Mohon tunggu...
Fairuz Abu Macel
Fairuz Abu Macel Mohon Tunggu... -

Jenaka tapi Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merdeka Itu Ada, Jika Saling Menahan Diri

5 Agustus 2013   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya sudah mulai enggan menulis tentang Puasa Ramadhan ini, apalagi di sepuluh malam terahir saat setiap yang merindu bertemu laylatul qadar tentu tak akan menyiakan waktu yang datang hanya sekali dalam setahun. Namun karena banyaknya permintaan melalui Short Message Service (SMS), Facebook, twitter, twoo, foursquare dan sejumlah media sosial lainnya, maka saya memutuskan untuk menulis lagi.

Mengapa mukaddimah diatas saya kemukakan? Ini kesengajaan yang terencana dan sistemik untuk memberi kesan angkuh bin sombong, seolah memang tulisan saya sangat dibutuhkan. GeEr sendiri.

Keengganan saya cukup beralasan sebab itu anugerah yang dimanfaatkan, tapi dasar mereka itu tak ngerti kalau saya sudah malas… sudah malas… dan malas, titik.

Mereka itu menyuruh saya menulis tentang kemerdekaan yang disandingkan dengan makna Puasa Ramadhan. Meski saya tahu maksudnya bahwa ini adalah bulan Ramadhan yang diwajibkan Puasa atau bahasa arabnya shaum – artinya menahan diri. Disaat bersamaan adalah bulan Agustus yang ada tanggal 17nya dan kita tahu itu adalah hari kemerdekaan, hari proklamasi kita. Coba ayo… apa ndak gila itu…!!!

Bagaimana tidak? Lha saya ini kan memang orang yang tak pernah merdeka kok. Sebab saya selalu diminta oleh diri sendiri, orang lain atau keadaan yang memaksa saya terpaksa untuk dipaksa melakukan sesuatu yang sesungguhnya saya tak suka. Bukankah itu merupakan bentuk ketidakmerdekaan?

Padahal yang namanya merdeka itu kan suatu keadaan yang tak membuat seseorang berada pada situasi memaksa, dipaksa dan terpaksa. Betul tidak?

Terus saya diminta agar tulisan ini diarahkan kepada mereka yang tak pernah merasa memberikan kemerdekaan dinegeri yang sudah merdeka ini. Ada juga yang meminta agar tulisan ini ditujukan pada mereka para pengambil kebijakan yang sudah tak bijak. Para pembuat regulasi yang tersandung akibat regulasi yang dibuatnya. Para pengetuk palu keadilan yang sudah tak adil. Para Pelindung Masyarakat dengan semangatnya yang berbunyi ‘Tekadku Pengabdian Terbaik’ namun hanya sebatas tekad saja.Para Jaksa Penyidik yang ternyata banyak yang sudah dan sedang disidik.

Apa iya saya harus menulis itu? Apakah penulis bisa diarahkan? Bisa dipaksa? Bisa disogok? Bisa disumbat mulutnya? Bisa diancam kalau tak mengikuti selera pengancam? dan sejumlah istilah lainnya yang membuat posisi penulis menjadi tak merdeka?

Apakah dengan alasan kemerdekaan lantas sebagai penulis saya bebas menulis caci maki? Sumpah serapah? Penghinaan? Menyudutkan satu dengan lainnya? Adu domba antar sesama? Atau apa yang saya mau dengan mengemasnya menjadi sebuah tulisan santun seolah tak mencaci, sopan seolah tak memaki, beradab seolah tak menghina, berimbang seolah tak mengadu domba? Yang membuat orang lain tak merdeka?

Apalagi tulisan ini harus dikaitkan dengan Puasa Ramadhan. Ini kan sesuatu yang sakral, ibadah yang menjanjikan segudang ampunan Tuhan dan kasih sayang Allah. Ibadah yang hanya untukNya dan Dia langsung yang membalasnya – Ashshaumuly wa ana ajziibih. Didambakan oleh manusia bermental pejuang. Manusia yang jika diperintah olehNya tak banyak cincong. Manusia yang ihlas menjalankan kemerdekaan hidupnya. Tapi saya tetap menahan diri.

Padahal kebanyakan yang saya jumpai adalah orang lapar daripada orang puasa. Padahal kebanyakan yang saya jumpai adalah orang yang suka ngamuk daripada orang yang teduh hatinya. Padahal kebanyakan saya jumpai adalah orang sangar daripada yang ramah wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun