Deterrence, yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan pencegahan atau gertakan, adalah suatu strategi militer yang misalnya nih, dipake oleh Singapura, untuk nakut-nakutin supaya negara lain gak macem-macem juga menangkis dan membalas dengan efektif serangan musuh supaya gak berlanjut ke tahap berikutnya.
Sejak adanya senjata nuklir, istilah "deterrence" biasanya dipake jadi nama untuk strategi militer dasar negara-negara yang punya senjata nuklir juga kelompok-kelompok persekutuan besar macam NATO atau persemakmuran Inggris. Tapi realitanya, strategi ini juga dipake sama negara yang gak punya nuklir dimana mereka bikin kekuatan tempur konvensional dan non konvensional yang besar, canggih dan efektif.
Premis utama dari strategi ini adalah setiap negara punya kekuatan tempur yang handal, baik konvensional dan non konvensional, yang daya hancurnya luar biasa besar ke target, bisa gerak cepat dan operatornya bisa selamet pas baku hantam dengan penyerang.
Strategi ini idealnya bisa langsung diterapkan ke pihak-pihak yang keliatannya mau bertingkah... gak lewat birokrasi yang rumit. Jadi strategi ini mencakup teknik "pre-emptive strike".
Elemen dasar untuk strategi ini, Gua kasih contoh aja ya, begini: Singapura diserang Indonesia. Karena peralatan punya Singapura lebih canggih, mereka bisa cepat deteksi, nentuin target dan buat serangan tangkisan. Serangan ini didesain daya hancurnya ke targetnya sebesar mungkin supaya pihak Indonesia susah mau maju ke tahap selanjutnya. Dan kalaupun pihak Singapura jebol pertahanannya dan menderita kerusakan besar, mereka tetap bisa buat sebagian pasukan Indonesia hancur walaupun ada resiko sebagian garis pertahanannya bolong. Intinya mencegah adanya serangan kedua, jadi bisa diadakan reorganisasi dulu bahkan nunggu bantuan dari sekutunya.
Jadi, strategi deterrence ini bisa dieksekusi, adalah dengan adanya:
* Kemampuan deteksi dini pergerakan negara (sebenernya non state actors juga masuk) lain dengan cepat, jelas dan terpercaya.
* Kemampuan untuk sesegera mungkin bergerak buat menghancurkan gerakan musuh supaya mereka keok dan pikir-pikir lagi kalo mau bertingkah.
* Kemampuan buat tetap eksis di bawah gempuran (sebagai anggota Persemakmuran Inggris, asetnya lebih aman dam selalu ada tempat untuk mundur).
Strategi ini diadopsi oleh Singapura dari Israel karena kedua negara itu kondisi hampir persis sama. Mentornya juga banyak dari Israel sih, bahkan sampe sekarang.
Singapura beneran serius jalanin strategi ini dengan selalu meng-update persenjataannya, diplomasi tingkat lokal, regional dan internasional yang kuat, manuver pemain ekonominya yang paten juga menggurita kemana-mana, pendekatan personal ke banyak orang penting di negara tetangganya supaya bikin kebijakan yang bikin enak Singapura, keamanan datanya yang super canggih.
Hasilnya, tetangganya pada segan dan bahkan takut mau bertingkah karena aset elitnya banyak yang disimpen dan ditahan di Singapura.
Kepentingan nasional Singapura jadinya banyak yang lancar deh. Nasihat-nasihat Sun Tzu di buku Seni Perangnya berhasil kontekstualisasi oleh mereka, terutama bagian "menang perang tanpa harus baku hantam".
Terus gimana dengan kita ini yang jadi tetangganya? Untung apa buntung?
Sumber:
Britannica. Deterrence: Political and Military Strategy.
Huang, Ho Shu. (2009). Singapore's Defence Policy: Deterrence, Diplomacy and the Soldier-Diplomat. Â
MINDEF Singapore. Defence Policy & Diplomacy.
Rais, Amien. (1989). Politik Internasional Dewasa Ini. Usaha Nasional.
Sun Tzu. Seni Perang. Gramedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H