Semalam, Saya bersama kawan-kawan Blogger mendapat undangan khusus menonton salah satu Film Dokumenter produksi Paramount Pictures berjudul "An Inconvenient Sequel : Truth to Power" di XXI Epicentrum, Jakarta, Senin (21/8/2017). Saat pertama melihat braodcast undangan di salah satu grup FB, di sana tercantum nama yang sudah tidak asing lagi. Saya sih kenal dia banget? Tapi sayangnya, Dia belum tentu kenal saya, hehehe, ya.. dia adalah Al Gore, Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat yang Pernah meraih Nobel. Sebagai apa dia di film ini, baca terus guys?
Terus terang saya tidak begitu faham kalau tidak mau dibilang tidak peduli tentang isu Perubahan iklim atau pemanasan global. mungkin karena tidak seseksi dibanding isu Teroris Global, ISIS. Tapi hanya butuh waktu semalam, sikap saya berubah 180 derajat ketika saya smenonton Filmnya Al Gore ini. Menutut saya, Film ini memberikan pencerahan tentang krisis yang sedang, lagi dan akan mengancam dunia, yakni Global Warming effect (Efek Pemanasan Global).
Film dokumenter  karya Paramount Picture "Truth to Power" ini adalah sekuel dari film "An Inconvenient Truth (2006), konon, film terakhir ini berbeda dengan yang pertama, sebab saya belum nonton yang pertama. Konon lagi, film kedua ini tidak hanya 'menjual' masalah tapi bisa memberikan solusi nyata yang bisa digunakana untuk mengurangi laju pemanasan global.
Selepas magrib, puluhan calon penonton sudah membludak memenuhi area Hall utama XXI Epiwalk. Beberapa orang terlihat mengantri tiket di depan loket, beberapa orang lagi ada yang sibuk berfoto di depan stand poster. Ada dua studio yang disediakan untuk nobar.Â
kira-kira Pukul 7 lebih lima belas menit, satu persatu penonton mulai memasuki studio. Menunggu beberapa menit, MC datang membuka acara kemudian mempersilahkan Amanda Katili Niode, Manager Climate Reality Project Indonesia untuk memberi sambutan. dalam sambutannya, Amanda sedikit memberikan gambaran tentang apa itu Climate Reality Project Indonesia.Â
menurtunya, Tujuan Climate Reality Project Indonesia mengadakan kegiatan nobar adalah mengumpulkan teman dan jaringan, serta meminta mereka (penonton) membantu meyakinkan semua kalangan, bahwa krisis iklim adalah isu yang harus diperhatikan saat ini dan masa mendatang," Tulis Amanda dalam rilis yang dibagikan ke penonton.
Climate Reality Project Indonesia merupakan salah satu organisasi nirlaba dunia yang didirikan Al Gore. Organisasi ini memiliki cabang di banyak negara di dunia. Bersama Amanda, juga hadir Dr Kartini Sjahrir, Pembina Climate Reality Project Indonesia. Ada 300 Climate Leader (sebutan bagi Pejuang Iklim) di Indonesia, orang-orang yang telah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Al Gore di luar negeri. Saat ini lebih dari 2000 volunteer yang telah dilatih dalam hal teknis, kepemimpinan, dan komunikasi oleh Climate Leaders ini.
Selepas sambutan, film pun mulai ditayangkan. Selama hampir satu jam lebih duduk manis dan menikmati setiap 200 momen visual di film ini, saya menarik benang merah  pesan yang ingin disampaikan di film ini antara lain, Penyebab utama krisis Iklim adalah masifnya penggunaan bahan bakar fosil di dunia. Dampaknya adalah udara / atmosfir bumi dipenuhi Karbondioksida (polutan bahan bakar) mengakibatkan efek rumah kaca (pemanasan Global). Pemanasan global atau Perubahan iklim yang drastis mengakibatkan gunung es sedikit demi sedikit mulai mencair dan masuk ke laut. Ar laut yang hangat dan meninggi menyebabkan efek berantai yakni bencana di berbagai penjuru dunia, seperti banjir, badai, Longsor, kebakaran hutan, kekeringan dan wabah penyakit. Mungkin banyak yang belum tahu termasuk saya, kalau pada tahun 2016 lalu terjadi Badai Topan yang menghantam Vietnam dan Filipina, salah satu akibat langsung dari pemanasan global.
Di film ini juga, Al Gore ingin memberikan gambaran nyata secara sistematis mengenai Krisis Iklim dan dampaknya pada bumi. Yang menari,, Al Gore tidak hanya mempertontonkan masalah (pesimisme), namun juga memberikan solusi (optimisme) mengatasi krisis, Ini lah yang membedakan dengan film yang pertama.
Menonton film ini, bagi saya bukan sekedar hiburan tapi inspirasi yang bisa memberi sedikit pengetahuan tentang Climate Change dan efeknya bagi bumi. Dulu, saya  hanya sayup-sayup mendengar kata Global Warming, hanya sekedar tahu sambil lalu saja, tidak seperti halnya dengan isu-isu dunia lainnya misalnya Teroris ISIS yang bisa viral dan bisa menyedot perhatian dunia, isu Global Warming hanya menjadi isu 'kacangan' di media-media besar dunia, apakah sengaja dibuat seperti itu atau bukan? Wallahu a'lam, yang jelas, belum pernah sekalipun saya melihat satu iklan layanan masyarakat terkait isu krisis iklim.
Dengan adanya penayangan film dokumenter ini, saya semakin tahu tentang isu Krisis Iklim dan dampaknya yang merusak bumi. meskipun harus diakui, tidak berhenti di titik kesadaran semata setelah menonton, tapi butuh langkah nyata mulai dari diri sendiri mulai dari skup yang terkecil dahulu.
Apa yang dilakukan Climate Reality Prject Indonesia dengan menginisiasi pemutaran film dokumenter ini menurut saya positif untuk memberikan kesadaran bersama menggalang dukungan berjuang menyelamatkan bumi dari bahaya perubahan iklim.
Satu lagi, Al Gore di film terlihat tidak muda lagi, rambutnya  sudah memutih semua meskipun begitu, semangatnya masih tetap menyala berjuang untuk bumi yang lebih baik. Dibutuhkan Al Gore-Al Gore lain.
Jadi, Mari merawat bumi ini paling tidak mulai dari diri, mulai dari yang terkecil dan mulai saat ini karena bumi adalah rumah kita. Sekian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H