Mohon tunggu...
Abuya IrfanRahman
Abuya IrfanRahman Mohon Tunggu... Guru - Owner Sekolah Alam Dharmasraya

Nama : Irfan Rahman, Lc TTL : Tj. Barulak, 05 Februari 1986 Pendidikan : - TK Aisyiah Bustanul Anfal - SDN 26 Balai Baru - MTsN Tanjung Barulak - MAPK Koto Baru Padang Panjang - Universitas Al-Azhar Cairo Mesir Alamat : Jorong Lambau Nagari Sungai Kambut Kec. Pulau Punjung - Kabupaten Dharmasraya - Provinsi Sumatera Barat Share !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Rakyat Dharmasraya: Sibunian Gunung Lalo-Raima Ingin Kembali

10 Mei 2019   23:27 Diperbarui: 10 Mei 2019   23:55 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini Sang Ayah dan Ibu kembali bekerja di ladang seperti semula. Mereka sudah pasrah. Menyerahkan urusan Raima kepada Yang Maha Kuasa. Tuhan tidak menyia-nyiakan mereka, kepasrahan mereka ternyata dijawab Tuhan. Malam harinya si Binguang bermimpi bertemu dengan Raima.

Didalam mimpi itu Raima mengatakan bahwa ia masih hidup dan sudah dipelihara serta dijaga oleh para pendahulu-pendahulu diatas Gunung Lalo. Keesokan malamnya si Binguang bermimpi yang sama, sampai dimalam ketiga ia juga bermimpi didatangi kakaknya si Raima.

Keesokan harinya, Si Binguang menceritakan mimpinya kepada Ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya merasa gembira namun dibelakang itu mereka mati kecemasan. Mereka gembira mengetahui bahwa Raima masih hidup, namun disisi lain mereka khawatir karena anaknya dibawa ke alam jin oleh si Bunian.

Mereka berfikir bagaimana mencari dan menyelamatkan Raima dari si Bunian Gunung Lalo. Sang Ayah dan ibu mencari akal untuk menyelamatkan Raima. Mereka minta tolong ke dukun dan orang-orang pintar, namun dukun dan orang pintar tak mampu menolongnya, karena Raima sudah masuk ke alam jin dan diawasi si Bunian.

Seminggu kemudian si Binguang bermimpi lagi. Kini Raima mengatakan bahwa ia ingin pulang ke rumah. Raima sudah rindu rumah dan keluarganya. Didalam mimpi itu Raima menyuruh keluarganya untuk mempersiapkan kedatangannya.

Keluarga diminta untuk membakar kemenyan pada malam hari yang ditentukan serta menghiasi rumah untuk menyambut kepulangan Raima. Mimpi itu tiga kali berturut turut didapatkan si Binguang. Ia ceritakan mimpi itu kepada keluarganya. Keluarga merasa senang alang kepalang mendengar berita baik itu. Dengan senang hati semua keluarga mempersiapkan apa yang diminta Raima. Demi Raima kembali ke rumah.

Malam yang ditunggu pun tiba. Keluarga sudah menunggu dengan segala persiapan. Kemenyan dibakar, asapnya menyebar keseluruh ruangan rumah, menusuk hidung para keluarga yang hadir. Suasana terasa agak tegang ketika jam sudah menunjukan pukul nol-nol tengah malam. Dimana waktu yang disepakati Raima akan pulang ke rumah. Kemenyan yang sudah padam diganti dengan kemenyan baru.

Semua keluarga yang hadir membuat lingkaran didalam rumah, yang laki-laki duduk bersila dan yang perempuan duduk bersimpuh. Mereka dihantui perasaan cemas dan takut. Tak satupun yang berani berbicara. Tanda-tanda kedatangan Raima belum tampak. Diluar rumah udara semakin dingin, malam yang hitam menjadikan suasana mistik yang mencekam. Kelam dan sunyi menghampiri setiap yang hadir. Asap kemenyan yang menari dilangit-langit rumah membuat sebagian tamu menjadi ciut.

Tiga jam sudah berlalu, namun Raima belum juga datang. Keluarga cemas jika Raima benar-benar tak pernah kembali lagi ke rumah. Azan shubuh berkumandang membelah kesunyian malam. Ayam jantan berkokok sahut-sahutan. Hampir semua keluarga yang hadir dirumah itu berangkat ke surau untuk melaksanakan shalat shubuh. Sepulang dari surau, mereka kembali kerumah masing-masing. Sebagian tetangga beranggapan, bahwa Raima tak akan kembali. Si Bunian Gunung Lalo tak mau melepaskan Raima.

Pagi itu sang Ibu pergi ke dapur untuk memasak. Ia kaget melihat ada telapak kaki di abu kayu dekat tungku tempat ia biasa memasak. Ia pandangi betul-betul dan mendekat jejak kaki itu. Bentuknya persis sebesar telapak kaki anaknya Raima yang berumur 12 tahun. Ia beri tahu pada sang Ayah, mereka yakin Raima pulang tadi malam sesuai janjinya ketika mereka menunggu Raima bersama-sama dengan keluarga didalam rumah. Namun Raima datang bukan untuk kembali seperti manusia sebelumnya dan berkumpul dengan keluarganya. Tetapi sebagai bangsa Bunian.

Setelah kejadian itu, hampir tiap manghrib sang Ibu mendengar tangisan Raima dari belakang rumah dan hampir tiap pagi menemukan jejak kaki Raima diatas abu tempat ia memasak. Semua keluarga sudah pasrah dan tawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, merelakan kepergian Raima yang dibawa si Bunian Gunung Lalo. Walaupun mereka tahu dengan jejak kaki itu dan tangisan diwaktu maghrib yang ia temui hampir setiap hari, menandakan bahwa Raima selalu pulang ke rumah dan menagis minta kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun