Hikmah yang bisa ditarik adalah: potensi diaspora untuk menyumbang negara asalnya tak mungkin maksimal tanpa kerja dua belah pihak, yakni kaum diaspora dan pemerintah asal kaum diaspora itu.
Faktor individu diaspora tak akan banyak bermanfaat bagi negara asal diaspora tanpa ada penopang dari pemerintahnya.
Contohnya, ya Tiongkok itu. Deng Xiaoping tak hanya minta diaspora Tiongkok pulang, tapi juga membantu warga Tiongkok yang ingin mengembangkan pengetahuan dan modalnya di perantauan.Â
PM Narendra Modi tak hanya membentuk kementerian urusan perantau, Ia juga berkali-kali mengimbau dan secara nyata membuat program yang bakal menarik diaspora India pulang kampung.
Ternyata, sebagian besar "pemudik" itu mendapatkan yang mereka cari di negeri sendiri; bukan hanya penghasilan lebih tinggi dan hidup lebih layak, mereka juga merasa bahagia karena berada di lingkungan asli budayanya. Sehingga yang pulang kampung itu leluasa menentukan bidang yang disukai dan tetap mendapatkan yang sesuai seperti apa yang diperoleh di rantau.
Potensi besar kaum diaspora Indonesia harus, HARUS!... diolah dengan positif olah pemerintah. Lewat mereka ini pembangungan negara, terutama aspek SDM dan alih teknologi / konsep" bisa dipercepat.
Manjakan mereka! Buat mereka loyal dan nyaman disini! Jangan malah dikriminalisasi atau dibuat susah! Manfaat lain dari kuat dan efisiennya jaringan kaum diaspora Indonesia adalah:
1. Adanya sharing" keadaan nyata di luar negeri; baik aspek budaya, etos kerja, sistem belajar, candaan lokal, cara ngolah yang ampuh, dkk.
2. Laporan langsung / real time kejadian di luar negeri dari sumber non-pemerintah; supaya ada sudut pandang lain
3. Membuka celah" relasi non-formal yang seringkali lebih ampuh dan bermanfaat dari relasi formal
4. Mengurangi penyakit minder / inferiority complex orang Indonesia saat bergaul dengan orang luar negeri (terutama bule)