Karena penipuan berkedok kecelakaan ini menyasar sekolah, maka data terpadu di sekolah juga bisa menjadi titik awal bocornya data kita, apalagi saat ini  basis data terpusat dengan adanya DAPODIK (Data Pokok Pendidikan ) pada setiap jenjang pendidikan formal.Â
DAPODIK ini menggambarkan secara utuh nama siswa, orang tua, alamat, pekerjaan, dan bahkan mungkin nomor kontak. Kita tidak menyalahkan pihak sekolah sama sekali. Cuma setelah data terisi di sistem yang sudah dibuat, bisa saja diretas, diambil, dan disalahgunakan atau bahkan mungkin ada orang yang berwenang yang bersekongkol dengan penipu dan dengan mudahnya memberikan data target penipuan.
Kita harus tetap waspada, karena sampai sat ini belum mendengar adanya jaminan atau securitas atas data yang sudah diinput oleh sekolah. Bahkan bulan ini handphonekita diajak untuk me-registrasi simcard mengunakan NIK dan nomor KK. Bukan kita menaruh curiga, tapi kita juga patut waspada akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Berhati-hatillah membuang sampah berupa berkas, semisal foto copy ijazah, KTP, kartu keluarga atau berkas yang lainnya yang didalamnya ada data pribadi kita. Mata nakal sang penipu itu memang dimana-mana, mereka akan mengincar semua sisi yang bisa memperlancarkan kelakuan buruk merek. Jika berkas tidak aman untuk dibuang, simpan atau dihancurkan saja.
Jika kita berseloroh negara kita itu memang lucu, bagaimana tidak lucu dokumen rahasia negara saja bisa bertebaran dimana-mana, bahkan bisa diakses siapa saja, tidak terkecuali tukang gorengan. Tukang gorengan saat ini merupakan orang yang sering berinteraksi dengan dokumen-dokumen penting, seperti gambar berikut.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H