Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Jalur Sutera Baru Bagi Indonesia

9 Agustus 2019   15:54 Diperbarui: 9 Agustus 2019   16:09 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya kebijakan perang tarif dagang AS yg diterapkan pada RRC, banyak perusahaan multinasional yg berwacana untuk relokasi dari RRC ke asia tenggara. Beberapa negara yg kemungkinan besar jadi tempat relokasi adalah Indonesia, Vietnam, Thailand, Filipina dan Malaysia.

Untuk mengimbangi kerugian dari kebijakan AS ini, RRC mengembangkan proyek maha raksasa, yakni proyek one belt one road (OBOR), bisa juga disebut jalan sutra baru.

Proyeksi proyek OBOR ini adalah ke arah barat dan selatan RRC. yakni pembangunan sarana transportasi lintas negara di asia daratan sampe ke eropa, dan penguatan jalur laut di daerah asia timur, asia tenggara dan samudra hindia. 

Proyek OBOR ini ditargetkan untuk mengurangi ketergantungan pasar RRC terhadap pasar AS. mereka mengalihkannya ke bagian dunia lain yg kiranya mau diolah dan bekerja sama, tentu dengan segala iming-iming dan retorika politik/ekonomi.

Sebagai salah satu target utama RRC untuk proyek OBOR nya, Indonesia ada dalam kondisi kritis, sulit untuk menolak tawaran dari Beijing.

Ada beberapa sebab, diantaranya:

1. hutang pemerintah RI ke RRC sangat besar

2. adanya kesulitan untuk bayar utang ke RRC

3. performa rupiah yg buruk beberapa taun terakhir

4. pendekatan pintu belakang yg agresif dari Beijing dan taipan lokal ke elit-elit negara

5. kebutuhan akan duit segar yg mendesak, untuk bikin rupiah "sehat" lagi

Beberapa ahli melihat gaya diplomasi proyek OBOR ini sebagai penjajahan secara halus lewat utang. dimana kalo negara yg berutang nggak bisa bayar, nanti ada aset vital yg disita, contoh riil nya ada di srilanka dan djibouti.

Mayoritas utang dari RRC ke Indonesia lari ke sektor infrastruktur. nah, padahal sudah diketahui umum, balik modal dari investasi infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dll. itu lama, belom lagi banyak yg digasak keuntungannya oleh orang tak bertanggung jawab sebelom bisa diaudit. 

Satu lagi nih, rekan dagang terbesar Indonesia sekarang adalah RRC, tentu pemerintah RI nggak mau untuk nyinggung perasaan xi jinping dkk. jadi serba salah. juga, dengan beban sebesar ini, Beijing jadi bisa lebih mudah menekan pemerintah RI. lantas dibuatlah peraturan visa warga RRC yg amat longgar, yg akibatnya sudah bisa diliat sendiri, yakni banyaknya pendatang dan pekerja dari sana (entah legal atau tidak) yg memicu konflik horizontal.

Dari yang "nampak", kebijakan pemerintah RI untuk melonggarkan regulasi bagi tenaga kerja asing, menghasilkan banjirnya tenaga kerja kasar ke Indonesia, entah legal atau ilegal. Umum diketahui, orang Indonesia suka main belakang, jadi jumlah tenaga kerja asing tak resmi kemungkinan besar lebih besar dari yg resmi.

Belom lagi lobi-lobi pelicin di balik layar.saya sendiri pebisnis, jadi paham dunia beginian.

Untuk mengimbangi hal ini, baiknya rakyat, terutama angkatan kerja muda, mulai bergerak sendiri, jangan selalu mengharap uluran tangan pemerintah.

Menurut IMF, umur rata-rata angkatan kerja muda Indonesia adalah 28 tahun.

Beberapa saran dari IMF untuk pengolahan angkatan kerja muda, diantaranya:

+ Peningkatan jumlah dan kualitas infrastuktur yg mendukung perkembangan ekonomi. saran saya ya, program tentara masuk desa baiknya diterapkan lagi, buat ngurangin jumlah pekerja asing. kalo tentara turun ke lapangan, rakyat biasanya sukarela bantu, dan bisa memupuk keakraban juga. buat modalnya, biar nggak terlalu bergantung pada asing, bisa dicoba negara jual obligasi, biar rakyat gotong royong di pendanaan. jadi bisa timbal balik, mereka menyumbang harta & tenaga, juga merasakan hasil kerjanya.

+ Perubahan arah pendidikan yg sesuai untuk situasi kondisi sekarang dan masa depan. saran saya, kembangkan pendidikan nasional yg partisipatif, yg orientasinya jelas, dan jam belajar yg efektif, tidak terlalu panjang sehingga murid jenuh.

+ Reformasi birokrasi, terutama masalah tetek bengek ijin bisnis

+ Pembukaan lapangan kerja baru yg berkualitas. nah ini, saran saya buat mereka yg baru lulus sekolah atau perguruan tinggi, jangan anda semua maunya jadi pegawai. mulailah bisnis kecil-kecilan, bangun dari bawah, harus berani melawan arus. dengan mudahnya akses ke internet, mudah pula akses ke massa yg sangat banyak, lintas negara, manpaatkan. geraklah mumpung masih muda. sudah banyak tutorial gratis. untuk rincinya bahasan ini, perlu tulisan sendiri.

1

2

3

4

5

6

7

8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun