Mohon tunggu...
Abu Yasin
Abu Yasin Mohon Tunggu... wiraswasta -

penulis apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tito Karnavian di Mata Seorang Eks Teroris

22 Juni 2016   09:18 Diperbarui: 22 Juni 2016   09:24 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terorisme yang terjadi dewasa ini dilakukan oknum tertentu yang kehilangan kesadaran, sehingga terorisme tidak hanya menghancurkan bangunan gedung dan membunuh manusia yang bergelimpangan, namun juga telah membunuh nalar dan moral kemanusiaan yang dibangun para pendahulu kita. Nah, novel yang saya tulis ini menyuarakan nilai-nilai Islam yang emansipatoris, progresif, mencerahkan, dan memberikan kedamaian, yang mendorong keberagamaan yang ramah sehingga diharapkan mampu memberikan pemaknaan yang progresif atas doktrin keagamaan. Doktrin agama yang selama ini dipahami adalah bersifat simplistik, literalistik, dan reduksionis. Model literalistik inilah yang membentuk karakter Muslim yang arogan dalam memahami teks. Untuk itu perlu pemahaman yang progresif, di mana doktrin dimaknai sebagai cahaya yang membebaskan bukan mencekam. Novel ini menghadirkan keberagamaan yang radikal-fundamental (yang bercorak keras dan marah) menuju wajah keberagamaan yang ramah, sejuk, penuh kedamaian, dan mengantarkan kepada pemahaman umat yang progresif, egaliter, dan tranformatif.

Intinya, pemberantasan terorisme harus dilakukan dengan berbagai cara. Selain penindakan hukum, pencegahan harus mendapat skala prioritas, terutama dengan menumbuhkan kesadaran. Nah, sastra merupakan salah satu medium yang paling efektif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, apalagi di tengah bombardir berita yang sifatnya hanya jangka pendek, maka sastra menyimpan khazanah intelektual dan pencegahan jangka panjang. Karena novel ini memuat alur cerita yang bisa meluruskan makna jihad yang sebenarnya. Lebih-lebih karena novel ini ditulis langsung oleh pelaku sejarah dari balik jeruji penjara, sehingga pesan-pesan yang disampaikannya terasa lebih adil dan profesional, agar jejak para teroris tidak semakin diikuti, dan habitatnya kian punah.

Selamat bertugas, Pak Tito. Bebanmu semakin berat, tetapi kemampun memikul beban itulah seni, life is astruggle.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun