Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Definisi Fotografi Menurut Maestro Fotografi Indonesia, Don Hasman

7 Februari 2019   06:21 Diperbarui: 7 Februari 2019   10:59 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Don Hasman Maestro Fotografi Indonesia (Sumber :Instagram Don Hasman)

Genap 78 tahun pada Oktober tahun lalu, usia yang tergolong tidak muda lagi bagi seorang fotografer bernama Don Hasman. Pria kelahiran Jakarta,  7 Oktober 1940 ini masih terlihat berapi-api kala bercerita soal dunia fotografi. 

Don adalah salah satu Maestro Fotografi Indonesia. Pengetahuan dan pengalamannya tentang dunia fotografi dan jurnalistik tidak perlu diragukan lagi. 

Puluhan buku dokumenteri berhasil ditulisnya, yang sebagian besar  diambil dari pengalamannya menelusuri setiap pelosok Indonesia. Dalam sebuah wawancara khusus di salah satu program TV digital berbayar, Don Hasman menceritakan pengetahuan dan pengalamannya selama menekuni dunia fotografi sekaligus berbagi tips menjadi seorang fotografi profesional. Bukan itu saja, Dia juga merumuskan defenisi baru tentang fotografi yang berbeda sama sekali dengan apa yang selama ini difahami banyak orang. Apa itu?


Don mulai tertarik memotret sejak tahun 1951 saat usianya masih 11 tahun saat sering melihat kakaknya memotret. Don kecil pun meminjam kamera itu lalu mulai belajar memotret. 

Tidak puas hanya meminjam, Ia pun memutuskan membeli kamera dari hasil uang jajan yang disisihkannya. Mulai lah Don, belajar dari studio foto yang ada di Jakarta dan bergabung dengan berbagai komunitas fotografi.

Kata Don, dunia fotografi dahulu tidak sepopuler sekarang ini. Hanya ada segelintir orang yang memiliki kamera dan bisa menggunakannya dengan baik dan benar. Belum lagi saat itu, jarang ada ditemui lembaga-lembaga kursus fotografi.

"Mana ada (dulu) orang yang mau menjadi guru fotografer,waktu itu mungkin se-Indonesia perkiraaan saya hanya ada 100 fotografer" katanya.
Kenapa begitu, alasannya kata Don Hasman karena memotret itu sangat mahal, alatnya pun mahal, yang menguasai fotografi kebanyakan hanya fotografer studio.

Setelah merasa cukup bekal tentang teknik dasar fotografi, Don memutuskan melamar menjadi seorang wartawan di sebuah majalah mingguan ibu kota sebagai fotografer sekaligus penulis.

Don Hasman tidak pelit dengan ilmu yang dimilikinya, dia pun menyarankan bagi para fotografer pemula untuk membekali diri dengan pengetahuan penunjang lainnya selain fotografi. 

Tujuannya agar fotografer bisa mempunyai gaya dan bidang sendiri. Yang paling penting, ajak Don adalah hasilkan karya terbaik bukan hanya penampilan saja yang terbaik. 

Apapun bidang (Spesialis) fotografi yang akan ditekuni pasti akan memiliki peminat seperti dirinya yang menekuni bidang fotografi etnografi.

Fotografi etnografi yang didalami Don membawanya ke berbagai pelosok Indonesia dengan mengunjungi suku-suku terasing untuk melakukan peliputan. 

Hasilnya, puluhan karya tulis berbentuk buku telah dihasilkannya yang menobatkan dirinya sebagai sang maestro Fotografi Indoenesia khususnya foto etnografi.

Agar bisa menjadi fotografi profesional, mau tidak mau kata Bapak dua anak ini orang itu harus menguasai dasar-dasar fotografi dan banyak hal lainnya.

"Mau tidak mau seorang fotografer harus menyesuaikan diri dengan keadaaan jaman (perkembangan teknologi)," ucap Don.

Dia mengibaratkan teknologi itu kendaaraan. Kalau bisa naik kendaraan kenapa harus jalan kaki, kata Don. Namun ia memberi nasehat tetap bijak menggunakan teknologi bukan malah menjadi budak teknologi dengan cara gunakan sesuai kebutuhan saja.
"Teknologi akan mempermudah pengguna (fotografer)," ujarnya.

Dengan banyaknya kamera dan fotografer saat ini, Don mengkritik mereka yang baru sekedar bisa motret tapi sudah menyatakan dirinya mahir dan berhenti belajar. Menurutnya, dari 1000 fotografer mungkin hanya ada satu orang yang mengetahui defenisi fotografi sebenarnya. Yang paling dasar dari fotografi banyak yang belum faham.

Misalnya, di titik diafragma mana yang terbaik menghasilkan sebuah foto? Banyak yang belum tahu. Lensa dengan diafragma satu (1) atau kurang bukan jaminan akan menghasilkan foto terbaik.

"Tetapi ada satu titik diafragma di setiap lensa ,setiap merk yang terbaik," tegas Don. Karena itu, kata Don bagi Fotografer pemula yang mesti dilakukan adalah pertama, kuasai teknik dasar fotografi. 

Kedua, kuasai semua fitur/tombol dari kamera (satu fitur menghasilkan foto seperti apa?). ketiga, perhatikan etika dalam mengambil foto jangan slonong atau menguasai sendiri tanpa memperhatikan orang di sekelilingnya.

Dan terakhir, sebagai kalimat pamungkas dari Don Hasman bahwa Defenisi fotografi adalah mengambil gambar sesuai yang mata lihat (ukurannya adalah mata). Fotografi menurut dia adalah bukan 'membuat' gambar melainkan 'mengambil' gambar.

Jadi, defenisi fotografi yang selama ini banyak orang fahami yakni melukis dengan cahaya sepertinya bukan hanya tidak relevan, namun juga kurang tepat. ht

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun