Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Greg Hambali Penemu Aglaonema Bernilai Ratusan Juta

3 Februari 2016   08:24 Diperbarui: 3 Februari 2016   15:13 2793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*****

Di rumahnya yang asri di Kompleks Barangsiang Indah, Bogor (Senin,1/2/2016). Saya mengunjungi Pak Greg di rumahnya. Saya disambut hangat oleh Pak Greg. Kali ini pun Ia Mengenakan baju batik.  Cuma waktu itu Pak Greg bukan ingin mengisi sebuah acara talkshow tapi hendak pergi ke kebunnya. lengkap dengan sepatu boatnya, Ia mengendarai sepeda motor bebek. Masih gesit dan lincah. Saya mengikutinya dari belakang. kami akan diajak untuk melihat lahan tempatnya melakukan penelitian dan pengembangan holtikultura. Jarak antara lahan tersebut dengan rumahnya kira-kira 700 meter.

Sekitar 5 menit perjalanan, kami akhirnya sampai di sebuah Rumah kecil (Saung). Yang berada di tengah lahan luas dengan berbagai jenis pohon. Tempat ini merupakan tempat tinggal penjaga kebun. juga menjadi tempat istirahat setelah lelah bekerja. Luas lahan ini sekitar 1,5 hektar. Ada berbagai jenis tanaman yang ditanam di area ini. beberapa diantaranya tanaman langka yang khusus didatangkan dari luar daerah bahkan dari luar negeri seperti Thailand, Filipina dan Peru. Tanaman-tanaman itu tumbuh subur dan berbuah dengan baik. Ada berbagai jenis durian dan salak.

Sekarang Pak Greg sedang mengembangkan jenis salak baru bernama salak Teteh, turunan dari salak mawar. pohon salak ini Salak memiliki sedikit duri di pelepah dan batangnya, meskipun buahnya masih kecil dan belum mateng tapi rasanya tidak sepet. keunggulan salak ini selain rasanya yang manis, juga bisa di panen kapan saja. Tidak seperti salak pondoh dan lainnya yang harus menunggu musim tertentu untuk bisa dipanen. Hanya saja menurut Pak Greg, salak ini masih perlu beberapa tahun penelitian untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik dan siap diproduksi massal. selain salak Mawar dan Teteh, disini juga da Salak Merah yang didatangkan dari Sumatera.

Dalam kesempatan lain, Pak Greg prihatin dengan kondisi saat ini, banyak pembalakan dan pembakaran hutan dimana-mana dan rusaknya wilayah cagar alam. Menurutnya, Hal ini akan mengancam kelestarian flora dan fauna dan ekosistem dalamnya. Kalau terus dibiarkan oleh pemerintah maka indonesia akan masuk darurat lingkungan hidup. "ekosistem akan terganggu jika salah satu unit pendukungnya (hutan) rusak," katanya. 

Dia juga menyayangkan banyak cagar alam di Indoneaia yang tidak terlindungi dari desakan pemukiman warga. Di Bukit barisan contohnya. “Di sana masyarakat mulai masuk ke wilayah Cagar alam dan memabngun pemukiman. Peran pemerintah sangat penting dalam melindungi cagar alam, tidak sekedar wacana di seminar-seminar,” tegasnya.

Pak Greg tidak sekedar berwacana.  Di atas lahan seluas 1,5 hektar Dia sulap menjadi laoratorium alam. Tempat penelitian sekaligus pengembangan budidaya buah dan tanaman. Di lahannya ini pula ditanam berbagai jenis buah dan tanaman seperti Dubang (durian abang), Duren Tapong Kalimantan,  Durian Lahong dan salak Selinduh Kalimantan, Pinang Papua,  Palem Gajah Putih Thailand, selain tanaman, di sana juga ada penangkaran lebah untuk untuk diambil madunya juga untuk membantu penyerbukan.

(Penangkaran Lebah untuk produksi madu dan membantu penyerbukan)

Meskipun Dia Banyak Bicara, tapi karyanya pun sangat banyak. Saat berdiskusi dengannya, Satu pertanyaan saya bisa dijawab dengan sepuluh jawaban. Nyerocos wae kata orang Sunda. "Banyak bicara tapi juga banyak bekerja", terus berkarya, berkarya dan berkarya,” ujarnya.

Ini Salah satu bentuk upaya anak manusia yang kebetulan terlahir sebagai warga negara Indonesia, tergerak bergerak untuk mengambil peran melestarikan lingkungan hidup, sesuatu yang menjadi visi hidupnya selama ini berguna dan bermamfaat untuk orang banyak. “kita harus menciptakan surga di dunia ini, kalaupun nanti mendapat surga lagi, itu lebih baik lagi,” ungkapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun