.

“Jadi sama aja bohong hehehe, tapi semunya disyukuri, dagang di Pasar Walang juga sudah oke,“ tandasnya.

[caption id="attachment_352153" align="alignnone" width="640" caption="Edo, Service HP"]

14244543861265975496
14244543861265975496
[/caption]

Edo, Service HP

Melakoni pekerjaan service HP sudah dilakoni lelaki asal Bone, Sulawesi Selatan ini sehingga ia memiliki pelanggan tersendiri. Bayangkan walaupun sudah dipindahkan ke dalam pasar, pelanggannya tetap mencarinya. Menempati bahu jalan depan Pasar Walang tentu berpengaruh juga pada pendapatan namun tentu sebagai warga harus menaati aturan dari pemerintah lurah, Sutarjo.

“Tapi semuanya juga harus ke dalam pasar, jangan ada yang diistimewakan dan tetap mengutamakan warga RBS,“ kata Edo kepada Kompasianer, Kamis.

Ia juga mengaku dikasih tahu sama Lurah RBS Sutarjo sebenarnya membenahi pasar dulu, namun karena aturan tersebut lebih dulu turun maka tidak boleh tidak lurahnya harus menjalankan aturan atasannya.

Satu hal yang membuat pengunjung pasar ramai dikunjungi adalah tersedianya sarana angkutan karena dia lihat angkutan yang lewat di depan Pasar Walang hanya KWK 06 saja tidak seperti pasar lainnya. Foto & Teks/Komps/Abuzakir Ahmad Zacky.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun