Belum lama ini jabatan Sekretaris Jenderal (sekjen) PSSI telah mengalami kekosongan. Hal ini dikarenakan mundurnya seorang Tri Goestoro yang berdalih untuk lebih fokus dalam mengurusi usaha pribadi miliknya. Posisi sekjenpun untuk sementara diemban oleh Hadiyandra yang baru bertindak sebagai pelaksana harian.
Entah suatu kebetulan atau bukan, dalam rentang waktu yang tidak cukup lama setelah pergantian posisi jabatan tersebut, di dalam tubuh PSSI seperti mengalami perubahan aura yang bisa terbilang positif. Hal ini tercermin dari dikeluarkannya reaksi-reaksi tegas yang ditujukan kepada mereka yang berupaya 'mengganggu' kedaulatan PSSI.
Sebagai contohnya sekitar dua hari yang lalu diberitakan dalam newsticker metroTV bahwa disebutkan PSSI mengultimatum seorang Alfred Riedl yang apabila bersikukuh untuk melatih tim sepakbola bentukan KPSI maka PSSI tidak segan-segan akan melaporkannya ke FIFA. Terlihat di sini PSSI sudah tidak memperlihatkan lagi sikap yang lunak sebagaimana sebelum-sebelumnya yang masih penuh dengan nuansa toleransi dan kekeluargaan.
Berikutnya dalam kasus berbeda, PSSI berupaya memperkarakan KONI, BAORI dan PB PON ke meja hijau sehubungan dengan kasus pada PON XVIII Riau khusus di cabang olahraga sepakbola. Dimana disini telah terjadi pelanggaran wewenang dari ketiga lembaga tadi yang secara sadar dan sengaja menabrak aturan baku persepakbolaan nasional sampai pada tindakan 'melecehkan' PSSI dengan melakukan pengusiran perangkat pertandingan yang telah dipersiapkan. Bukti sikap digdaya PSSI diperkuat dengan langkah awal yang dibuktikan PSSI lewat ancaman akan keluar dari keanggotaan KONI.
Dari beberapa contoh sikap tersebut seperti menjadi obat penawar bagi sebagian besar kalangan pendukung setia PSSI yang sangat rindu dalam menghendaki adanya sikap tegas dari federasi sepakbola resmi negeri ini. Cukuplah sudah cara-cara halus berbau kompromi yang sering dipakai dalam menghadapi para cecunguk yang bersayap penyelamat! Sekarang sudah saatnya menunjukkan performa tegas nan mantap untuk membasmi para begundal yang hanya haus akan kekuasaan dan kepentingan kelompok pribadinya.
Dan dari perubahan sikap PSSI tersebut sekarang, cukup mengundang pertanyaan apakah ada kaitannya dengan posisi sekjen yang telah dijabat oleh orang yang berbeda? Cerminan sikap yang lunak penuh dengan kompromi apakah dikarenakan adanya andil dari siapa dia yang menjabat posisi sekjen pada masa itu? atau memang sekarang adalah waktunya bagi PSSI untuk menunjukkan kekuatannya???
Ahh bagi saya hal itu tidaklah penting..yang penting adalah semoga PSSI segera terbebas dari rongrongan cecunguk bersayap penyelamat dan kembalinya kejayaan sepakbola Indonesia menjadi kekuatan yang kembali disegani di kancah dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H