Mohon tunggu...
Abu Tholib
Abu Tholib Mohon Tunggu... -

Wong Banyumas asli yang demi sesuap nasi (pernah) merantau ke Banda Aceh 1996-2000, ke Malang (5 tahun), di Balikpapan (4 tahun) dan sekarang di homeland Banyumas.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanda Orang Beriman Ada Pada Komjen Susno Duaji

22 Maret 2010   15:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_99970" align="alignleft" width="218" caption="antarajatim.com"][/caption] Kesekian kalinya Komjen Susno Duaji mengeluarkan pernyataan yang membuat publik terhenyak. Pernyataan terakhir telah menjadi headline berita di beberapa media baik elektronik maupun cetak. Tak pelak, SD telah menjadi magnet bagi pers untuk terus dicari beritanya. Bahkan SD menjadi seperti selebriti yang kemana-mana dikerubuti wartawan. Pernyataan mutakhir SD yang membuat heboh masyarakat sekaligus membuat gerah pejabat di lingkungan kepolisian adalah terkait markus perkara di jajaran kepolisian yang berperan dalam ‘menguapnya' uang lebih dari Rp 24 milyar yang ada di rekening seorang oknum pegawai pajak. Menjadi heboh karena masyarakat disuguhi lagi tontonan dengan panggung institusi polri dan Ditjen Pajak, yang bila tidak diekspos, tidak mungkin masyarakat akan tahu adanya kasus tersebut. Institusi Polri sebagai lembaga yang sedang memperbaiki citra, kembali diterpa berita miring seputar korupsi. Dan berita ini seperti menghapus prestasi Polri yang baru-baru ini diraihnya, yaitu membunuh tokoh teroris yang paling dicari, Dulmatin dan kaki tangannya. Ulah seorang oknum Ditjen Pajak dalam kasus ini juga menodai reformasi yang sedang berjalan di institusi tersebut. Di satu sisi, perbaikan renumerasi sudah diberikan oleh pemerintah, di sisi lain masih ada oknum pegawai Ditjen Pajak yang melakukan korupsi. Pernyataan SD yang membuat gerah institusi Polri adalah karena SD menunjuk hidung orang/pihak yang diduga terkait markus perkara & menyatakan adanya ruangan di Mabes Polri yang dijadikan sebagai tempat untuk markus perkara. Dan tentu saja tidak akan ada orang yang mengakui tuduhan sebelum ada bukti yang bisa ditunjukkan. Pihak yang dituduh SD tentu saja membantah dan balik melaporkan SD. Maka ‘perang' pun dimulai. Seorang jenderal tanpa ‘kekuasaan' melawan sebuah jejaring yang kuat. Bila tidak lihai, Sang Jenderal bisa terperangkap dalam jejaring tersebut. Tulisan ini tidak akan membahas lebih jauh tentang ‘konflik' antara SD dengan bekas anak buahnya. Saya hanya akan menyampaikan bahwa bila dilihat dari sisi orang yang beragama, apa yang dilakukan oleh SD menunjukkan kadar keimanannnya, yaitu keimanan yang begitu besar. Kenapa? Karena di tengah masyarakat yang hanya membanggakan ritualitas sebagai wujud keimanan, pernyataan SD yang berani tersebut menunjukkan kualitas keimanan yang begitu baik, terlepas dari apapun motif pernyataannya. Bagi banyak orang, mengatakan yang benar adalah benar dan mengatakan salah itu salah adalah perkara yang berat. Mungkin banyak orang lebih memilih diam dan mencari aman dalam melihat kejahatan apalagi ada ancaman yang begitu nyata. Tapi bagi SD, tidak merasa tenang bila membiarkan kejahatan terus berjalan di lingkungan sekitarnya. Karena itu, sesuai tuntutan hatinya, beliau menyampaikan bahwa apa yang terjadi di Mabes Polri terkait penuntasan dugaan korupsi dari uang sebesar Rp 25 milyar adalah sebuah kesalahan, apapun resiko yang akan dihadapinya. Mudah-mudahan tujuan SD menyampaikan pernyataan yang sensasional tersebut semata-mata niat yang ikhlas  demi kebaikan institusi Polri, bukan karena adanya motif lain. Bila demikian adanya, semoga Tuhan menilainya sebagai sebuah amal kebajikan dan membalasnya dengan pahala yang besar. Dan semoga Tuhan selalu melindungi SD dan keluarganya dari kejahatan dan makar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun