Pulang dari rumah jabatan Nurdin, saya sempat ngobrol dengan seorang petani yang tinggal tidak jauh dari rumah Nurdin, ia mengeluh karena mahalnya harga pupuk di Bantaeng yang membuat dirinya dan para petani di sana menjerit. Jeritan yang tertutupi oleh nama besar seorang Bupati yang pada akhirnya didaulat menjadi Gubernur Sulawesi Selatan.
Profesor lulusan Jepang, dengan sederet gelar prestasi tidak mampu menahan Nurdin tergiur silaunya duit 'Setan' yang dimakan 'Genderuwo'.
Sebagai orang yang hidupnya banyak dihabiskan di Jepang, seharusnya Nurdin tau betul konsekuensi sebuah perbuatan memalukan yakni apa yang kita kenal dengan budaya Harakiri, tetapi Nurdin tidak harus menusuk pisau Jepang ke badannya, karena tanpa itu pun, ia telah 'membunuh dirinya' di mata saya dan semua warga Sulawesi Selatan yang telah membangga bangga kannya, di Sulawesi ada adat yang dikenal dengan nama Siri na Pacce, hampir sama dengan harakiri. Lebih baik mati daripada Malu.... Sekian....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H