Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pola Kerja Intelijen Negara

25 Januari 2020   21:34 Diperbarui: 25 Januari 2020   21:33 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

"The espionage establishments have demonstrably created dangers within their own societies. Secret power is not easily controlled. The levers of such power too often become hidden with the rest of the machinery. An Intelligence service is the ideal vehicle for a conspiracy. Its member can travel about at home and abroad under secret orders and no questions are asked. Every scrap of paper in the files, its membership, its expenditure of funds, its contacts, even enemy contacts, are state secrets."

Perkataan Allen Dulles itu terbukti benar. Banyak sekali contohnya di Indonesia sendiri; seperti gerakan NII KW IX, peristiwa MALARI, pembunuhan Marsinah, ormas LEMKARI, peristiwa Talangsari 1989, adu domba antar anggota / simpatisan ormas-ormas Islam saat pemilu, kerusuhan Poso, kerusuhan Sampit, kerusuhan Ambon, penyerobotan tanah ulayat untuk kebun / tambang korporasi besar, dll.

Sesuai dengan karakteristiknya bahwa intelijen has no colour / tidak berwarna, maka intelijen tetap akan melaksanakan tugasnya dengan mengabdi kepada rakyat melalui presiden yang telah dipilih oleh rakyat secara sah. Apapun warna presidennya, maka intelijen selamanya harus tetap memberikan laporan yang objektif apa adanya, analisa akurat sebagaimana semestinya, termasuk saran konkrit dan realistis sebagaimana seharusnya. Urusan apakah laporan yang diberikan, apakah analisa yang disodorkan, atau apakah saran tindak yang diusulkan itu dipakai oleh presiden atau tidak, hal itu sudah bukan lagi urusan intelijen.

Sebagai warga negara yang baik, kita harus cerdas dan tanggap. Di negara lain, sudah banyak kejadian laporan otentik dari intelijen negaranya tidak ditindak lanjuti karena tidak menguntungkan sebagian elitnya (contohnya laporan petugas intelijen AS menjelang penyerangan Pearl Harbour). Dan jika terjadi kecelakaan, rakyat biasa juga yang susah. Iternet dan media sosial bisa menjadi "vaksin" dan "obat" ampuh jika para elit penguasanya tak beres. Jangan mau jadi orang bodoh, miskin dan polos!

Olahan ini dari buku "Intelijen; Profesi Unik Orang-orang Aneh" karya Supono Sugirman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun