Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena PSI

6 Agustus 2019   12:33 Diperbarui: 6 Agustus 2019   12:49 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

* menarget orang muda, terutama yang tinggal di perkotaan. orang muda perkotaan itu biasanya lebih terbuka pada gagasan baru, lebih suka pada tatanan sosial yang egaliter, tidak terlalu memusingkan masalah SARA, itulah potensi yang mereka garap, makanya mereka memakai grace natalie dan tsamara amany alatas sebagai ujung tombak kampanye mereka, karena dua orang itu berasal dari golongan minoritas, yakni dari etnis tionghoa dan arab

cukup segitu tinjauan sisi marketing politik mereka.

ada hal yang sangat mendasar yang mau saya ingatkan, ini hal yang aksiomatis di dunia investasi:

program kerja suatu lembaga itu nggak akan jauh-jauh dari keinginan investor.

dari awal kemunculan PSI, saya sudah punya pikiran bahwa mereka akan gagal mendapatkan kue politik, tapi, kemungkinan mereka untuk menjaring data potensi politik orang muda indonesia besar sekali, dan terbukti berhasil.

berdasarkan data dari badan pusat statistik indonesia, jumlah generasi milenial indonesia per-2018 adalah 23,95% dari seluruh penduduk indonesia. ini jumlah yang sangat besar, sangat potensial untuk diolah. silakan cek: tirto.id.

sekarang itu data-data dari masyarakat lebih penting dari sekedar kursi atau jabatan. ini jamannya big-data. dengan menguasai big-data, suatu pihak bisa melakukan rekayasa sosial (social engineering) dengan mudah. contoh nyatanya: Gojek, Grab, Bukalapak, Shopee, Alibaba, Amazon, dan yang semacam.

dengan bekal data ini, para investor mereka, yang besar-besar itu, bisa membuat proyek yang lebih strategis dan kiranya berdampak besar di masyarakat di waktu yang akan datang.

semoga tulisan ini bermanpaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun