Abu Sagara
#Tagar , sebuah simbol seperti pagar, gabungan antara garis horizontal dan vertikal saling tegak lurus dan berjajar. Aku kenali lambang ini sekitar tahun 2001-an, bertepatan dengan  pertama kalinya aku mengenal perangkat komputer disekolahan, kala itu merupakan pengalaman berkesan, pertama kali memegang mouse yang susah untuk dikendalikan, karena gugup kursos mondar-mandir tidak karuan.  Saat mulai mengetik dengan lihai menggunakan sebelas jari tangan (telunjuk kiri dan kanan,hehehe). Hashtag lebih terkenal saat ini sebagai panggilan.
#Beralih ke tahun 2004-an, tagar itu sudah ada di pojok bawah kanan, nempel melekat pada ponsel di bawah angka sembilan, fungsinyapun tidak berlebihan, hanya untuk menyempurnakan beberapa digit angka untuk mengecek jumlah pulsa, biaya terakhir panggilan, atau mengecek jumlah gratisan. Karena usiaku agak mudaan, jadi maaf tidak pernah tau apakah ada tanda tagar pada alat Pagersaat berkirim  pesan. Â
#Kembali ke tagar ya !!! Kalau aku lihat, tanda tagar dalam deretan keyboard pada komputer, tidak ada yang istimewa sebenarnya, bahkan untuk memunculkannya di layar saat mengetik, perlu tombol bantuan berupa shift, karena letak tagar disimpan tergabung dengan angka 5 ataupun angka 3 . Tanda tagar ini seperti dianaktirikan jika dibandingkan dengan tombol lain pada keyboard. Kalau huruf  lain ditulis mandiri dalam 1 tombol seperhi huruf Q,W,E,R,T,Y, dan huruf lainnya. Lain halnya dengan tanda tagar # , letaknya di atas dan serumah dengan angka dalam satu tombol sama seperti tanda-tanda lain diantaranya tanda seru, tanda @, tanda dollar $, prosentase % , dan deretan lainnya.
#Membaca beberapa rujukan berita, tagar awalnya digunakan sebagai tanda untuk menaikan not setengah nada, dan simbol tagar kala itu disebut dengan Sharp. Setelah itu mengalami beberapa perkembangan mulai dari nama dan fungsi, seperti Sharp, Pounds, Puondsign, Checkmate (digunakan dalam aljabar), Oktothorpe. Pada tahun 1980, simbol tagar mulai memiliki beragam makna dalam beberapa bahasa pemrograman, barulah pertengahan tahun 2000, simbol tagar digunakan untuk menandakan label group dan topik.
 #Sekitar tahun 2007 - 2009  Twitter menjadikan tagar sebagai fitur resmi. Kemudian lahirlah nama dengan sebutan hashtag.Setelah itu semua sosial media seperti Twitter, Tout, identi.ca, Tumblr, Instagram, Flickr, Google+ atau Facebook serentak menggunakan hashtag ini yang penggunaannya disimpan dan diketik di awal kata atau frasa. Â
Hashtag selama 4 tahun terakhir juga sangat memenuhi bacaan-bacaan digital kita, karena dengan hashtag itu sendiri , para pembaca bisa melihat apa yang menjadi pembahasan atau pemberitaan hangat pada saat itu. Hashtag juga mewarnai beberapa kejadian, bahkan orang bisa menafsirkan bahwa hashtag itu bentuk rasa simpati untuk semua hal yang terjadi, mulai dari aksi boikot, aksi solidaritas, aksi berkabung karena bencana, bahkan aksi bully-pun tidak bisa menghindar dari yang namanya hashtag.Â
Anda suka belanja online?Cukuplah buka instagram anda, ketik  di bagian pencarian , tulislah semau anda dengan diawali hashtag , semua keluar tanpa filter, semua yang anda inginkan bermunculan. Hashtag ini seperti teriakan manager,mampu mengundang semua karyawan tanpa ampun. Hashtag laksana alarm bencana, mampu mengumpulkan warga untuk dievakuasi.
#Saat datang tahun baru , netizen rame pake hashtag #happynewyear, padahal tidak ada yang baru, malahan usia kita saja yang menua. Harusnya introspeksi malah hura-hura tanpa arti. Masuk tanggal 10 Januari yang merupakan hari sejuta pohon, ramai-ramai #marimenanampohon atau #selamatkanhutankita, padahal hanya ajakan saja, nyatanya pohon ditebang tanpa aturan, buang sampah sembarangan, diajak kerja bakti di sekitar rumah malah ogah-ogahan. Terus hashtag itu buat apaan kalau hanya jadi simbol tanpa mengandung pesan. 25 Januari, hari gizi hashtag apa yang kira-kira muncul? #tolakimporbelapetani atau #giziburukmasihadadiindonesia entahlah apa yang pas. Hari kanker dunia 4 Februari juga berlimpah hashtag, mudah-mudahan banyak relawan, banyak pasien terselamatkan, banyak doa ikhlas tercurahkan, bukan hanya hashtag yang bertebaran. Â
#Jika hashtag kita pinjam untuk kehidupan dalam kebangsaan, makna yang tersirat pastilah banyak dan mendalam. Marilah tiru pribadi hashtag, yang mampu menyatukan semua yang berserakan, jadilah pribadi perekat yang mampu menyatukan.
#Hashtag sebagai filter, mampu mengkondisikan apa saja yang dibutuhkan, selektif dalam pilihan, teladanilah hashtag yang tidak sembarangan mengambil teman, ambil kebaikan dan campakan keburukan.
#hashtag sebagai aksi boikot, mematikan perjalanan kedzaliman, jika memang bisa ditiru silahkan jadikan acuan, jadilah pelopor pembasmi lemungkaran.
#hashtag sebagi simpatik, silahkan tiru agar diri kita tidak hidup penuh dengan kesombongan, tidak menghardik , panatik kesukuan dan golongan.
https://goo.gl/eVZE95 Â , Â https://goo.gl/WVrxaY Â ,https://goo.gl/Gm3zWn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H