Panggung politik yang dipertontonkan di gedung wakil rakyat yang terhormat, seperti sedang memutar kembali jarum sejarah ke era di mana integritas dan kejujuran tidak laku. Yang laku saat itu adalah ‘yes man’, abs (‘asal bapak senang’), daulat tuanku. Di era ini adalah masa emas para penjilat, koruptor, dan penindas. Kini era tersebut telah lenyap lebih sepuluh tahun lalu, tetapi jiwa dan para pelaku masih bertahta di lembaga legislatif. Ya, nilai-nilai integritas, kejujuran dan ketulusan sedang diadili di depan rakyat Indonesia oleh para anggota dewan yang katanya terhormat. Akankah kita mundur ke dunia hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang?
Terus terang, sulit mengatakan bahwa kerja panitia khusus DPR yang menelanjangi kebijakan pengambilalihan Bank Century mencerminkan aspirasi rakyat. Suara rakyat yang telah dengan ikhlas diberikan kepada para anggota legislatif ini seperti dimanipulasi. Pembentukan pansus atas nama rakyat, rakyat yang mana? Rakyat tidak peduli. Bagi rakyat yang penting negara aman, mencari kerjaan tidak sulit, harga bahan pokok terjangkau, layanan kesehatan lebih manusiawi, dan masih banyak lagi.
Cecaran arogan para anggota dewan terhadap para saksi yang terkondisikan seperti tersangka, tidak membuat publik bertepuk tangan. Sebaliknya, simpati terhadap ‘para tersangka ‘ kian menggelinding seperti bola salju. Wajar saja. Mereka ‘para tersangka’, khususnya ibu Sri Mulyani Indrawati (SMI) dan pak Boediono, adalah orang-orang terbaik yang pernah dimiliki oleh rakyat Indonesia. Mereka bekerja didasarkan pada profesionalisme, integritas, kejujuran dan patriotisme. Bila bukan karena sikap-sikap tersebut, untuk apa mempertaruhkan reputasi mereka yang sudah kelewat tinggi? Apakah terbukti mereka mengambil keputusan pemberian bailout BC dengan tujuan konyol (memperkaya diri dan mencari posisi) seperti yang dituduhkan oleh beberapa orang? Rasanya koq tidak masuk akal. Apakah ada bukti temuan BPK atas audit BC menyatakan bahwa ke dua orang ini korupsi? Tidak ada. Tapi penyelidikan oleh para anggota dewan dengan tampang yang tidak bersahabat, arogan, dan melecehkan ini seperti dagelan aparat menginterogasi pencuri kelas teri.
Saya dan sebagian besar rakyat Indonesia yang masih memiliki nurani dan akal sehat pasti tidak akan rela bila profesionalisme, integritas dan kejujuran diinjak-injak atas nama suara rakyat. Maka mari kita dukung ibu SMI dan pak Boediono dalam menjalani ujian terberat sepanjang karier mereka berdua. Dukungan ini tidak lain demi menjaga nilai-nilai luhur penyelenggara negara yang telah dipraktekan oleh ibu SMI dan pak Boediono.
Hari minggu yang lalu (10/01/2010) telah tiga ratus orang mendukung SMI, termasuk diantaranya mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto, tokoh senior Des Alwi, penggubah lagu Iwan Abdulrachman, Kuntoro Mangkusubroto, Jusuf Wanandi, Siti Musdah Mulia, Komaruddin Hidayat, Chatib Basri, dan Erry Riyana Hardjapamekas (di sini). Di kalangan Facebookiyah, tidak ketinggalan para simpatisan menggalang dukungan terhadap SMI membentuk komunitas KAMI PERCAYA INTEGRITAS SRI MULYANI INDRAWATI ! yang telah beranggotakan ribuan orang.
Bu Sri Mulyani, you’ll never walk alone.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H