Mohon tunggu...
Aburizal Adams
Aburizal Adams Mohon Tunggu... Mahasiswa - Need reason to do something reasonable.

Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang. I love art.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskriminasi Perempuan di Media Sosial dalam Kasus Video Asusila Selebriti di Indonesia

9 April 2021   21:01 Diperbarui: 9 April 2021   21:00 2060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujatan yang di pusatkan pada Gisel sebagai pihak perempuan oleh para warganet melalui instagram pribadi Gisel tersebut menunjukan sikap yang termasuk dalam tindakan dalam terori semiotika Roland Barthes. Roland Barthes membedakan teori semiotikanya dalam dua pengertian (signification) yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah level deskriptif dan harfiah makna yang disepakati seluruh anggota budaya. Pada level konotasi, makna dihasilkan oleh hubungan antara signifiers dan budaya secara luas yang mencakup kepercayaan-kepercayaan, tingkah laku, kerangka kerja dan ideologi dari sebuah formasi sosial.

Makna menjadi per soalan dari asosiasi tanda-tanda dengan kode-kode makna kultural yang lain. Konotasi membawa nilai-nilai ekspresi yang muncul dari kekuatan akumulatif sequence (syntagmatically), atau dengan perbandingan ketidakhadiran alternatif (paradigmatically). Ketika konotasi telah menjadi natural sebagai hegemoni, diterima secara normal dan natural, maka ia bertindak sebagai peletak konseptual makna yang akan membuat makna tentang dunia. Inilah yang diistilahkan Barthes dengan myth (connotative system), yang merupakan sebuah konstruksi budaya. Konsep myth seperti konsep ideologi, yang bekerja pada level konotasi.

Volosinov menyebutkan bahwa ideologi berkorespondensi dengan tanda-tanda sehingga jika terdapat tanda-tanda (signs), maka di sana terdapat ideologi. Menurut Barthes, tidak semua sistem semiologi adalah mythic. Tidak semua tanda membawa muatan ideologi (Griffin, 2000 : 329). Myth diistilahkan juga dengan second order semiological system atau meta language, yaitu bahasa level kedua yang bicara tentang bahasa level pertama. Tanda sistem pertama (signifier dan signified) yang menggerakkan makna denotatif menjadi signifier pada makna konotatif mitologi kedua. Barthes menyebut ini dengan metaphor (Barker, 2000:69).

Jadi para warganet yang memusatkan perhatian dan menghujat Gisel memiliki kepercayaan bahwa perempuan itu harus menjaga sikapnya dan tidak berbuat hal yang seperti dilakukan Gisel, lalu mereka melakukan hujatan tersebut ‘mungkin’ dengan maksud memberikan sanksi sosial. Dan kepercayaan dari warganet tersebut terbentuk dari kekuatan sosial dalam kehidupannya, tingkah laku, kerangka kerja dan ideologi dari sebuah formasi sosial masyarakat di Indonesia yang sudah mengakar dari budaya lama.

Sumber :

Suasana, Arief Agung, 2001, Hubungan Gender dalam Representasi Iklan Televisi, NIRMANA Vol. 3, No. 1, Januari 2001, Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Rahmawati, Alvi Septi. Tripambudi, Sigit. Lestari, Puji. 2010, Bias Gender dalam Iklan Attack Easy di Televisi, Jurnal Ilmu komunikasi, Volume 8 Nomor 3, Tahun 2010, Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN ”Veteran” Yogyakarta.

Sobur, Alex. 2003, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2009, Teori Komunikasi Edisi 9, Salemba Humanika, Jakarta.

Liputan6.com. (2020, 31 Desember). Diakses pada 30 Maret 2021, dari https://www.liputan6.com/showbiz/read/4446029/6-pengakuan-gisel-kepada-polisi-soal-kasus-v

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun