Seharusnya mereka (fakir/miskin) dapat PERBAIKAN GIZI--meskipun setahun sekali-jatah yang lebih PANTAS, terpaksa harus ikhlas menerima apa adanya. Tidak menjadi masalah bagi mereka meskipun hanya berupa kaki kambing (yang cuma sebelah) atau usus kambing, sapi (yang sudah di potong-potong kecil) dan potongan tulang-belulang ditambah sekerat dagingnya (untuk memberi nilai pantas). Jangan tanya HATI kambing dan sapi sebab sudah dipesan yang kurban untuk saudara-saudaranya.
Entah sampai kapan PR KURBANÂ itu bisa kita jawab;
Tetang bagaimana kita mampu berkorban (dalam arti rela melepas sesuatu yang kita cintai untukorang lain karena mereka lebih membutuhkan dari pada kita)?
Tentang kapan kita mampu dan MAU memprioritaskan pembagian daging kurban kita kepada fakir/miskin demi perbaikan gizi mereka (meski setahun sekali)?
Dan kapan kita benar-benar secara totalitas ( KAFFAH) menerima/melakukan perintah Tuhan kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H