Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Berangkat ke Bangkok Modal Sendiri, Syafrizal Meraih Medali Emas untuk Indonesia

4 Desember 2015   07:43 Diperbarui: 4 Desember 2015   07:54 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Syafrizal Memegang Dua Trophy Kejuaran WBPF Bangkok"][/caption]

Berprestasi saat segala dukungan fasilitas tersedia itu biasa, yang luar biasa jika bisa berprestasi saat dukungan fasilitas minim. Itulah yang dialami oleh Syafrizaldi, atlet Binaraga senior Indonesia yang berhasil meraih emas di ajang WBPF World Championship yang dihelat di Bangkok, Thailand, 24-30 November 2015.

Lelaki kelahiran Padang, Sumatera Barat,10 Juni 1965, turun di kelas master usia di atas 50. Bersama 11 atlet asal Indonesia lainnya, mereka berangkat ke Bangkok dengan dana urunan pribadinya.

Meski tidak muda lagi, dia bisa membuktikan dirinya masih Perkasa di dunia yang juga melambungkan nama seorang Ade Rai. Dulu Ia dikenal dengan julukan ‘raja kelas 75 kg’, peringkat ke 4 dunia pada ajang Kejuaraan Dunia Binaraga di Korea pada Oktober 2007, meraih perunggu pada Asian Games XV di Doha Qatar tahun 2006, serta beberapa medali emas dalam ajang Asean Games. Lebih keren lagi, 7 kali juara PON. Jika pada PON berikutnya bisa meraih emas, maka namanya akan masuk rekor MURI.

Ditemui bersama timnya di Fx Sudirman, Senayan kemarin (3/12/2015), Rizal banyak sharing tentang perjalanan hidupnya menekuni Binaraga. Sesekali dia curhat mengutarakan kegalauannya terhadap Badan yang menaungi Binaraga Indonesia, PB PABBSI.

“Saya sudah menggeluti olahraga ini sejak tahun 86,” kata Rizaldi mulai membuka obrolannya. Dari nol tidak memiliki apa-apa, tidak punya penghasilan sampai rela berdagang apa saja untuk sekedar meyambung hidup. Dia lakukan semua untuk mengejar cita-citanya menjadi atlet Profesional. Waktu itu, Impian sederhana tapi mulia, ingin bersama-sama dengan ibunya Naik haji. Impiannya akhirnya terkabulkan, setelah berhasil memenangkan kejuaraan di Asian Games Qatar.

Kemudian saya coba tanya, apa suka dan duka menjadi atlet Binaraga. “dukanya lebih banyak,” jawabnya dengan cepat. “Sedihnya jika ingin ikut event tapi dananya nggak ada, akhirnya Saya harus merogoh koceknya sendiri untuk bisa tampil di kejuaraan baik nasional maupun internasional,” Dia menambahkan.

Contohnya waktu akan berangkat ke Bangkok mengikuti WBPF Championship. Rizal dan Timnya berjumlah 12 atlet dan 2 official harus mengeluarkan dana sendiri, urunan masing-masing atlet harus mencari dana 15 juta. Bayangkan, Jika dikalikan 12 maka total biaya yang harus mereka keluarkan adalah 240 Juta. Bahkan ada yang sampai menjual motornya.

Padahal mereka berangkat membawa nama Negara atau federasi yang menaunginya, namun dukungan dirasakan minim sekali. “Tim Binaraga selalu menjadi anak tiri di PB PABBSI padahal para atlet sudah beberapa kali juara seperti di Asian Beach Games 2008 dan 2010” terang manajer timnas Kemalsyah Nasution.

[caption caption="Hendra Zain (kiri) dan Kemalsyah Nasution (dokpri)"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun