Puluhan tahun aku menunggu
Hati dan fikiran yang selalu terganggu
Tetapan lauhul mahfuzh menjadi harapanku
Banyak sorotan mata dan insan mendorong diri
Mau sampai kapan diri ini menyendiri
Menghabiskan umur di balik bangunan tinggi
Hati terusik tatkala sahabat menawarkan permaisuri
Tangan sontak mengukir biodata dan keyakinan diri
Hand phone berbunyi masuk beberapa wa pribadi
Tatkala kupandang foto itu dan aku tersadarkan diri
Diingatkan segera oleh waktu yang dimiliki ilahi
Yakin menghujam tajam memperkuat tekad
Saatnya nikah karena tak tahu ajal tersumbat
Berita gembira hadir walaupun umur terlewat
Dengan ikhlas ada yang menerima secepat kilat
Syurgaku pertama adalah ibuku dan mertuaku
Syurgaku yang ke dua adalah istriku
Ku takkan pernah membuat mereka sedih sendu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H