Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diskusi KPPPA, Ekonomi Keluarga Tanggung Jawab Bersama

28 Oktober 2015   07:00 Diperbarui: 28 Oktober 2015   08:37 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ibu Puspita Zorawar berbagi tips pengembangan diri dalam diskusi KPPPA, Hotel Grand Cemara Menteng (ft:Cahyanto)"][/caption]

Menjadi ibu rumah tangga tidak berarti menjadi pasif dan tidak mau tahu soal ekonomi keluarga. Mengandalkan suami saja, tidaklah bijaksana. Banyak hal yang bisa dilakukan , salah satunya dengan menciptakan industri rumahan berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Bagaimana caranya? Jawabannya ada di Forum Grup Diskusi yang digelar oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (KPPPA), bekerjasama dengan Pokja Serempak, hari Jumat (22/10/2015).

Acara dilaksanakan di Grand Hotel Cemara, Menteng Jakarta Pusat. Mengundang beberapa pembicara, wanita-wanita inspirator, diantaranya Ibu Martha Simanjuntak, Founder Komunitas pemberdayaan perempuan melalui IT (IWATA), Ibu Puspita Zorawar dan Mba Ani bertha, Blogger sekaligus penggiat Sosial Media.

Diskusi dibuka dengan sambutan dari Bapak Bambang Kristiono, selaku Asisten Deputi Bidang Gender dan IPTEK Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Menurutnya, Berbicara Gender tidak selalu soal perempuan. Kesetaraan Gender adalah kesamaan tanggung jawab, akses informasi, kontrol dan partisipasi dalam prikehidupan antara laki-laki dan perempuan.

Lebih lanjut Dia menjelaskan, Ibu rumah tangga pun bisa memainkan peran dalam peningkatan ekonomi keluarga. Tidak hanya tugas suami sebagai kepala rumah tangga. Dengan adanya industri rumahan, maka perempuan bisa menciptakan lapangan kerja buat dirinya sendiri di rumah maka dampaknya akan mengurangi kemiskinan dan menurunkan angka pengiriman Tenaga kerja Wanita yang akan bekerja di luar rumah.

Peran yang dilakukan oleh KPPPA dalam hal ini adalah terus mendukung, mensosialisasikan dan menggalakkan gerakan penciptaan Industri rumahan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Inilah tujuan digelarnya acara diskusi hari ini.

Ada sekitar 35 orang hadir dalam acara itu diantaranya dari siswa-siswi SMU dari berbagai sekolah, ibu-ibu rumah tangga serta para penulis. Mereka semua hadir sebagai tamu undangan dari KPPPA.

Ajakan dari KPPPA kemudian diperjelas lagi oleh Ibu Martha Simanjuntak,sebagai perempuan penggerak pemberdayaan perempuan melalui IT yang tergabung dalam komunitas bernama Indonesia Woman IT awareness (IWATA). Dalam penjelasannya, ibu Martha banyak berbagi pengalaman pribadi dan orang lain dalam pengembangan usaha berbasis IT. Dia mencontohkan salah satu usaha yang bisa dilakukan ibu rumah tangga yang sederhana dan tidak memerlukan modal banyak adalah dengan penjualan isi ulang pulsa. “Usaha sederhana dan tidak memerlukan banyak modal, cukup 1 juta atau kurang sudah bisa memulai usaha ini” jelasnya.

Selain itu, ibu-ibu bisa memamfaatkan keterampilan menulisnya dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan di blog. Ini juga bisa menjadi solusi menambah penghasilan. Disamping karena Waktunya fleksibel dan bisa dilakukan di rumah atau dimana saja, apatahlagi menulis blog sekarang sudah menjadi life style bukan sekedar profesi.

Setali tiga uang dengan ibu Martha untuk membuat blog, Mba Ani bertha juga mengajak hal yang sama, Dia memberikan alasan kenapa menulis blog bisa menjadi solusi. Dia bercerita bagaimana kegiatan nge-blognya sudah bisa mengantarkannya keliling Indonesia serta memberikan penghasilan yang tidak sedikit. Sampai-sampai Dia rela meninggalkan pekerjaan utamanya disebuah perusahaan swasta hanya untuk konsentrasi menulis Blog. Penghasilan dari menulis blog bisa menggantikan income yang dia dapat selama bekerja, bahkan lebih besar. Yang lebih spektakulernya lagi, Mba Ani ini baru saja menandatangani kontrak dengan sebuah lembaga nirlaba luar negeri yang bernama Australian Aid, untuk menulis di blog dengan nilai down payment (DP) nya saja sudah, membuat siswa-siswi di ruangan itu menjadi kagum. Wow…gede banget, its so inspiring!!!

Kemudian, Mba Ani mengajak siswa siswi dan ibu-ibu rumah tangga yang hadir untuk mulai menulis blog. Jika dibutuhkan, Dia siap memberikan waktu dan tenganya untuk mengajarkan cara-cara memulai membuat Blog dan tips menulis yang baik dan benar.

Akhirnya, sesi terakhir menampilkan ibu Puspita Zorawar,   seorang pembicara dan inspirator, sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai even yang digelar oleh berbagai Kementrian, diantaranya Kementrian Desa dan Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes), KPPPA dan lain-lain.

Ibu Puspita mengajak ‘kartini-kartini Indonesia’ perempuan Indonesia untuk mengembangkan potensi diri. Semua orang memiliki potensi atau terlahir dengan keunggulan bakat masing-masing. Hanya saja tidak semua orang tidak bisa menunjukkan potensinya kelak setelah remaja dan dewasa, kenapa? Selain karena faktor lingkungan, juga seringkali mereka tidak tahu potensi yang dimiliki. Jika pun tahu, mereka tidak mau mengembangkannya lebih jauh.

Dalam kesempatan itu, wanita lulusan S2 Universitas Indonesia, berbagi tips bagaimana agar perempuan bisa sukses baik dalam karir maupun rumah tangga. “kerjakan sesuatu berdasar Goal setting atau tujuan besar dan kerjakan berdasar skala prioritas” jelasnya. Jika ingin kaya tujuannya harus jelas. Dia memberikan ilustrasi cerita dengan mengangkat kisah seorang Professor dalam sebuah sesi perkuliahan. Di hadapan mahasiswanya, Sang professor ini meletakkan sebuah toples besar kosong di atas meja. dia lalu memasukkan bola-bola seukuran bola tennis ke dalam toples, kemudian memasukkan kerikil, lalu pasir dan terakhir air mineral. “Apa maksudnya Prof?” tanya salah satu mahasiswa. Professor pun menjelaskan bahwa seperti inilah kita menjalani kehidupan agar sukses dan bahagia, yaitu dengan mendahulukan hal- hal besar terlebih dahulu. “Toples ibarat hidup kita, dahulukan hal-hal besar seperti hubungan kepada Tuhan dan hubungan kepada keluarga rekan dan sahabat, Maka hal-hal kecil akan mengikuti” ujar Professor.

Apa jadinya jika mulai dengan mengisi toples dengan air atau pasir terlebih dahulu? Hal yang bersifat kecil, Maka batu dan kerikil tidak akan bisa masuk. Cerita ini menurut ibu Puspita memberikan kita pelajaran perlunya skala prioritas dalam menjalani hidup. “gali potensi, kembangkan lalu buat goal setting, kerjakan yang prioritas utama terlebih dahulu, percaya diri dan tetap semangat” jelas ibu Puspita sekaligus menutup sesi diskusi siang itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun