Menghadap Kiblat merupakan hal urgen bagi kaum muslimin. Selain sebagai syarat sah Salat, menghadap Kiblat ini pun merupakan hal esensial ketika menyimpan Jenazah sebelum di kubur serta saat memakamkannya. Oleh karena itu dari jaman dulu, ummat Islam selalu berusaha mencari cara untuk bisa mengarahkan mereka ke-Kiblat. Terlebih ketika cahaya Islam sudah menyebar ke pelbagai penjuru dunia.
Orang arab pra-Islam sejatinya sudah mengenal ilmu tentang perbintangan (Astronomi). Hingga ada beberapa kaum yang memiliki ilmu lebih dibanding kaum lainnya, seperti penduduk Irak dan Syam. Bisa jadi, ilmu ini mereka peroleh dari Ilmu Yunani dan Latin, baik secara langsung atau dengan pelantara.
Begitu juga orang Arab bagian selatan (seperti Yaman), terkenal sebagai Petani dan Pedagang. Mereka suka melakukan perjalanan laut untuk berdagang. Perjalanan laut ini, tentu memerlukan pengetahuan tentang perbintangan.
Dengan demikian, orang Arab memang telah memiliki pengetahuan astronomi semenjak masa pra-Islam, meski sebatas pada kepentingan praktis, bukan teoritis.
Seperti halnya dalam hal menghadap Kiblat, para Sahabat berijtihad menggunakan posisi benda-benda langit baik di malam hari atau siang hari untuk menetukan arah Kiblat. Meski upaya pengukuran arah kiblat pada masa itu belum berjumpa dengan teknik dan metode pengukuran presisi, ijtihad para sahabat ini relatif cukup baik untuk ukuran zamannya. Sehingga orientasi dari bangunan-bangunan masjid yang dibangun pada masa tersebut relatif tidak berbeda besar dibandingkan perhitungan arah kiblat di masa kini. (Lihat, al-Mufashal fi Tarikhil Arab qabla Islam: Juz 16 halaman 57, serta Sudibyo).
Dijaman sekarang metode pengukuran Kiblat semakin presisi, karna disisipi berbagai koreksi. Sebut saja metode pengukuran dengan segitiga bola (Spherical Trigonometri) atau dengan koreksi Ellipsoid dengan rumus Vincenty dengan itterasi yang sangat banyak.
Metode perhitungan dan tekhnik pengukuran arah kiblat, secara umum tidak mudah di dipraktikkan oleh masyarakat Awam. Namun diantara metode hitungan dan tekhnik pengukuran kiblat, ada beberapa metode yang mudah di praktikkan bahkan oleh orang awam sekalipun. Diantaranya, Metode Istiwa al-A’dzam (Transit Utama), yakni tekhnik pengukuran kiblat ketika matahari berada tepat di atas Ka’bah yang merupakan Kiblatnya kaum Muslimin. Istiwa A’dzham sering disebut juga dengan Yaum Rashdul Kiblat (Hari meluruskan arah Kiblat)
Ketika matahari berada di atas Ka’bah, maka jatuhnya bayangan benda yang terkena cahaya matahari itu adalah arah Kiblat.
Dalam satu tahun, kita akan menemukan dua kali posisi matahari tepat di atas Ka’bah. Kesempatan tersebut pada abad ini datang pada setiap sekitar tanggal 27-28 Mei dan 15-16 Juli. Hal ini terjadi akibat pergerakan relatif matahari ke arah kutub Utara bumi. Perjalanan relatif menuju kutub utara ini berlangsung pada 22 Desember sampai 22 Juni setiap tahun. Dalam perjalanan menuju kutub utara inilah matahari melalui Ka’bah pada lintang 21°25’20.09” LU.
Begitu sampai garis 23,5°, matahari akan bergerak relatif menuju kutub Selatan. Pergerakan ini akan kembali memposisikan matahari tepat di atas Ka’bah. Di Makkah sendiri, posisi itu terjadi pada waktu Kulminasi (sesaat sebelum waktu Zuhur).
Istiwa ‘A-Dzam atau Rashdul Kiblat paling akurat bila pada saat transit di atas Ka’bah, nilai altitude (ketinggian) matahari paling mendekati 90° (matahari tepat di atas kepala), dan nilai deklinasi paling mendekati 21°25’20.9” (lintang Ka’bah)
Istiwa ‘Adzom/Rashdul Kiblat tahun 2020
Istiwa A’dzom pada tahun 2020, akan terjadi pada tanggal
• 27 Mei 2020 Jam 12:17:55 waktu Makkah atau 16:17:55 WIB
• 15 Juli 2020 Jam 12:26:43 waktu Makkah atau 16:26:43 WIB
Pada tanggal 27 Mei 2020 pada saat transit di atas ka’bah nilai altitude mataharinya adalah 89.977574167° sedang nilai deklinasinya 21° 24’ 0.167’’. Adapun pada tanggal 15 Juli 2020 pada saat transit di atas ka’bah nilai altitude mataharinya adalah 89.994836111° sedang nilai deklinasinya 21° 25’ 2.31”. Dengan demikian pada tanggal inilah penetuan arah kiblat paling tepat di lakukan.
Cara Mengecek Arah Kiblat
- Letakkan satu tegakan (Tongkat dan sejenisnya) ditempat datar yang terkena cahaya Matahari. Bisa menggunakan Water Pass untuk mengukur ketegakan dan kedatarannya.
- Amati jatuhnya bayangan yang terbentuk oleh cahaya matahari pada jam Rashdul Kiblat
- Arah jatuhnya bayangan itu adalah arah Kiblat.
Catatan :
- Pastikan jam yg dipakai pedoman dikalibrasi dg jam RRI atau buka web: http://time.kim.lipi.go.id/ atau jam di HP Android yang selalu update
- Pastikan tongkat atau benda yang disimpan tegak lurus dengan bidang datar bumi. Bisa gunakan waterpass untuk mengeceknya.
- Pastikan tempat jatuhnya bayangan tanggal 15 Juli 2020 pada jam 16:26:43 WIB datar/rata. Bisa gunakan waterpass untuk mengecek nya.
- Gunakanlah momentum matahari di atas Ka’bah, sebagai penentu arah Kiblat, baik Mesjid, Lapangan tempat Salat ied, Mushalla di rumah, perkantoran, hotel atau bahkan untuk meluruskan arah Kiblat di Pekuburan Muslim.
Contoh Perhitungan Rashdul Kiblat/Istiwa ‘Adzham 15 Juli 2020
Lintang Ka’bah (φ) : 21° 25’ 20.9 LU
Bujur Ka’bah (λ) : 39° 49’ 35.5” BT
Time Zone Makkah (Tzm) : 3 Jam
Koreksi Waktu Daerah Makkah (KWD) : (λ –Tzm x 15)/15
: (39° 49’ 35.5” – 3 x 15)/15
: -00:20:42
Equation of Time : -0:06:01
Transit Matahari di Makkah : 12 – e – KWD
: 12 – -0:06:01 – -00:20:42
: 12: 26: 43 WM
Konversi ke WIB (Tz = 7 jam) : 12: 26: 43 + (Tz – Tzm)
: 12: 26: 43 + (7 – 3)
: 16:26:43 WIB
Deklinasi Matahari tanggal 15 Juli 2020 Jam 12:26:43 WM (9:26:43 UT)
Deklinasi Jam 9 UT : 21° 25’ 13’’
Deklinasi Jam 10 UT : 21° 24’ 49’’
Deklinasi Jam 9:26:43 UT : 21° 25’ 2.31”
Tinggi Matahari tanggal 15 Juli 2020 saat Transit di Makkah (h)
h = 90 - | 21° 25’ 20.9 - 21° 25’ 2.31” |
h = 89.994836111° (89° 59' 41.410'')
Bandung, 1 Juli 2020
0895 7072 333 00
Sumber:
Buku Ilmu Falak Rumusan Syar'i dan Astronomi seri 1, 2019, Abu Sabda (Waktu Salat dan Arah Kiblat), PersisPers
Data Matahari dan Bulan Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis
Nabipun berputar, Sudibyo
Stellarium versi 0.19.3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H